Broker bisnis jual beli senjata api dan 'bocornya' peluru Pindad
Merdeka.com - Sistem percaloan di dalam negeri seolah sudah menjalar ke semua lini kehidupan bisnis. Tak hanya dalam tiket kereta api atau pesawat. Calo atau yang bahasa kerennya 'broker' juga terjadi dalam jual beli senjata api ilegal.
Sumber merdeka.com di internal Kepolisian mengungkapkan, broker berperan strategis dalam bisnis jual beli senjata api. Broker menjadi perpanjangan tangan antara produsen dengan konsumen. "Iya ada broker atau calonya," ungkapnya di Jakarta, kemarin.
Awalnya, peran broker dalam perdagangan senjata hanya sebatas menawarkan senjata untuk berburu. Lama kelamaan mereka menawarkan senjata api dengan jenis peluru tajam. Sang broker mengarahkan penawarannya ke peluru tajam berkaliber standar anggota TNI atau Polri.
-
Siapa yang memimpin misi beli senjata? Kolonel Ahmad Yani memimpin delegasi Angkatan Darat ke negara-negara di Eropa Timur.
-
Siapa yang mengacungkan senjata api? Menurut dia kondisi seketika mencekam, karena dua dari gerombolan itu mengacungkan senjata api.
-
Siapa yang diincar TNI? Satu sosok yang diincar para prajurit TNI itu adalah Kapolres Tuban, AKBP Suryono.
-
Apa yang di serahkan ke TNI? Kementerian Pertahanan sendiri sebelumnya memang telah memesan lima unit C-130J Super Hercules.
-
Apa arti 'artileri' menurut KBBI? Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artileri secara adalah senjata untuk melontarkan proyektil.
-
Siapa yang mengeluarkan pistol? Saat pelaku mengeluarkan senjata api, warga yang berkerumun di sekitar lokasi kejadian langsung berlarian karena ketakutan.
Setelah konsumen setuju memesan senjata api dengan standar milik anggota Polri maupun TNI, broker melanjutkan ke bengkel pengrajin untuk proses produksi.
"Kalau pemesan berminat, transaksi bisa di lanjutkan ke bengkel pengrajin," tandasnya.
Bukan hanya broker yang punya peran strategis dalam bisnis jual beli senjata ilegal. Ada pula keterlibatan orang dalam PT Pindad (Persero), perusahaan pelat merah yang bergerak pada indutri dan manufaktur pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia.
Disebutkannya, banyak peluru dari Pindad 'bocor' ke warga sipil. "Pelurunya itu bisa dari Pindad, melalui oknum Pindad," tuturnya.
Merdeka.com mencoba mengkonfirmasi mengenai bocornya peluru Pindad. Namun hingga berita ini diturunkan, pihak Pindad belum memberikan respons.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi mengaku kerap ditanya oleh negara-negara lain terkait produksi peluru di Indonesia
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto menyopiri kendaraan taktis Maung bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ibu Negara Iriana Jokowi, dan Erick Thohir.
Baca SelengkapnyaSenjata tersebut untuk perlindungan diri anggota ketika menghadapi ancaman kejahatan dan mengamankan pelaku kejahatan.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya membongkar sindikat penjualan senjata api ilegal hasil kerja sama dengan TNI Angkatan Darat.
Baca SelengkapnyaDua petani asal Banyuwangi berbisnis senjata api ilegal. Begini nasibnya sekarang.
Baca SelengkapnyaDirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengungkap kasus jual beli Senpi ilegal.
Baca SelengkapnyaHengki membantah soal kabar Iptu Muhamad Yudi Kanit Reskrim Polsek Bekasi Utara yang disebut jadi penyuplai senjata ke DE.
Baca SelengkapnyaDari puluhan senjata dibongkar polisi dan TNI itu, beberapa senjata di antaranya merupakan hasil modifikasi.
Baca SelengkapnyaJokowi minta jajarannya untuk mencari mitra kerja dan menjalin kerja sama dengan pihak lain.
Baca SelengkapnyaMenurut Djoko, Brigadir ZH sempat dalam pencarian Propam Polda Sulteng.
Baca SelengkapnyaPolres Bogor pun menetapkan dua tersangka yaitu Bripda IMS usia 23 tahun sebagai pengguna senjata api, dan Bripka IG usia 33 tahun sebagai pemilik senjata api.
Baca Selengkapnya