Bos BI Sebut Burden Sharing Akan Pengaruhi Neraca Keuangan
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebut pendanaan burden sharing atau pembagian beban untuk pemulihan ekonomi nasional akan mempengaruhi neraca keuangan BI. Seperti diketahui, BI sendiri akan membeli Surat Berharga Negara (SBN) Rp397,56 triliun tanpa mendapatkan imbal hasil.
"Dengan burden sharing ini pasti ada tambahan-tambahan beban terhadap neraca keuangan BI dan tentu akan mempengaruhi neraca keuangan BI," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video conference, seperti ditulis Selasa (7/7).
Meski begitu, dirinya tetap optimistis neraca keuangan BI tak akan sampai defisit karena ikut menanggung beban utang pemerintah. Menurutnya, modal BI cukup besar untuk menopang defisit keuangan.
-
Kenapa BRI optimis bisa capai target? “Alhamdulillah saat ini sudah jauh berkurang. Posisi Juni 2023 tinggal sekitar Rp83,2 triliun atau sekitar 7,64% dari total kredit BRI. Jadi setiap bulan kami turun antara Rp3 triliun sampai Rp5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini bisa kami kelola hingga akhir tahun ini terus menurun. Kami harapkan porsi tersebut dapat terus turun hingga rasio Loan at Risk (LAR) BRI bisa kembali dari 15,1% di Juni ini ke single digit. Mungkin akan kami dapat di akhir tahun depan atau tahun 2025,“ ujarnya penuh optimisme
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Mengapa BRI optimis dengan kinerjanya? Meskipun demikian, Sunarso tetap optimistis dengan kinerja BRI ke depan dan akan lebih fokus terhadap tantangan domestik.
-
Siapa yang menyatakan bahwa cadangan devisa cukup untuk kebutuhan Indonesia? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Bagaimana BRI tetap tumbuh positif di tengah tantangan? Terkait pencapaian tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI berhasil menjaga kinerja positif dan terus bertumbuh di tengah kondisi ekonomi yang menantang di tengah tantangan pandemi Covid-19. Hal tersebut, lanjut dia, menunjukkan bahwa BRI berhasil memberi makna kepada seluruh stakeholders-nya melalui penciptaan economic dan social value.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
Di mana, modal BI diatur dalam perundang-undangan sebesar Rp3,72 triliun. Sementara aset atau liabilitasny terus meningkat tiap tahun, selama 2019 mencapai Rp2.351 triliun.
"Bagaimana kalau skenario ini kemudian mengalami defisit? Modal kami cukup besar, sehingga masih bisa menopang defisit," jelasnya.
Penghasilan Kebijakan Moneter
Selain itu, penghasilan BI pun dinilai masih akan kuat. Di mana salah satu penghasilan terbesar BI adalah dari pelaksanaan kebijakan moneter. Selama tahun lalu saja, BI berhasil memperoleh penghasilan kebijakan moneter Rp90,15 triliun, berdasarkan laporan keuangan BI 2019.
"Apa yang terjadi di neraca keuangan tidak akan mempengaruhi BI menjalankan kebijakan moneter. Itu yang paling kita jaga stabilitas," kata dia.
Adapun neraca keuangan BI selama tahun lalu mencatatkan surplus Rp33,35 triliun (setelah pajak). Ini diperoleh dari total penghasilan sebesar Rp91,80 triliun, sementara beban bunga hingga remunerasi kepada pemerintah mencapai Rp46,57 triliun.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Defisit tersebut disebabkan total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan.
Baca SelengkapnyaPembagian dividen BRI nantinya tergantung dari persetujuan otoritas, termasuk Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan termasuk OJK.
Baca SelengkapnyaKontribusi terhadap penerimaan negara tersebut berasal dari sumbangan pajak sebesar Rp53,4 triliun dan dividen Rp23,6 triliun.
Baca SelengkapnyaNPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaBRI optimis bisa tumbuh berkualitas dengan berbekal fundamental kuat serta kinerja positif selama ini.
Baca SelengkapnyaDI waktu yang bersamaan, BRI diketahui memiliki permodalan kuat dengan rasio laba terhadap modal atau return on equity (ROE) sehat hingga Semester I 2023.
Baca SelengkapnyaRasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca SelengkapnyaRealisasi ini setara dengan 0,71 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaRasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9 persen per September 2022 menjadi 21,9 persen per September 2023.
Baca SelengkapnyaSelain sektor penerimaan, Bea Cukai turut mendukung APBN 2023 dengan menjaga stabilitas kondisi ekonomi.
Baca SelengkapnyaDirektur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pembagian dividen ini merupakan bentuk komitmen BRI dalam meng-create economic value utamanya bagi para shareholders.
Baca SelengkapnyaDari sisi permodalan, hingga Juni tahun 2023 CAR BNI berada pada level yang kuat sebesar 21,6 persen.
Baca Selengkapnya