BPS Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi Petani Saat Pandemi
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan ada sejumlah tantangan di sektor pertanian yang harus diatasi agar bisa terus mengalami pertumbuhan positif. Tantangan ini termasuk soal Sumber Daya Manusia (SDM) dan harga jual.
Menurut Suhariyanto, untuk membuat kebijakan yang mendukung sektor pertanian maka pemerintah harus bisa mengidentifikasi sejumlah persoalan dan tantangan yang dihadapi petani.
Di tengah pandemi Covid-19, sektor pertanian memang mengalami pertumbuhan, tapi bebannya menjadi semakin berat. Hal ini disebabkan pengangguran di kota yang disebabkan pandemi kembali ke desa, dan menjadi petani.
-
Apa tantangan terberat yang dihadapi petani di Sukomakmur? Salah satu tantangan terberat dalam bertani adalah, mereka menyediakan modal yang tinggi untuk masa tanam, namun saat panen, mereka mendapat hasil yang rendah.
-
Apa kebutuhan utama untuk meningkatkan produktivitas pertanian? 'Kami dorong terus solusi cepat pompanisasi sebagai upaya bersama dalam meningkatkan produktivitas. Kita bersyukur Indonesia mampu bertahan dari berbagai ancaman dan krisis yang menerpa seluruh dunia,' jelasnya.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Bagaimana Komisi XI ingin BPS tingkatkan kesejahteraan petani? Pemerintah banyak menyalurkan bantuan untuk kesejahteraan petani, seperti bantuan sosial dan bantuan pupuk. Namun, bantuan tersebut ternyata belum ter-capture dalam penghitungan NTP. Untuk itu, kami ingin mengetahui sejauh mana tindak lanjut BPS terkait hal ini. ' 'Kemudian, sejauh mana Sensus Pertanian yang dilakukan BPS dapat membantu untuk memformulasikan ulang penghitungan NTP supaya lebih mencerminkan kesejahteraan petani,' tanya Puteri.
-
Apa yang dilakukan Menteri Pertanian dalam meningkatkan produksi beras? 'Pak Mentan mendorong untuk dipercepat penanaman kembali. Setelah panen langsung dilakukan olah tanah menggunakan traktor, mekanisasi pertanian modern sehingga mempercepat penanaman kembali,' tuturnya.
-
Bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani di Jawa Timur? “Kesejahteraan petani harus meningkat seiring dengan peningkatan produktifitas pertanian kita. Untuk itu saat panen raya kemarin, kami terus berkoordinasi dari hulu ke hilir agar jangan sampai harga jual petani turun“
Alhasil, jumlah tenaga kerja di pertanian meningkat dari 27,53 persen menjadi 29,76 persen pada tahun lalu.
"Jadi ketika share PDB sektor pertanian hanya 13 persen sementara harus menanggung 29,76 persen tenaga kerja, bisa dibayangkan beban sektor pertanian menjadi berat. Dengan membaginya, kita bisa melihat bahwa produktivitas pertanian juga akan semakin menurun," jelas Suhariyanto dalam diskusi INDEF "Daya Tahan Sektor Pertanian: Realita Atau Fatamorgana?" pada Rabu (17/2).
Di sisi lain, SDM di sektor pertanian kurang menguntungkan karena mayoritas didominasi pendidikan rendah. Berdasarkan data BPS, 24,93 juta orang (65,23 persen) berpendidikan SD ke bawah, SMP 6,79 juta (17,77 persen), SMA dan SMK sebanyak 5,80 juta orang (15,18 persen), dan lulusan diploma ke atas tidak sampai satu juta atau tepatnya 0,70 juta orang (1,82 persen).
Dari sisi umur juga banyak sekali tenaga kerja berumur yang sudah tidak produktif. Tenaga kerja pertanian didominasi berusia 45-59 tahun sebanyak 12,38 juta orang (32,39 persen), usia 30-44 tahun sebanyak 11,14 juta, usia 60 tahun ke atas 8,09 juta (21,17 persen), dan kurang dari 30 tahun 6,61 juta (17,29 persen).
"Jadi ini perlu jadi perhatian, bahwa sektor ini didominasi mereka yg kurang berpendidikan dan sudah lanjut usia. Sehingga ke depan, kita perlu mencari cara bagaimana generasi muda bisa masuk ke sektor pertanian," tutur Suhariyanto.
Selanjutnya
Persoalan lain yaitu harga yang selalu jatuh saat panen, sehingga petani dirugikan. Hal ini harus menjadi perhatian untuk menjaga harga agar petani tidak rugi saat panen.
Tantangan lain yaitu nilai tukar petani yang rendah. Peningkatan produksi pertanian, kata Suhariyanto, ternyata tidak membuat pendapatan petani meningkat. Nilai tukar petani ini menunjukkan nilai tukar daya beli produk pertanian terhadap harga yang dibayar petani.
"Pada 2020, secara umum nilai tukar pertanian memang naik dibandingkan 2019, tapi kenaikannya hanya 0,74 persen," sambungnya.
Persoalan lain yang menjadi perhatian adalah upah nominal petani yang masih rendah. Selain itu, disparitas kemiskinan perkotaan dan pedesaan masih tinggi. Berdasarkan data BPS, sebagian besar rumah tangga miskin bekerja di sektor pertanian degan persentase sebesar 46,30 persen.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BPS ungkap berbagai tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Baca Selengkapnya"Kalau pada masa Orde Baru, 65 persen pekerja dari sektor pertanian. Sekarang 25 persen."
Baca SelengkapnyaSaat ini Indonesia sedang dihadapkan pada tantangan besar dengan adanya iklim ekstrim El Nino.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan harga baik ditingkat petani, pedagang maupun peternak.
Baca SelengkapnyaPenjabat (Pj) Wali Kota Tarakan Bustan menegaskan, perlu adanya upaya menggenjot produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Baca SelengkapnyaPenelitian bisa menjadi kunci dalam menjawab berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian
Baca SelengkapnyaPerlunya adaptasi dan perubahan strategis dalam menghadapi tantangan baru yang dihadapi sektor pertanian
Baca SelengkapnyaPeningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk.
Baca SelengkapnyaBerbagai faktor memperburuk jumlah produksi beras Indonesia yang selalu turun.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin turut menyampaikan sejumlah catatan.
Baca SelengkapnyaSesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca Selengkapnya