Cita Mineral target produksi 600.000 ton alumina hingga akhir tahun
Merdeka.com - PT Cita Mineral Investindo (CITA) menargetkan produksi 600.000 ton alumina dari Smelter Grade Alumina (SGA). Angka ini ditargetkan tercapai hingga akhir tahun.
"Saat ini Juni sampai Desember rencana kita mampu memproduksi 600.000 ton alumina," jelas Direktur Utama CITA, Liem Hok Seng, saat ditemui di Hotel Le-Meridien, Jakarta, Kamis (16/6).
Menurutnya untuk mencapai target tersebut memerlukan 1,8 juta ton biji utama aluminium atau bauksit. Sementara, untuk tahun depan, perseroan menargetkan mampu memproduksi 1 juta ton alumina.
-
Siapa yang memulai penambangan timah di Belitung? Belanda telah merintis penambangan timah di Belitung pada 1851 dan mendapat konsesi setahun setelahnya.
-
Di mana lokasi tambang timah terbesar di Asia Tenggara? Bukan di Luar Negeri, Tambang Timah Terbesar di Asia Tenggara Dulunya Ada di Belitung Siapa sangka jika tambang timah terbuka (open pit) terbesar di Asia Tenggara ternyata berada di Bangka Belitung.
-
Siapa yang meluncurkan Bursa Karbon Indonesia? Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Selasa (29/09) lalu.
-
Di mana ditemukannya jejak litium, aluminium, tembaga, dan timbal? Ditemukan jejak litium, aluminium, tembaga, dan timbal di udara sampel. Konsentrasinya terlalu tinggi untuk disebabkan sumber-sumber alami, seperti penguapan debu kosmik dan meteorit saat bertemu dengan atmosfer.
-
Dimana sumur minyak pertama di Indonesia ditemukan? Bukan di Pulau Jawa, Ternyata Ini Lokasi Sumur Minyak Mentah Pertama di Indonesia Tidak banyak orang tahu bahwa penemuan lokasi sumur minyak pertama di Indonesia berada di sebuah desa bernama Telaga Said, Kabupaten Langkat.
-
Dimana pabrik pertama PT Sasa Inti? Perjalanan PT Sasa Inti (Sasa) diawali pada tahun 1968, di mana pada saat itu PT Sasa Fermented mendirikan pabrik fermentasi di Sidoarjo.
"Untuk tahun depan 1 juta ton tapi prosesnya kita bertahap," ungkapnya.
Liem juga menambahkan untuk mencapai itu semua dia berharap dukungan dari sejumlah pihak. "Melihat manfaat positif yang sangat luas, kami sangat membutuhkan dukungan dari banyak pihak seperti regulator pasar modal, pemerintah lokal dan pusat, khususnya untuk masalah pendanaan dan keamanan serta kelancaran izin-izin," tuturnya.
Sebelumnya, Liem Hok mengungkapkan CITA merupakan penghasil alumina tipe SGA pertama di Indonesia. "Kami turut bangsa menjadi penghasil alumina tipe SGA pertama di Indonesia karena menjadikan Indonesia sejajar dengan negara penghasil alumina seperti Tiongkok, Rusia, Australia dan Amerika," ungkap Liem.
Direktur Independen sekaligus Corporate Secretary CITA, Yusak Pardede mengatakan, dimulainya produksi perdana pada bulan Juni 2016 ini akan membuat kondisi keuangan perusahaan meningkat ke arah yang lebih baik.
"Setelah satu tahun lebih tidak meraih pendapatan pasca diberlakukannya PP No 1 tahun 2014 dan Peraturan Menteri ESDM tahun 2014 pada bulan juni pendapatan yang diraih semakin ke arah positif," jelasnya.
Menurutnya, per 31 Maret 2016 CITA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 27,5 miliar setelah sebelumnya per 31 Desember 2015 meraih pendapatan sebesar Rp 13,9 miliar.
"Pendapatan kita naik dari Rp 13,9 per 31 Desember 2015 menjadi Rp 27,5 miliar per 31 Desember dan kemungkinan bisa naik lagi karena kita berencana akan ekspor alumina SGA," ujarnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
SKK Migas menargetkan lifting minyak hingga 1 juta barel per hari hingga 2030.
Baca SelengkapnyaSepanjang semester pertama tahun 2024, perusahaan klaim mampu menjaga ketahanan keuangan.
Baca SelengkapnyaIni menandakan berakhirnya ketergantungan Indonesia pada ekspor konsentrat yang selama ini belum bisa memanen mineral secara maksimal.
Baca SelengkapnyaPabrik Tuban telah disiapkan untuk mampu menghasilkan produk-produk berkualitas ekspor.
Baca SelengkapnyaBTR telah merampungkan pabrik tahap pertama di KEK Kendal dalam waktu 10 bulan dan saat ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaSaat ditanya terkait kepastian jadwal peresmian tersebut, dia berharap itu bisa cocok dengan jadwal Jokowi.
Baca SelengkapnyaTotal produksi anoda baterai litium di Indonesia akan mencapai 160 ribu ton per tahun.
Baca SelengkapnyaLuhut memprediksi Indonesia bisa mengalahkan China dalam produksi anoda baterai litium.
Baca SelengkapnyaUntuk tahap pertama, Indonesia siap mengekspor listrik rendah karbon.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 68 gigawatt (GW) dalam 10 tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaGas industri membantu meningkatkan efisiensi pemurnian tembaga melalui dorongan kapasitas produksi.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan total investasi smelter Amman mencapai Rp21 triliun.
Baca Selengkapnya