Contek China dan Jepang, Pengembangan EBT Butuh Insentif di Tengah Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menyatakan, pengembangan energi terbarukan (renewable energy) perlu mendapat insentif stimulus dalam konteks krisis pandemi Covid-19. Menurutnya, itu bisa menjadi salah satu strategi pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi.
Fabby berkaca dari pengalaman sejumlah negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Uni Eropa pada krisis ekonomi periode 2008. Negara-negara tersebut memberikan stimulus dan insentif kepada infrastruktur negara bersih.
"China misalnya, memberikan insentif untuk pengembangan kereta, mass transportation. Ujung-ujungnya, selain memangkas waktu perjalanan dia juga memangkas konsumsi BBM. Kita tahu, China salah satu pengimpor BBM terbesar," tuturnya dalam sesi teleconference, Senin (30/11).
-
Siapa yang membantu ekonomi Korea Selatan? AS menjadi sekutu dan membantu perekonomian Korsel yang terpuruk usai perang saudara.
-
Bagaimana IMF membantu negara dalam kesulitan? IMF memberikan dukungan finansial kepada negara-negara anggotanya yang mengalami kesulitan pembayaran internasional. Melalui program-program pinjaman, IMF dapat membantu negara-negara untuk menyeimbangkan anggaran dan mendukung reformasi struktural guna memulihkan pertumbuhan ekonomi.
-
Dimana negara berkembang di benua Asia? Negara Berkembang di Benua Asia Bhutan, Kazakstan, Mongolia, Armenia, Afghanistan, Bangladesh, Brunei, Kamboja, China, India, Korea Utara, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Palestina.
-
Mengapa Menko Perekonomian mendorong pengembangan infrastruktur? Pengembangan infrastruktur yang signifikan akan terus dilanjutkan sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 guna mewujudkan visi strategis 100 tahun Indonesia.
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk atasi dampak ekonomi global? Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca meningkatnya ketegangan yang terjadi di timur tengah.'Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pegendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,' ujar Nicke.
-
Bagaimana globalisasi teknologi membantu negara mencapai kemandirian energi? Globalisasi IPTEK membantu negara-negara lain memperoleh kemandirian energi dengan mengakses dan menggunakan teknologi terbaru untuk produksi dan distribusi energi.
"Kita lihat juga European Union memberikan stimulus berupa feed in tarif untuk pengembangan solar. Dan saat ini sejumlah negara di EU cukup berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)," dia menambahkan.
Intinya, dari hasil stimulus tersebut bisa dilihat bahwa insentif yang diberikan pada pengembangan energi bersih/terbarukan dapat memberikan tingkat pengembalian ekonomi atau investasi yang lebih tinggi. Selain itu, pemberian stimulus tersebut juga bisa menambah lapangan kerja.
Pentingnya Insentif
Oleh karena itu, pemberian insentif pada sektor energi terbarukan disebutnya sangat penting bagi kondisi di Indonesia saat ini. Fabby melihat ini sebagai sebuah kesempatan, terutama karena Indonesia punya target pada 2025 ingin mencapai 23 persen energi terbarukan.
Menurut perhitungannya, untuk mencapai target tersebut, maka dari kurun waktu 2020-2025 diperlukan tambahan paling tidak 14-15 gigawatt (GW) kapasitas pembangkitan energi baru. Dan ini membutuhkan investasi sekitar USD 5-6 miliar per tahun.
"Artinya, kalau dibutuhkan 15 GW untuk mencapai target 23 persen saja, maka tiap tahun dibutuhkan 2-3 GW. Kalau kita ingin mencapai status dekarbonisasi atau alignment dengan Paris Agreement, maka sebenarnya pada 2050 kita perlu tingkatkan pembangunan energi terbarukan hingga mencapai 70 persen dari total kapasitas pembangkit listrik," paparnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Langkah ini sebagai upaya China untuk mendongkrak perekonomian mereka yang tengah lesu.
Baca SelengkapnyaSembilan negara ini rela "bagi-bagi" uang supaya warganya punya anak dan bisa menambah serta menjaga perekonomian suatu negara.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaSingapura memberikan bantuan berupa paket dukungan biaya hidup sebesar 800 dolar Singapura per orang untuk mengatasi kenaikan biaya hidup.
Baca SelengkapnyaDaya beli masyarakat China tetap lemah meski pemerintah telah menggelontorkan sejumlah insentif.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dialami negara-negara maju itu dipengaruhi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi yang terjadi di berbagai negara.
Baca Selengkapnya"Ketenagakerjaan, menyangkut kepentingan vital rakyat."
Baca SelengkapnyaSebagai contoh, Indonesia berhasil menghadapi berbagai tantangan dalam mengendalikan penyebaran virus covid-19.
Baca SelengkapnyaBerkembangnya hilirisasi Indonesia bikin China-Eropa ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaNegara miskin menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan bahkan kebangkrutan akibat beban pinjaman luar negeri.
Baca SelengkapnyaDampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca Selengkapnya