Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bosan jadi pegawai, Bayu sukses bisnis scrapbook beromzet Rp 38 juta

Bosan jadi pegawai, Bayu sukses bisnis scrapbook beromzet Rp 38 juta Bayu pebisnis Scrapbook. Sri Wiyanti©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Pemutusan hubungan kerja (PHK) bukan satu-satunya alasan seseorang meninggalkan jalur karyawan. Jenuh dengan pola kerja yang padat menjadi alasan Bayu Indrawan meninggalkan pekerjaannya di sebuah rumah produksi yang sudah dilakoninya selama sekitar 3 tahun.

Bersama kakaknya, Indri Rusmayanti, Bayu kini menggeluti usaha scrapbook. Bayu bercerita, usaha scrapbook-nya berawal dari keisengan menghias dan merangkai foto-foto menjadi sebuah cerita menggunakan kertas bekas, majalah, dan juga tissue.

"Awalnya kakak iseng upload (kreasi scrapbook) yang saya buat. Kakak kan hobi foto, cuma enggak pernah dicetak, terus saya cetak, saya hias, kata dia (kakak) bagus, " kata Bayu, Minggu (10/4).

Bayu pun mulai menawarkan hasil kreasinya kepada beberapa teman dan kerabat. Diakui Bayu, tidak semua scrapbook hasil kreasinya diminati. Oleh sebab itu, dirinya bersama sang kakak membuka jalur pemasaran dan pemesanan secara online.

Jalur online sangat membantu perkembangan bisnis scrapbook yang digeluti Bayu. Pemesanan pun tidak hanya datang dari pelanggan yang ingin fotonya dihias atau dibuat alur cerita, tetapi juga dari restoran-restoran.

"Teman-teman minta dihiasin fotonya, bahkan sampai restoran-restoran juga akhirnya kita desain sedemikian rupa," ujar Bayu.

Menjalani bisnis scrapbook, menurut Bayu, nyaris tanpa modal. Cukup mengandalkan kertas bekas atau tissue. Namun dibutuhkan kreativitas tinggi agar terus bisa bertahan meski ide-ide banyak yang mengikuti.

"Scrapbook kita enggak butuh modal, karena teman order, jadi ya sudah ini buat beli bahan sekian, bahannya apa, mau bagaimana ceritanya, entar saya yang ceritain, buat pengiriman sekian," tutur Bayu.

Strategi awal, lanjut Bayu, pemesan diwajibkan membayar setengah dari harga pesanan untuk biaya membeli segala keperluan pesanan. Sisanya dibayarkan pelanggan setelah pesanan selesai dibuat.

"Bisa dibilang Rp 0 modalnya karena itu saya berkreasi, saya ciptakan apa yang mereka inginkan. Awalnya gitu, sampai akhirnya untuk modal sekarang bisa Rp 10-20an juta karena kita menciptakan dan menyediakan ke toko-toko yang lain," imbuh Bayu.

Selain secara online, Bayu pun rajin mengikuti pameran untuk memperkenalkan kreasi scrapbook dari Paperlope kepada masyarakat.

Bermodal hampir Rp 0, kini omzet Paperlope bisa mencapai Rp 38 juta. Bayu menargetkan omzet mencapai Rp 50 juta dalam waktu dekat ini. "Bulan depan target Rp 50 juta. Real Rp 38 (juta) paling tinggi," ucap Bayu.

Bayu pun berbagi tips bagi yang hendak menekuni bisnis di bidang srapbook.

"Berani rugi kalau memang mau mulai, sama yakin bisa dan inovasi. Saya kan biasanya nyiptain terus orang-orang ingin (punya), kita kan awalnya nawarin dulu, ada yang mau apa enggak, kalau enggak ada yang mau kan biasanya orang nyerah, enggak punya ide. Tantangannya, inovasi karena yang saya buat itu kreasi, ide. Muncul, terus ada ngikutin," tutur Bayu.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP