Cegah Pencurian Data di Era Digital, Keamanan Siber Harus Ditingkatkan
Merdeka.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyebut bahwa pihaknya membina hampir 1.300 startup di tahun 2019 ini. Industri teknologi di Tanah Air terus berkembang pesat, ditambah lagi, kini Indonesia telah memiliki 3 unicorn dan 1 decacorn.
Namun, di balik itu semua, tersimpan ancaman yang tak bisa disepelekan. Potensi pencurian data digital saat ini bahkan sudah menjadi ancaman global. Oleh karenanya, peningkatan keamanan data menjadi tugas semua pihak yang terlibat termasuk pemilik data, pengelola data, dan komunitas siber sendiri.
Pakar Forensik Kejahatan Teknologi Informasi, Ruby Alamsyah mengatakan, dunia telah memasuki era kemudahan akses yang memunculkan kerentanan tindak kejahatan digital, termasuk salah satunya pencurian data. Apalagi, sebuah sistem tetap memiliki kerentanan meskipun setiap saat dilakukan update keamanan.
-
Kenapa penipuan online di era digital mudah terjadi? Tapi di balik segala kenyamanannya, nggak bisa dipungkiri kalau era digital juga membuka peluang kejahatan berupa penipuan online yang marak terjadi.
-
Kenapa serangan ransomware semakin meningkat? Laporan itu menyebutkan jenis serangan ransomware ini di mana penjahat siber secara aktif menyusup ke infrastruktur teknologi & informasi organisasi untuk menyebarkan ransomware, meningkat 2,75x year over year.
-
Bagaimana cara kejahatan siber mendapatkan informasi sensitif? Beberapa pemateri juga menjelaskan mengenai social engineering atau praktik manipulasi psikologis yang dilakukan oleh penyerang (pelaku kejahatan siber) untuk memperoleh informasi sensitif, mendapatkan akses ke sistem atau sumber data yang seharusnya terbatas.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Bagaimana AI membantu keamanan digital? Tak hanya itu, AI juga dapat berperan penting dalam mendeteksi dan mencegah upaya penipuan di ranah digital.
-
Apa itu Cyber Security? Mengutip dari beragam sumber, cyber security adalah sebuah sistem atau cara yang bertujuan melindungi komputer, jaringan, sistem, dan data dari akses yang tidak sah. Sederhananya, terserang hacker.
"Kalau kita lihat secara global, setiap sistem komputer dimanapun pasti memiliki celah keamanan tinggal seberapa besar menjaganya," kata Ruby dikutip di Jakarta, Jumat (12/4).
Dia mencontohkan, di Amerika Serikat terjadi kebocoran data nasabah pada sebuah supermarket besar setiap tahun. Jejaring sosial Facebook juga diterpa kasus kebocoran data 87 juta pengguna pada tahun 2018. Bahkan, pada awal April ini UpGuard, sebuah perusahaan keamanan siber, menemukan perusahaan media digital berbasis di Meksiko, Cultura Colectiva meninggalkan lebih dari 540 juta catatan atau arsip pengguna Facebook di basis data publik.
Pendapat serupa disampaikan Pakar Keamanan Siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha. Menurutnya, pencurian data sebagai ancaman di dunia digital patut diwaspadai.
Pada 2014, misalnya, pencurian data dalam jumlah sangat besar terjadi pada Sony Pictures. Akibatnya, nilai saham Sony Pictures turun karena banyak data yang dibuka ke publik. Di Indonesia, data pengguna marketplace juga dicuri pihak tidak bertanggungjawab.
"Dua kejadian tersebut memberikan kita gambaran bahwa semakin ter-digitalisasi kehidupan kita, pengamanan juga wajib ditingkatkan," kata Pratama.
Pemerintah Estonia, menurut Pratama, mengadakan penelitian terhadap seluruh negara di dunia terkait tingkat keamanan siber dengan menerbitkan National Cyber Security Index (NCSI). Estonia memberikan informasi dan arahan ke negara mana saja yang aman untuk berinvestasi, berdasarkan tingkat keamanan sibernya.
Dikutip dari situs resminya www.ncsi.ega.ee, Indonesia berada diurutan 105 dari 130 negara yang paling rentan terkait keamanan sibernya dengan nilai NCSI sebesar 19,48. Tingkat keamanan siber di Indonesia masih lebih lambat dibandingkan level pengembangan digitalnya.
Di Indonesia, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) kini menjadi lembaga yang bertanggungjawab dalam pengamanan data. Menurut Pratama, setidaknya ada lima faktor yang harus ditingkatkan untuk memperkuat pertahanan siber Indonesia, yaitu aspek legal, aspek teknis, organisasi, kapasitas sumberdaya manusia dan kerja sama antar negara antar lembaga.
Pada aspek legal, perlu undang-undang terkait keamanan siber yang mewajibkan setiap pihak bisa meningkatkan keamanan siber pada sistemnya dengan standar yang ditentukan. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) belum menjangkau hal tersebut.
Untuk masalah teknis, kapasitas SDM dan organisasi seharusnya bisa terselesaikan dengan adanya BSSN. Namun, semua itu akan sulit dilaksanakan bila perangkat undang-undang pendukungnya tidak ada. Soal kerjasama, kolaborasi dengan negara maupun organisasi perlu ditingkatkan, karena musuh dalam perang siber tidak selalu antar-negara, tetapi juga korporasi multinasional atau bahkan kelompok dan individu. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan lengkap mengenai cyber security.
Baca SelengkapnyaAnalis Utama Politik Keamanan LAB 45 Christian Guntur Lebang menjelaskan, infrastruktur digital dan akses internet masih menjadi persoalan utama.
Baca SelengkapnyaBerikut tips jitu dari Polri untuk mengantisipasi pencurian data pribadi yang marak terjadi.
Baca SelengkapnyaFaktor keamanan data digital masih menjadi diskusi di ruang publik.
Baca SelengkapnyaUMKM perlu waspada serangan hacker, seiring UU PDP bakal diberlakukan.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaBagi perusahaan, serangan siber akan berdampak terhadap operasional organisasi.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaMemiliki pendidikan lebih baik dan kepintaran tidak membuat seseorang dijamin kebal dari penipuan. Kenali mengapa mereka tetap rentan menjadi korban tipuan ini:
Baca Selengkapnya