Bisnis senjata api rumahan beromzet belasan juta Rupiah per bulan
Merdeka.com - Dulu hampir mustahil masyarakat Indonesia memiliki senjata api. Sebab, UU Darurat No 12 tahun 1951 secara tegas melarang warga negara Indonesia memiliki senjata api. Selain pengurusannya yang ribet, negara juga menindak tegas pemilik senjata ilegal. Senjata api hanya dimiliki aparat negara dan itupun melalui seleksi dan pengawasan ketat.
Seiring dengan makin longgarnya aturan kepemilikan senjata api, peredarannya justru makin tak terkendali. Semakin banyak warga sipil menenteng senjata layaknya seorang koboi. Padahal pihak kepolisian menyatakan pengawasan peredaran dan kepemilikan senjata api sudah dilakukan ketat. Ini masih bisa terjadi karena menjamurnya bisnis gelap jual beli senjata api rakitan di Indonesia.
Bisnis jual beli senjata api rakitan ilegal bukan hal baru di telinga masyarakat. Jangan membayangkan proses produksinya seperti di PT Pindad yang terang-terang legal untuk kebutuhan ekspor maupun kebutuhan kekuatan militer nasional.
-
Apa yang dijual dengan harga Rp1.000? Dengan bahan sederhana dan murah, Anda bisa menjual berbagai olahan es lilin ini dengan terjangkau, yaitu Rp1.000.
-
Senjata apa yang digunakan pelaku? Terkait dengan senjata api yang dibawa pengemudi mobil tersebut, Kompol Margono mengatakan bahwa senjata yang digunakan pelaku diduga hanya senjata mainan.
-
Siapa yang mengeluarkan pistol? Saat pelaku mengeluarkan senjata api, warga yang berkerumun di sekitar lokasi kejadian langsung berlarian karena ketakutan.
-
Apa yang dijual? Dia merinci, luas tanah lokasi berdirinya masjid 300 meter persegi.'Sementara tanah kosong yang di belakang masjid kurang lebih luasnya juga 300 meter persegi. Jadi kurang lebih dua sertifikat itu luas lahannya 600 meter,' ungkapnya.
-
Mengapa sampah galon dihargai Rp2.000? Limbah galon tersebut didapat dari bekas penggunaan rumah tangga yang kemudian dikumpulkan warga ke BSB dan dihargai Rp2.000 per buah sebagai bentuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan peduli sampah.
-
Apa yang ditembak? Tiga pemuda yang menjadi korban penembakan yakni RS, DS dan YL.
Bisnis senjata api rakitan justru banyak diproduksi rumahan. Tidak dipungkiri, bisnis jual beli senjata api rumahan juga menggiurkan karena omzet per bulan cukup besar. Satu senjata laras pendek atau pistol dibanderol dengan harga sekitar Rp 2 juta.
"Itu ada di Lampung. Per bulan omzet mereka bisa belasan juta Rupiah," ucap sumber merdeka.com di Jakarta, kemarin.
Tidak hanya di Lampung, salah satu lokasi bisnis pembuatan senjata api rumahan terbesar ada di Cipacing. Awalnya, masyarakat di sana hanya membuat senapan angin untuk berburu di hutan. Untuk membelinya bisa langsung datang ataupun melalui calo yang banyak menawarkan. Namun lama-kelamaan bisnis senjata angin berkembang menjadi senjata api yang terang-terang ilegal.
"Cuma yang bisa pesan hanya orang-orang tertentu saja atau bisa melalui broker dari mereka baru direspon. Sistemnya di Cipacing Sukabumi ini awalnya para broker mulai nawarin senjata api jenis berburu babi hutan ataupun tembakan paku beton yang di gunakan pekerja bangunan. Setelah itu baru nawarin yang menggunakan peluru tajam kaliber standar TNI atau Polri," sambungnya.
Produk senjata api rakitan laris manis karena dari sisi harga jauh lebih murah dibandingkan senjata api asli merek ternama. Dengan harga murah otomatis secara kualitas jauh di bawah standar.
"Kualitas dari senpi rakitan dan asli beda jauh. Dari sisi desain, bentuk, dan akurasi," katanya.
Polisi tidak membiarkan bisnis senjata api rakitan ilegal tumbuh dan berkembang biak. Tiga tahun lalu kawasan Cipacing digerebek Resmob Polda Metro Jaya. Polisi menemukan berbagai senjata rakitan beserta pelurunya. Sejumlah peralatan pembuat pistol juga diamankan.
Di pabrik rumahan itu, polisi menemukan satu set mesin bubut untuk memproduksi senjata api, 6 pucuk senpi rakitan jenis FN berikut lima magazen, 4 pucuk rangkaian senpi yang belum jadi, dan 156 butir peluru tajam.
Selain itu, polisi juga menyita sejumlah perangkat seperti 2 unit CPU yang digunakan pelaku untuk menghimpun data melalui internet tentang senjata api, 1 unit mesin drill press, 3 unit alat press, 1 unit mesin bor, 1 unit gergaji besi, 4 buah sablon, 13 bahan untuk laras, 5 rangka bodi senpi, 3 buah cetakan laras, 1 buah replika senpi, 3 buah rangka megazen, dan uang tunai Rp 5 juta.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Senjata tersebut untuk perlindungan diri anggota ketika menghadapi ancaman kejahatan dan mengamankan pelaku kejahatan.
Baca SelengkapnyaDua petani asal Banyuwangi berbisnis senjata api ilegal. Begini nasibnya sekarang.
Baca SelengkapnyaMenurut pedagang setempat penjualan kembang api baru akan ramai pada H-3 dan H-2 malam Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaSatu sepeda listrik dikenakan tarif sewa sebesar Rp15 ribu untuk durasi 1 jam.
Baca SelengkapnyaPenyelidikan legalitas belasan senpi itu diambil alih Bareskrim Polri.
Baca SelengkapnyaPengeluaran terbesar lainnya ada di komoditas operasional kendaraan seperti bensin.
Baca SelengkapnyaSeorang prajurit TNI memiliki usaha burung perkutut yang menghasilkan jutaan perbulan.
Baca Selengkapnya