Integrasi Pelabuhan Jadi Cara Tekan Biaya Logistik

Merdeka.com - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC, Elvyn G Masassya menyebutkan bahwa harus ada integrasi antara pelabuhan dengan industri. Salah satu tujuannya adalah untuk menekan biaya logistik (logistic cost) yang selama ini menjadi salah satu masalah dalam perekonomian RI.

"Kalau kita ingin tekan logistik cost, harus berhubungan dengan industrial area," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (20/11).

Dia mencontohkan, pelabuhan Tanjung Priok harus terintegrasi dengan kawasan industri di Cikarang misalnya Kawasan Jababebeka dan lain-lain. "Saya harap di masa mendatang ini akan terjadi. Saya yakin dalam tiga tahun jadi integrated port," ujarnya.

Karena mau tidak mau, menurut Elvyn pelabuhan harus terhubung dan berkolaborasi dengan pengguna dalam hal ini industri. Sebagai tempat keluar dan masuk barang, pelabuhan memegang peranan penting terhadap kelangsungan industri baik untuk membeli bahan baku maupun menjual barang produksinya. "Konsepnya harus kolaborasi dan grow together (tumbuh bersama)," ujarnya.

Pelabuhan Bagus Dekat Industri

Sebuah pelabuhan yang bagus, kata dia adalah yang dibangun berdampingan dengan kawasan industri. Oleh karena itu Pelabuhan Kijingan yang berlokasi di Kalimantan Barat saat ini dibangun berbarengan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di daerah tersebut.

"Dalam pemikiran saya, pelabuhan itu tidak bisa berdiri sendiri, dia harus berhubungan dengan industrial area. Jadi pelabuhan yang bagus, di belakangnya ada interline dari industri area. Kijing karena baru, kita bisa bikin di belakangnya KEK," ujarnya.

Dia mengungkapkan saat ini progres pembangunan pelabuhan Kijing sudah mencapai 32 persen dan diprediksi dapat beroperasi tahun depan. Pelabuhan tersebut kapasitasnya mencapai 2500 Teus dan bisa mengelola peti kemas dan non peti kemas.

"Diharapkan operasi juli 2020 untuk fase pertama, terminal multipurpose tampung 500 ribu - satu juta kontainer per tahun," ujarnya.

Namun, untuk pelabuhan Tanjung Priok yang telah lama dibangun harus ada strategi lain untuk membangun shipping lines dengan industri. Salah satunya pembangunan kanal Cikarang Bekasi Laut (CBL). "Kita dalam proses membuat kanal dari Tanjung Priok ke Cikarang," ujarnya.

Dia menjelaskan, kanal tersebut sangat penting perananya karena dapat memangkas waktu dan biaya arus pengiriman barang dari dan ke pelabuhan.

Dia menjelaskan, membawa barang dari pelabuhan ke kawasan industri di Cikarang lewat darat selain menimbulkan kemacetan juga dapat merusak kontur jalan raya. Sebab truk-truk tersebut mengangkut muatan berat.

Selain itu, kemacetan di jalan raya kerap membuat ongkos kirim menjadi membengkak dari seharusnya. Sebab pengeluaran dalam proses pengiriman barang menjadi bertambah.

"Nah untuk itu kita siapkan solusi membangun kanal dari Tanjung Priok ke Cikarang dimana barang-barang dari Priok ini nanti akan pakai tongkang besar ke Cikarang, yang satu tongkangnya bisa 500 - 300 kontainer. Ini setara dengan 200-300 truk. Dampaknya jalan jadi tidak rusak dan lebih cepat sampai dan ongkosnya jauh lebih murah," jelasnya.

Integrasi Pelabuhan dan Jalan Tol

Selain itu, saat ini juga tengah dibangun jalan tol khusus untuk integrasi pelabuhan yaitu Tol Cilincing-Cibitung. Adapun progres pembangunan tol tersebut saat ini telah mencapai 40 persen.

"Selama ini kalau pakai tol yang biasa menimbulkan kemacetan, kita siapkan opsi tol sendiri direct ke Jawa Barat dan ini akan sangat membantu mendistribusikan kontainer dari dan ke arah area industri," ujarnya.

Jika semua sudah terwujud, dia menegaskan pelabuhan akan sepenuhnya terintegrasi dengan industri. "Saya haqul yakin 5 tahun mendatang ini jadi integrated port DKI-Jabar," tutupnya.