Curhat miris sopir UberCar cuma bawa pulang Rp 100.000 per hari
Merdeka.com - 'Segala sesuatu yang kita dengar adalah pendapat, bukan fakta. Segala sesuatu yang kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran.'
Ungkapan Syaikh Al-Albani ini benar adanya ketika merdeka.com mendalami kehidupan salah satu sopir UberCar di Jakarta.
Apa yang dikatakan orang-orang perihal nikmatnya menjadi sopir UberCar karena ada jaminan penghasilan tinggi, nyatanya hanya bualan. Purwanto yang telah 1 tahun menjadi sopir UberCar tidak menggambarkan kisah seorang sopir berpenghasilan melebihi seorang manajer seperti yang digembar-gemborkan di media.
-
Bagaimana taksi-taksi ini berbeda dari yang lain? Taksi umum biasanya menggunakan mobil jenis sedan atau MPV yang dapat ditemui hampir di seluruh dunia. Namun, terdapat juga taksi yang menggunakan jenis mobil lainnya.
-
Kenapa taksi-taksi ini unik? Desain taksi-taksi ini sangat aneh sehingga membuat tercengang!
-
Taksi unik apa yang menarik perhatian? Taksi dengan Desain Unik Ini Menarik Perhatian dengan 9 Potret yang Berbeda, Tidak Sama dengan Taksi Biasa Desain taksi-taksi ini sangat aneh sehingga membuat tercengang!
-
Di mana taksi-taksi unik ini ditemukan? Di beberapa bagian dunia lainnya, terdapat taksi yang menggunakan Lamborghini sebagai kendaraannya. Bahkan, ada juga taksi yang menggunakan mobil kecil dengan desain yang mirip dengan helm.
-
Siapa yang menjadi driver taksi online? 'Kami jual aset, dan suami berusaha cari kerja lagi. Karena pandemi, akhirnya dia jadi driver taksi online,' ungkap Ira.
-
Apa saja kelebihan mobil bekas taksi? Membeli mobil taksi bekas bisa menjadi pilihan menarik bagi Anda yang mencari mobil dengan harga terjangkau. Taksi bekas menjalani pemeriksaan rutin, sehingga sebagian besar memiliki mesin bagus dan jarak tempuh rendah.
"Jadi sopir Uber enak? Kelihatannya enak, banyak yang kelihatan gitu kan tapi sebenarnya enggak. Capek di jalan, penghasilan juga engga sebesar apa yang dibilang orang-orang," kata Purwanto kepada merdeka.com di Jakarta, Senin (16/5).
Dengan penghasilan Rp 350.000 - Rp 450.000 per hari, Purwanto merasa hal tersebut standar layaknya taksi konvensional.
"Memang semua sopir Uber mobilnya punya sendiri? Enggak semua mas. Kayak saya gini, penghasilan rata-rata Rp 350.000 - Rp 400.000 per hari itu kotor. Potong bensin sama setoran paling-paling bersihnya saya dapat Rp 100.000 - Rp 120.000 per hari. Uber juga nggak ada bonus kan," jelasnya.
"Akhirnya penghasilan kita-kita (sopir Uber) enggak bisa bikin kita layaknya orang kantoran. Banyak yang ngirit, bawa makan sendiri, engga ngerokok dan lain-lain," tambahnya.
Di sela-sela pembicaraan, bapak satu anak ini meminta agar tidak banyak pihak yang meributkan kehadiran transportasi berbasis daring, karena semua sama-sama mencari nafkah.
"Kita penghasilan banyak yang sama kayak kalian (taksi konvensional). Persaingan makin berat, sama-sama susah cari penumpang. Sama-sama punya keluarga yang perlu dinafkahi, jadi kalau bisa damai saja, kalau perlu saling membantu," kata dia.
Dia berharap, kisah pahitnya tidak terulang kepada buah hatinya. Bagi Purwanto, akan selalu ada sinar terang di masa depan.
"Kalau sekolah kita nyari duit pakai pulpen, kalau kita di lapangan diomelin, cari duit pake otot. Sayang saya engga ada ijazah. Saya pengennya kerja kantor. Makanya anak saya suruh sekolah yang bener, biar tidak kayak bapaknya" tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya