Cuaca ekstrem berpotensi ganggu target produksi beras dalam negeri
Merdeka.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan tinggi di daerah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sampai Maret 2018. Cuaca ekstrem tersebut dikhawatirkan akan mengganggu produksi beras dalam negeri secara signifikan.
Pengamat Kebijakan Pangan Pertanian, Jangkung Handoyo Mulyo mengatakan, perkiraan cuaca tersebut bisa mengurangi target pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian dan Bulog dalam menyerap padi. Terlebih, daerah yang terdampak cuaca ekstrem merupakan sentra produksi beras Indonesia.
"Jadi target penyerapan 2,2 juta ton sampai Juni, dengan adanya perubahan-perubahan iklim, banjir, angin, ini akan menurunkan produksi kita," kata Jangkung saat dihubungi, Rabu (7/2).
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Apa dampak musim kemarau di Jateng? Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.
-
Mengapa perubahan iklim memperburuk banjir? Perubahan iklim berkontribusi signifikan terhadap peningkatan frekuensi dan intensitas banjir.
-
Apa penyebab panas di Jakarta? Secara umum suhu panas maksimum pada siang hari tersebut disebabkan karena gerak semu matahari dengan jarak terdekat di equator sebagaimana dilaporkan sebelumnya oleh tim meteorologi BMKG.
-
Apa dampak kemarau di Jateng? Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Iklim, kata Jangkung, merupakan faktor eksternal pendukung sektor pertanian dalam berproduksi. Iklim, lanjutnya, tidak bisa dikendalikan, berbeda dengan benih, hama, dan pupuk. Karena itu, pemerintah tidak bisa mengantisipasi iklim yang menyebabkan hujan, banjir, angin kencang, dan longsor.
"Kalau kita jadikan gambaran kejadian saat ini di beberapa daerah sentra beras, maka itu pasti akan menurunkan produksi. Jadi tidak mudah mencapai angka (2,2 juta ton) itu," jelasnya.
Dia juga khawatir, setiap daerah sentra penghasil beras yang terdampak hujan ekstrem akan mengurangi produksi paling sedikit sepuluh persen. Namun, persentase tersebut bisa bertambah tergantung pada cuacanya.
Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini juga menilai, impor 500 ribu bisa menjadi opsi terakhir bila target produksi beras dalam negeri gagal. Hal ini, untuk menstabilkan stok Bulog dan Pasar Beras Induk Cipinang (PBIC) yang kian berkurang.
"Kalau kemudian dengan mengandalkan produksi belum cukup, maka tidak ada salahnya impor. Sesungguhnya juga penting dan strategis tapi belum dilakukan dengan intensif, adalah disertifikasi pangan lokal," kata Jangkung.
Mengenai opsi impor, dari 500 ribu ton yang diwacanakan pemerintah, Bulog akan menerima 281 ribu ton beras pada 28 Februari. Serapan beras tersebut dipastikan tidak mengganggu penyerapan padi dan stabilitas harga karena beras impor langsung masuk di Gudang Bulog.
Sekretaris Bulog Siti Kuwati mengatakan, impor ini tidak akan mengganggu harga dan target pemerintah dalam menyerap hasil panen petani. "Jadi tidak perlu khawatir, Bulog punya 1.400 lebih unit gudang yang tersebar di 26 Divisi Regional dengan kapasitas simpan seluruhnya kurang lebih empat juta ton," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga menargetkan cadangan beras pemerintah (CBP) di atas 2,2 juta hingga akhir 2023.
Baca SelengkapnyaSalah satu yang tampak nyata adalah produksi beras di berbagai negara mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaDampak El Nino akan menganggu komoditas tanaman utama, seperti gandum, jagung, beras, kedelai, dan sorgum.
Baca SelengkapnyaImpor terpaksa dilakukan karena tantangan pertanian yang semakin kompleks dan potensi krisis pangan dunia.
Baca SelengkapnyaFenomena el nino membuat produksi beras nasional turun 2,05 persen.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempercepat impor beras di tengah ancaman dampak El Nino yang menyebabkan kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaEl Nino adalah fenomena global yang terjadi hampir di seluruh negara yang terletak pada garis ekuator, salah satunya Indonesia.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau panjang yang terjadi berpotensi menganggu panen sawit di perkebunan.
Baca SelengkapnyaPerum BULOG masih memperhitungkan total biaya demurrage yang harus dibayarkan.
Baca SelengkapnyaAnomali cuaca itu membuat hasil panen yang biasanya menghasilkan 7 ton kini menjadi hanya 5 ton beras saja.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk.
Baca SelengkapnyaAkibat kondisi tersebut, awalnya Kementan yang getol menolak untuk impor beras, akhirnya menyetujui. I
Baca Selengkapnya