BPS Catat Impor Farmasi dan Buah-buahan Turun di Oktober 2021
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Oktober 2021 mencapai USD16,29 miliar. Angka ini naik 0,36 persen dibandingkan September 2021 atau naik 51,06 persen dibandingkan Oktober 2020.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, pada bulan lalu impor hampir naik pada semua sektor kecuali pada sektor konsumsi. Sektor ini mengalami penurunan terutama untuk impor farmasi dan buah-buahan.
"Komoditas yang berpengaruh pada impor konsumsi, karena menurunnya impor untuk produk farmasi yang mengalami penurunan 35,44 persen lalu diikuti buah buahan turun 14,51 persen," kata Margo, Jakarta, Senin (15/11).
-
Apa yang BPS infokan tentang Indonesia di bulan September 2024? 'Deflasi yang terjadi di bulan September 2024 ini lebih signifikan dibandingkan dengan bulan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi bulanan kelima yang terjadi sepanjang tahun 2024,' jelas Plt. Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa, 1 Oktober 2024.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Apa yang naik di bulan Oktober 2023? 'Jika dibandingkan September 2023, NTP naik karena Bulan September 2023 yang masih bernilai 111,25,' kata Asim, Jumat (03/11/2023).
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Kapan impor kedelai Indonesia mencapai 2,32 juta ton? Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat, impor kedelai Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 2,32 juta ton atau nilainya setara dengan USD 1,63 miliar.
Margo mengatakan, di balik penurunan sektor konsumsi, impor bahan baku penolong dan barang modal mengalami lonjakan. Masing masing sebesar memberikan sumbangan 75,55 persen dan 14,60 persen.
"Bahan baku penolong menyumbang 75,55 persen, barang modal menyumbang 14,60 persen, konsumsi konsumsi menyumbang 9,76 persen," jelasnya.
Dia menambahkan, besarnya porsi impor bahan baku penolong dan barang modal menandakan aktivitas ekonomi mulai mulai meningkat. Ini menandakan perekonomian mulai membaik.
"Bahan baku penolong 75,55 persen dan barang modal sebesar 14,60 persen indikasi baik karena bahan baku penolong dan barang modal sama-sama meningkat dan ini berdampak pada aktivitas ekonomi Indonesia," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penurunan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh nilai impor non migas.
Baca SelengkapnyaAngka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaImpor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,
Baca SelengkapnyaRealisasi ekspor pada Oktober ini justru mengalami penurunan sebesar 10,43 persen jika dibandingkan pada Oktober 2022.
Baca SelengkapnyaImpor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaNilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.
Baca SelengkapnyaTurunnya impor non migas karena penurunan mesin peralatan mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Baca SelengkapnyaSecara bulanan kinerja ekspor Indonesia pada November 2024 turun, namun jika dilihat secara tahunan meningkat.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaTren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca Selengkapnya