Bos BI Bocorkan 5 Hal yang Perlu Diwaspadai saat Ekonomi Dunia Memburuk
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo membeberkan lima hal yang harus diwaspadai dalam menghadapi situasi global yang bergejolak seperti sekarang ini. Tujuannya adalah untuk menjaga kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2019 dengan tema 'Sinergi, Transformasi, Inovasi: Menuju Indonesia Maju' di Lotte Avenue, Jakarta, Kamis (28/11).
"Tema ini penting dalam memperkuat ketahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus menghadapi memburuknya ekonomi global," kata dia.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Apa yang menjadi tantangan ekonomi global bagi BRI? Tantangan Perlambatan Ekonomi Global Sejak Tahun Lalu Berbagai tantangan ketidakpastian ekonomi, seperti kondisi perekonomian yang dihantui resesi dan perlambatan ekonomi global sejak tahun lalu.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Di mana terlihat dampak globalisasi terhadap sosial budaya? Globalisasi dan teknologi informasi juga memiliki dampak besar terhadap perubahan sosial budaya di Indonesia. Dengan adanya akses mudah ke internet dan media sosial, masyarakat Indonesia menjadi lebih terhubung dengan dunia luar, menerima pengaruh budaya luar, dan mengadopsi pola hidup baru.
Dia menjelaskan, saat ini ekonomi global semakin tidak ramah disertai menurunnya globalisasi dan meningkatnya digitalisasi. Adapun hal yang perlu diwaspadai tersebut, pertama adalah pertumbuhan ekonomi dunia menurun drastis pada tahun 2019 dan yang kedua kemungkinan belum pulih pada 2020.
"Kebijakan moneter sendiri belum tentu selalu efektif dalam mengatasi dampak buruk perang dagang," ujarnya.
"Yang ketiga adalah volatilitas arus modal asing dan nilai tukar di pasar keuangan global berlanjut," ujarnya.
Keempat, digitalisasi ekonomi dan keuangan meningkat pesat. Kelima adalah teknologi digital mengubah perilaku manusia, baik sebagai konsumen maupun tenaga kerja.
"Inovasi digital kita kembangkan sebagai sumber pertumbuhan sekaligus mendorong inklusi ekonomi dan keuangan melalui pengembangan start up dan integrasi ekosistem ekonomi keuangan dan digital di berbagai segmen, sistem pembayaran, jasa keuangan, ekonomi retail dan UMKM," ujarnya.
Kendati demikian dia menegaskan di tengah kondisi ekonomi global yang suram, Indonesia mampu bertahan. Dibanding beberapa negara yang saat ini telah mengalami resesi bahkan krisis.
"Kita bersyukur di tengah memburuknya ekonomi global, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia cukup baik, stabilitas terjaga, momentum growth berlanjut sementara sejumlah negara mengalami resesi bahkan krisis," tutupnya.
Jokowi Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2019 Bakal 5,05 Persen
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato kunci dalam CEO Forum 2019 di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Kamis (28/11). Dalam kesempatan itu, dia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya berkisar 5,04 sampai 5,05 persen.
"Saya kira pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mungkin 5,04 atau 5,05 persen. Kira-kira begitu tahun depan," ujar Presiden Jokowi.
Pertumbuhan ekonomi tersebut, sesuai dengan prediksi beberapa lembaga internasional. Di mana, tahun ini masih ada tantangan-tantangan yang menghambat ekonomi melaju kencang.
"Dengan kondisi ekonomi global yang menurut bank dunia, IMF juga kemungkinan bisa turun lagi, karena kondisi yang ada belum bisa diselesaikan," jelasnya.
Presiden Jokowi juga mengaku mendapat laporan dari World Bank mengenai kondisi ekonomi global saat ini. "Dari World Bank waktu ketemu dengan saya, Presiden Jokowi hati-hati kondisi global belum jelas jadi terutama fiskalnya prudence saja," jelasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Baca SelengkapnyaDirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga AS umumnya digunakan untuk merangsang ekonomi ketika ada ancaman resesi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaTantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, tantangan pers sekarang semakin banyak di era kemajuan digital termasuk adanya Artificial Intelligence (AI).
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaTerdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaSri Mulyani bilang, kehilangan 10 persen PDB akan memberikan konsekuensi yang tidak hanya mempengaruhi ekonomi.
Baca Selengkapnya