Bos BPS jamin impor beras tak turunkan upah petani
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menilai masuknya 500.000 ton beras impor ke Indonesia tidak akan mempengaruhi upah buruh tani dalam negeri. Sebab, jumlah beras impor masih jauh dari total kebutuhan dalam negeri.
"Impor beras ini 500.000 ton, itu kan persentasenya kecil ya, karena kebutuhan kita itu 2,5 juta ton dan sudah dijanjikan bahwa impor beras itu digunakan untuk cadangan, akan masuk langsung ke gudang," kata Suhariyanto saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/2).
Suhariyanto menjelaskan, pendapatan petani diperkirakan akan tetap turun pada Februari. Namun, penurunan tersebut bukan karena adanya impor beras melainkan jatuhnya harga gabah saat musim panen.
-
Kenapa konsumsi beras di Indonesia turun? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
-
Mengapa petani di Banyumas terancam gagal panen? BMKG memprediksi musim kemarau 2023 akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan fenomena El Nino. Adanya El Nino membuat para petani terancam gagal panen.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Mengapa perubahan iklim berdampak pada produktivitas pertanian? Perubahan iklim mengakibatkan pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, dan terjadinya banjir.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
"Tidak ada impor beras pun harga gabah maupun harga beras bakal turun nanti di akhir Februari karena kan sudah mulai musim panen raya. Panen raya Maret. Jadi saya lihat impor itu buat jaga-jaga sih."
Selain itu, hujan yang terus mengguyur di beberapa daerah dikhawatirkan bisa menurunkan kualitas padi yang dihasilkan petani. "Kita tetap berharap panen raya terjadi bulan Maret, kalau kita lihat pattern 2 tahun terakhir bulan Maret. Tapi hujan terus menerus harus diwaspadai karena mempengaruhi kualitas."
Kendati demikian, petani diimbau untuk tidak khawatir. Sebab, Bulog akan tetap menyerap semua hasil panen petani apapun kualitasnya. "Bulog sudah diperintahkan untuk membeli."
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaBapanas memperkirakan, pada panen raya kali ini produksi beras nasional akan cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.295 per kilogram (kg) atau naik 2,97 persen selama Januari 2024.
Baca SelengkapnyaBPS memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus beras akibat panen raya petani yang terjadi sejak Januari hingga April 2024.
Baca SelengkapnyaKepala Bapanas menyebut harga beras saat Ramadan akan turun.
Baca SelengkapnyaBadan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.
Baca SelengkapnyaJokowi mencatat, saat ini, cadangan beras di gudang Bulog mencapai 1,7 ton.
Baca SelengkapnyaHarga beras turun hingga Rp2.000 per kilogram saat memasuki bulan puasa Ramadan 2024.
Baca SelengkapnyaGabah kering panen di tingkat petani naik 2,73 persen, sementara beras deflasi di tingkat grosir.
Baca SelengkapnyaPenurunan harga beras terlihat dari menurunnya harga gabah kering panen di tingkat produsen.
Baca SelengkapnyaMendag membantah adanya penimbun beras yang menyebabkan harga beras premium meroket.
Baca SelengkapnyaSejak 10 Maret 2024, Pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras premium sebesar Rp1.000 per kilogram (kg).
Baca Selengkapnya