Blak-blakan bos Pertamina soal rencana investasi Rp 1.000 triliun

Merdeka.com - Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto bercerita mengenai strategi dia mengembangkan perusahaan. Salah satunya dengan melakukan efisiensi untuk melakukan investasi dalam pembangunan infrastruktur, khususnya kilang.
Upaya efisiensi yakni meningkatkan daya beli Pertamina dalam pengadaan bahan bakar minyak (BBM), tanpa menggunakan "letter of credit" (L/C), membuat Pertamina memiliki kemampuan keuangan yang besar hingga dapat menghapus pinjaman jangka pendek pada November 2016 dari semula USD 5 miliar pada 2015.
"Cash Pertamina juga naik dari USD 1 miliar menjadi USD 5,6 miliar. Dari situ nanti kita akan masuk ke proses investasi," ujar Dwi dalam acara 'Sarasehan 100 Ekonom Indonesia' yang diselenggarakan Institute for Development of Economic and Finance (Indef) di Jakarta, Selasa (6/12).
Dalam buku birunya, Pertamina merencanakan investasi sebesar Rp 1.000 triliun selama 10 tahun ke depan untuk pembangunan kilang, infrastruktur gas, pengolahan, dan pemasaran, dengan mengundang kerja sama pihak swasta.
Investasi pembangunan infrastruktur Pertamina, menurut Dwi, juga harus didukung dengan reformasi UU migas.
"Saat ini cadangan migas negara belum di-'leverage' menjadi aset yang akan berpengaruh pada kekuatan ekonomi lebih besar. Di sanalah nanti, dari sisi laba dan aset barangkali kita bisa mengalahkan perusahaan besar negara tetangga," tutur Dwi.
Sepanjang kuartal III-2016, Pertamina meraup laba bersih USD 2,83 miliar dari pendapatan sebesar USD 26,62 miliar.
Kinerja hulu pada periode triwulan III-2016 tercatat mencapai 646.000 barel setara minyak per hari terdiri atas 309.000 barel per hari minyak dan 1.953 mmscfd gas. Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015.
Sementara pencapaian produksi listrik panas bumi mencapai 2.233 GwH setara listrik.
Beberapa proyek infrastruktur Pertamina yang masih berjalan antara lain pembangunan pipa gas Gresik-Semarang, Muara Karang-Muara Tawar dan Tegal Gede yang telah mencapai kemajuan hampir 70 persen.
Selanjutnya, RDMP Kilang Balikpapan tahap I ditargetkan selesai pada Juni 2019 dan 'start up' pada September 2019, sedangkan tahap I selesai medio 2021 dengan memenuhi standar Euro 5.
Sementara itu, New Grass Root Refinery Tuban yang merupakan "joint venture" antara Pertamina dan Rosneft Rusia akan selesai pada akhir 2021 dengan standar Euro 5.
Untuk RDMP Kilang Cilacap yang bekerja sama dengan Saudi Aramco selesai pada akhir 2022 dengan spesifikasi standar Euro 5, sedangkan NGRR Bontang yang sudah diputuskan menjadi penugasan kepada Pertamina dan tentatif akan selesai pada 2023, juga dengan standard Euro 5.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya