Bos BI sebut kepastian ekonomi global masih jadi kendala pemerintah
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo yakin perekonomian Indonesia tahun depan bakal membaik. Namun, kata dia, pemerintah tak boleh terlena karena masih ada tantangan yang harus dihadapi pemerintah tahun depan, salah satunya kepastian ekonomi global.
"Luasnya cakupan tantangan global yang kita hadapi tidak serta merta berarti bahwa prospek perekonomian kita ke depan gairahnya akan meredup," ujar Agus di JCC, Selasa (24/11).
Menurut dia, pada 2016 Indonesia masih harus menghadapi ketidakpastian perekonomian global yang tinggi. Dia menilai ketidakpastian tersebut cenderung akan semakin kompleks.
-
Kenapa risk awareness penting bagi bankir? Menurut Sunarso, risk awareness perlu ditingkatkan mengingat situasi perbankan yang begitu dinamis. “Maka menjadi penting [peningkatan risk awareness yang baik], untuk menjaga sustainability industri keuangan khususnya perbankan,“ ujarnya di sela-sela acara sharing ‘Visionary Leadership During Uncertainty’ yang diselenggarakan oleh Bankers Association for Risk Management.
-
Bagaimana BRI menanamkan risk awareness? Oleh karena itu, lanjut Sunarso, risk awareness perlu terus diajarkan agar dapat menjaga bankir dalam menjalankan profesinya.
-
Siapa saja yang berisiko? Salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami sindrom ini adalah individu dengan jenis penyakit Parkinson yang dikenal sebagai sindrom corticobasal (CBS), di mana sekitar 30% dari mereka dapat mengalami AHS.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Siapa yang menegaskan pentingnya risk awareness? Direktur Utama BRI Sunarso menekankan pentingnya risk awareness untuk para bankir di tengah ketidakpastian ekonomi secara global.
-
Mengapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
"Kami cermati setidaknya terdapat tiga risiko utama yang perlu kita antisipasi dan sikapi," jelas dia.
Pertama, kata dia, prospek pertumbuhan ekonomi global yang meskipun diperkirakan akan membaik menjadi 3,5 persen, namun ada risiko proyeksi tersebut dapat menjadi lebih rendah.
"Risiko koreksi ini terutama apabila pemulihan ekonomi China dan negara berkembang lain tidak sesuai harapan. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena hingga kini geliat ekonomi China dirasakan masih belum cukup kuat," tuturnya.
Risiko kedua, tambah Agus, penurunan harga komoditas yang diperkirakan masih berlanjut pada 2016. Menurut dia, perkembangan ini perlu terus disikapi karena dapat semakin menurunkan ekspor Indonesia.
"Ini juga akan menghambat pemulihan ekonomi apabila kita tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada ekspor berbasis sumber daya alam," terang dia.
Terakhir, dampak global yang ditimbulkan oleh proses normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), baik dari sisi waktu maupun besaran perubahan tingkat suku bunga The Fed.
Pasar keuangan global, lanjut Agus, akan memasuki episode likuiditas dolar Amerika Serikat (USD) yang cenderung lebih ketat sehingga menopang penguatan USD. Untuk itu, Indonesia perlu mewaspadai terjadinya proses rekomposisi modal portofolio oleh para pemodal global, yang dapat memutarbalikan arah aliran modal keluar dari negara berkembang.
"Selain ketiga risiko tersebut, tentunya kita perlu mencermati dinamika global lain, termasuk konstelasi kebijakan ekonomi global yang menjurus pada upaya meningkatkan daya saing melalui mata uang atau currency war. Karena, pengalaman kita di 2015 seperti saat China tiba-tiba mendevaluasi mata uang yuan tanpa diperkirakan sebelumnya," tutup dia.
Dalam acara tersebut, hadir pula Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, beberapa anggota DPR dan para pejabat daerah.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Baca SelengkapnyaTantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaAda beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaTensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKestabilan ekonomi akan sulit dikembalikan jika sudah terganggu.
Baca Selengkapnya