Bos OJK sebut perbankan dalam negeri berpotensi kuasai ASEAN
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis industri jasa keuangan dalam negeri bisa mengembangkan sayap bisnis ke kawasan ASEAN. Apalagi, dalam waktu dekat Indonesia akan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad menyebut hingga saat ini Indonesia masih menjadi salah satu negara terbesar pendorong ekonomi kawasan. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai USD 888,5 miliar pada tahun 2014.
"PDB Indonesia mencapai 36 persen dari seluruh PDB di kawasan ASEAN," ujarnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (12/10).
-
Kenapa OJK optimis terhadap sektor keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK melihat sektor keuangan stabil? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana UMKK bisa menguasai kekuatan ekonomi Indonesia? Bergabung di Katalog Elektronik itu menguntungkan karena pasarnya sangat besar.
Tak hanya itu, Indonesia juga diuntungkan dengan banyaknya jumlah penduduk yang mencapai sekitar 250 juta jiwa. Ini merupakan pasar terbesar atau sekitar 40 persen dari jumlah penduduk ASEAN.
"Di sisi sektor jasa keuangan, saya dapat bandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN, size sektor jasa keuangan Indonesia masih relatif kecil dibandingkan PDB," jelas dia.
Hal ini menunjukkan, selain tantangan juga masih terbukanya ruang yang besar untuk terus tumbuh dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Di industri perbankan, total asset perbankan Indonesia dibandingkan bank-bank besar di ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand) masih relatif kecil. Total aset perbankan Indonesia bila dibandingkan PDB masih sebesar 55 persen lebih rendah dibanding Filipina sebesar 88 persen, Thailand sebesar 142 persen, Malaysia sebesar 208 persen dan Singapura mencapai 359 persen. Aset perbankan dalam negeri masih berpotensi berkembang.
"Sebagai contoh, total asset Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia hanya mencapai Rp 888 triliun, jauh di bawah DBS Bank, Maybank atau Krung Thai yang masing-masing mencapai Rp 5.970 triliun, Rp2.331 triliun dan Rp1.162 triliun," kata Muliaman.
Namun, menurut Muliaman perbankan dalam negeri lebih resilient dibanding negara ASEAN lainnya. Hal itu ditopang dengan tingginya rasio kecukupan modal atau CAR yang cenderung meningkat tiap tahunnya.
Nilai CAR perbankan Indonesia pada semester I-2015 mencapai 20,3 persen, lebih tinggi dari Malaysia yang hanya 14,9 persen dan Thailand yang mencapai 16,5 persen.
"Ini menunjukkan kapabilitas perbankan Indonesia untuk mendukung ekspansi dan meng-cover risiko lebih baik," ucapnya.
Sementara itu, dilihat dari sisi rentabilitas, kemampuan perbankan Indonesia dalam menghasilkan laba relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asean. Rasio Return On Asset (ROA) perbankan Indonesia di semester I-2015 mencapai 2,3 persen, lebih tinggi dari Thailand atau Fillipina yang nilainya masih di bawah 2 persen.
"Secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial bagi perbankan negara lain untuk melakukan ekspansi bisnisnya," ungkap dia.
Dari sisi pasar modal, Muliaman mengakui Indonesia dan negara ASEAN lainnya sedang mengalami tekanan cukup dalam. Pada Oktober 2015 ini situasi pasar saham di Negara kawasan ASEAN kembali menunjukkan perkembangan cukup bagus seiring dengan penguatan bursa global dan regional.
"Kita sempat menjadi salah satu yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi di ASEAN yaitu pada tahun 2014, IHSG tumbuh sebesar 22,3 persen. Saya meyakini pada periode ke depan Industri pasar modal kita masih memiliki peluang yang cukup besar untuk mencatatkan pertumbuhan yang bersaing dengan negara-negara Asean lainnya," tutur Muliaman.
Kapitalisasi pasar modal dibandingkan GDP di Indonesia hanya sebesar 45 persen lebih rendah dari Filipina yang 113 persen, Thailand sebesar 105 persen, Malaysia sebesar 149 persen dan Singapura sebesar 256 persen.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.
Baca SelengkapnyaPerbankan syariah semakin mendapat perhatian baik di tingkat domestik maupun internasional.
Baca SelengkapnyaTensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaOptimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat 6,54 persen yoy atau menjadi Rp8.147,17 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara prinsip, OJK mendukung sepenuhnya setiap upaya pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaRapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, angka-angka industri keuangan syariah tumbuh lebih tinggi dibanding bank nasional.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca Selengkapnyastabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga didukung oleh permodalan yang kuat.
Baca SelengkapnyaHal itu berdasarkan rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023
Baca SelengkapnyaMahendra menyampaikan, kondisi ini dipengaruhi oleh dinamika ekonomi yang beragam di negara-negara utama, seperti Amerika Serikat, Eropa dan China.
Baca Selengkapnya