BI soal Rupiah Terperosok ke Rp 14.309 per USD: Disebabkan Dinamika Global
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada awal Ramadan melemah seiring koreksi mata uang Asia, Senin (6/5). Rupiah dibuka di level Rp 14.126 per USD, atau menguat dibanding penutupan perdagangan minggu lalu di Rp 14.265 per USD.
Melansir Bloomberg, Rupiah melemah tajam usai pembukaan ke level Rp 14.309, namun sempat stagnan dan kembali melemah tipis ke level Rp 14.331 per USD
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah mengatakan, pelemahan Rupiah disebabkan oleh adanya dinamika global. Di mana The Fed atau bank sentral Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan tidak akan menurunkan suku bunga acuannya di tahun ini.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Siapa yang mengelola Redenominasi Rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
"Memang dinamika global terus bergerak setelah Federal Open Market Committee (FOMC) diturunkan, Dolar memang menguat karena statement FOMC memberi sinyal bahwa The Fed tidak akan menaikkan atau turunkan suku bunga," kata dia di Gedung BI, Jakarta, Senin (6/5).
Sementara itu, selama ini pasar memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga acuannya di akhir tahun ini. "Pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya di akhir tahun ini, jadi ada perbedaan ekspektasi antara pasar dan chairman The Fed (Jerome Powell)," ujarnya.
Selain itu, adanya pernyataan dari presiden AS Donald Trump terkait perang dagang dengan China turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara di dunia.
"Ada ketidakpastian yang dipicu Presiden AS mengenai kesepakatan perdagangan AS- China di mana yang bersangkutan mengancam tarif pengenaan tarif dari 10 persen jadi 20 persen, ini jadi agak surprise bagi market tadinya ekspektasi Dolar melemah, dengan adanya statement seperti itu jadi terbalik," ungkapnya.
Kendati demikian, Nanang menegaskan dampak yang timbul akibat dari adanya sebuah pernyataan bersifat tidak akan lama.
"Dinamika-dinamika seperti ini yang disebabkan oleh statement biasanya jangka pendek karena statement itu bisa berubah dalam waktu singkat berbalik arah. Jadi jangan dilihat sebagai sebuah faktor yang akan berpengaruh jangka panjang," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaSaat ini, permasalahan yang muncul di industri dalam negeri menurunnya permintaan akibat menipisnya jumlah kelas menengah.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaKondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaMata uang Rupiah dilevel Rp16.097 atau menguat 3 point pada penutupan perdagangan sore ini.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaAirlangga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik dengan penguatan dolar Negeri Paman Sam itu.
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca Selengkapnya