Coca Cola kalah bersaing dengan produk lokal Indonesia
Merdeka.com - Anggapan produk asing menguasai pasar dalam negeri ternyata tidak sepenuhnya benar. Dari hasil survei lembaga Kantar Worldpanel Indonesia menyebutkan bahwa produk konsumsi asing ternyata sulit bersaing di pasaran Indonesia.
Merek paling laris di dunia seperti minuman ringan Coca Cola tak terlalu laris di pasaran Tanah Air sepanjang tahun lalu. General Manager Kantar Indonesia Lim Soon Lee menyatakan, Coca Cola bahkan ditumbangkan minuman sachet lokal seperti Ale-Ale.
Padahal merek minuman soda itu menjadi penguasa di Meksiko, Amerika Serikat, dan Spanyol. "Konsumen Indonesia sangat percaya dengan brand lokal. Walaupun brand global punya nama besar, rupanya kepercayaan masyarakat terhadap brand lokal masih sangat tinggi," kata Lim di kantornya, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (7/5).
-
Kenapa kopi Indonesia bisa bersaing? Menurut Aga, Indonesia sudah bisa bersiang dengan para pemain kopi di seluruh dunia. Salah satu faktornya adalah Indonesia merupakan negara penghasil kopi sekaligus konsumen terbesar.
-
Mengapa penting fokus dengan produk yang dipasarkan? Kalau kamu memiliki ketertarikan dengan produk tertentu, seperti perangkat elektronik, maka harus secara fokus dan berkala memasarkan produk tersebut. Jangan lupa untuk mendalami pengetahuan tentang produk itu sehingga bisa memperkaya materi kontennya. Kamu juga bisa menjadikan akun tertentu sebagai panutan (role mode) sehingga memiliki inspirasi.
-
Siapa yang perlu dijangkau dengan pemasaran? Seperti, memikirkan cara yang dapat kita lakukan agar konsumen mengetahui dan memahami produk atau layanan yang kita tawarkan.
-
Bagaimana Pupuk Indonesia mendorong UMKM binaan untuk go internasional? Pupuk Indonesia bersama PIKA-PI mendorong UMKM binaan, khususnya yang bergerak di bidang wastra (kain tradisional yang sarat akan makna budaya nusantara) untuk naik kasta dan go internasional. Salah satu upayanya dengan aktif mengikuti event-event level internasional, seperti JFC yang sudah berlangsung selama lebih dari dua dekade ini.
-
Apa keterampilan yang dianggap penting oleh perusahaan di Indonesia? Menariknya adalah sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.
-
Apa manfaat produk lokal bagi budaya Indonesia? Meningkatnya kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan pola konsumsi, tetapi juga menjadi bukti nyata, semakin kuatnya komitmen dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya Indonesia.
Tidak hanya Coca Cola yang bernasib nahas tidak masuk daftar 30 besar merek produk konsumsi paling laris di Indonesia. Pasta Gigi Oral-B dari Procter and Gamble yang laris di puluhan negara, kalah dengan Ciptadent yang asli buatan lokal.
Dua merek yang memuncaki daftar 10 produk konsumsi terlaris Indonesia merupakan bikinan perusahaan lokal, yaitu Sedaap dan Indomie. Baru kemudian, Masako dari Ajinomoto Jepang berada di urutan ketiga. Namun merek ini hanya dipasarkan di Indonesia.
Analis Kantar Indonesia Eka Kusuma Artha menyatakan, dengan demografi yang dikuasai merek lokal, merek asing harus menyesuaikan diri jika ingin memperkuat penetrasi pasar.
Salah satunya dengan mengakuisisi merek lokal atau menawarkan produk kemasan kecil seperti sachet.
"Karena ada sachet, yang paling dipilih konsumen Indonesia, seperti (bumbu penyedap) Reiko atau Masako mayoritas penjualan dari sachet. Atau kalau mau bersaing, mungkin harus membeli brand lokal," kata Eka.
Dari 10 produk konsumsi dalam daftar Kantar, yang paling banyak terjual di Indonesia tahun lalu adalah makanan dan minuman, mulai dari bumbu penyedap, kopi instan, dan biskuit. Hanya sabun Lifebouy, yang bukan merupakan makanan, di urutan ke-9. Rinso juga mampu masuk ke urutan paling buncit, menjadi satu-satunya sabun cuci yang masuk daftar 10 besar dari Kantar tersebut.
Kantar melakukan riset ini pertama kali di Indonesia. Melibatkan 7.000 keluarga di 9 kota besar Tanah Air.
Untuk riset global, penelitian dilakukan serentak di 32 negara. Setelah Coca Cola yang menjadi paling laris sejagat, merek paling laku berikutnya di dunia adalah Colgate, Nescafe, Pepsi, Lifebouy, Maggi, dan Pantene. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat sekitar 700 merek franchise asing yang beroperasi di tanah air, jauh mengungguli jumlah franchise lokal yang hanya sekitar 130 merek.
Baca SelengkapnyaMajelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi ataupun menggunakan produk Israel.
Baca SelengkapnyaSecara spesifik Budi menyebut pabrik Coca-Cola berasa di wilayah Bekasi, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaDukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaProduk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Baca SelengkapnyaDengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta pasar dalam negeri tidak di kuasai oleh produk mebel impor.
Baca SelengkapnyaPotensi investasi senilai Rp437 triliun di sektor petrokimia juga terancam mandek akibat kekacauan pasar domestik.
Baca SelengkapnyaMenperin Agus Gumiwang Kartasasmita mewaspadai negara-negara lain yang mengincar pasar konsumen muslim Indonesia untuk memasarkan produk halal mereka.
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya sudah melakukan antisipasi dini sejak lama dalam belanja online.
Baca Selengkapnya