Cerita produk timbangan tradisional asal Solo diburu konsumen
Merdeka.com - Produk industri timbangan tradisional berbahan baku besi cor dari Kelurahan Kerten, Kota Solo, Jawa Tengah, hingga saat ini masih banyak diminati konsumen dari berbagai daerah.
Roni (42), seorang perajin timbangan tradisional dari Kerten RT 03 RW 11 Kecamatan Laweyan, Kota Solo mengatakan, banyak konsumen produk industrinya tersebut, terutama dari daerah pesisir Pulau Jawa, Kalimantan, dan bahkan hingga Sulawesi.
Dia mengaku industrinya itu melanjutkan usaha orang tuanya sejak 1982. Industri timbangan itu merupakan usaha keluarga secara turun temurun hingga sekarang dengan produksi yang masih stabil dan mampu memenuhi permintaan pasar.
-
Di mana produk-produk itu dijual? Sebuah studi baru mengungkapkan adanya ratusan produk kosmetik yang mengandung bahan terlarang. Pada hari Rabu, European Chemicals Agency (ECHA) merilis temuannya setelah menyelidiki hampir 4.500 produk kosmetik di 13 negara Eropa.
-
Apa yang dijual? Dia merinci, luas tanah lokasi berdirinya masjid 300 meter persegi.'Sementara tanah kosong yang di belakang masjid kurang lebih luasnya juga 300 meter persegi. Jadi kurang lebih dua sertifikat itu luas lahannya 600 meter,' ungkapnya.
-
Dimana reseller menjual produknya? Pekerjaan ini bisa dihandle dari rumah, hanya dengan memasarkan dan menjualkan produk melalui media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan lain sebagainya.
-
Bagaimana orang mengirimkan barang dagangan di Kali Pepe? Untuk bisa mengirimkan barang dagangan sampai ke pusat kerajaan, mereka harus menyusuri Kali Pepe melalui perahu barang yang ukurannya lebih kecil.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Bagaimana toko roti di Jakarta siasati kenaikan harga bahan baku? Toko roti di kawasan Rawa Belong, Palmerah, Kota Jakarta Barat mampu menyiasati kenaikan harga bahan pokok yang terjadi belakangan. Produk yang dijual toko itu memiliki ukuran dan harga yang tetap alias tidak terpengaruh dari kenaikan harga bahan baku.
"Permintaan konsumen 600 unit per bulan. Kami mengirim timbangan produk ini ke tingkat distributor Surabaya. Timbangan baru dikirim ke berbagai daerah di Indonesia," kata Roni yang meneruskan usaha orang tuanya itu sejak 2016 hingga sekarang.
Untuk mendukung usaha industrinya itu, dia memiliki 10 tenaga kerja dengan kemampuan produksi rata-rata mencapai 1.000 unit per bulan.
Menyinggung soal bahan baku besi cor, Roni menjelaskan cukup mudah diperoleh dengan mendatangkan dari industri logam cor Batur, Klaten. "Kami tinggal merakit dan melakukan 'finishing'," ujar dia.
Roni menjelaskan tentang proses produksinya, di mana setelah dirakit timbangan kemudian dicek atau ditera oleh petugas UPT Metrologi Solo untuk mengetahui keakuratan timbangan.
Jika sudah ditera, katanya, kemudian masuk tahap akhir dengan memberikan warna, dan selanjutnya dikemas untuk dikirim ke konsumen melalui distributor.
Dia mengatakan produk timbangan tradisionalnya dipasok kepada pihak distributor dengan harga Rp 270 ribu per unit atau mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 250 ribu.
"Kenaikkan harga timbangan ini dampak dari harga besi cor naik yang kini mencapai Rp 30.000 per kilogram. Satu unit timbangan rata-rata berat mencapai 7,5 kilogram besi cor," kata Roni.
Karto (55), salah satu perajin lainnya mengaku bekerja di industri timbangan tradisional di Solo itu sudah selama 25 tahun terakhir.
"Saya dulu ikut bapaknya, dan kini industri timbangan dilanjutkan oleh putranya," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pedagang bedug di kawasan Tanah Abang mengungkapkan bahwa dia mendapatkan pesanan sebanyak 100 bedug.
Baca SelengkapnyaPara pembuat pisau, pembuat tusuk sate, dan perajin tempat panggangan sate panen rezeki saat hari raya kurban tiba.
Baca Selengkapnya