Curhat sopir Blue Bird tak dapat THR selama 8 tahun
Merdeka.com - Satiman (53) sudah 6 tahun tak pulang ke kampung halamannya saat lebaran. Selama ini, dia memilih menjadi sopir luar kota untuk pelanggannya ketika lebaran.
"Lebaran tahun ini juga tidak pulang, mau nyupir ke Ngawi, Jawa Timur," ujar dia di Stasiun Pasar Senin, Jakarta, Kamis (28/4).
Pria yang berprofesi sebagai sopir taksi ini mengaku tak pernah mendapatkan Tunjangan Hari Raya dari kantor. Oleh sebab itu, dia memilih menjadi sopir tembak guna menambah penghasilannya untuk biaya sekolah kedua anaknya.
-
Apa yang dikerjakan anak kedua Abimana? Anak kedua Abimana, Satine Zaneta, sempat menjadi anak perempuan satu-satunya sebelum kelahiran si bungsu. Ia mengikuti jejak orangtuanya dalam dunia akting.
-
Kenapa pengusaha itu menyekolahkan anaknya di sekolah mahal? Terlebih, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi masa depan anaknya.'Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, apalagi menyangkut pendidikan dan masa depan, achie ingin yang terbaik bagi boy dan coco,' tulis Hilman dalam keterangan videonya.
-
Bagaimana anak kedua mengembangkan bahasa? Anak kedua kadang-kadang mengalami perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan dengan anak pertama. Mereka memiliki tokoh yang lebih banyak untuk berbicara dan dijamin mendapatkan lebih banyak perhatian dari anggota keluarga lainnya.
-
Apa karakteristik anak ke-2? Anak kedua cenderung lebih mudah beradaptasi dengan berbagai situasi dan lebih fleksibel dalam menjalani hubungan.
-
Bagaimana Bapak Joko bisa menyekolahkan anaknya? 'Ya suatu kebanggan bagi saya, memang dari dulu sebelum menikah, bahkan saya itu punya cita-cita nanti kalau sudah berkeluarga dan punya anak, yang saya utamakan memang segi pendidikan, walaupun bapaknya kondisinya kayak begini, yang penting anaknya bisa sekolah,' jelas Joko.
-
Bagaimana anak ini mencari uang? Mampu mengumpulkan uang hingga Rp150 ribu untuk digunakan membantu orang tua yang berprofesi sebagai nelayan.
"Sekarang sekolah kan mahal. Sedikit-sedikit uang. Kalau tidak cari lebih, repot," kata Satiman.
Dia mengaku sudah 8 tahun menjadi sopir taksi Blue Bird. Setiap hari, Satiman harus setor Rp. 900.000 karena menggunakan taksi berstiker bandara. Berbeda dengan taksi tanpa stiker yang hanya setor kurang lebih Rp 750.000 per hari.
Dalam sehari, dia mengaku hanya mendapatkan upah kurang lebih Rp 100.000, tergantung jumlah penumpang. "Kadang sampai pulang malam, jam 2 atau jam 3 buat kejar setoran," tegas dia.
Mendekati lebaran, Satiman mengaku tidak pernah menerima tunjangan hari raya (THR). Yang didapatkan hanyalah insentif hari raya (IHR). Untuk besarnya, tergantung kinerja dan lamanya bekerja.
"Kalau yang 1-3 tahun ya mungkin Rp 450.000. Kalau yang 3-5 tahun Rp 700.000. Kalau saya yang udah 8 tahun bisa sampai 1 juta," jelas dia.
Sementara itu, Humas PT Bluebird Teguh Wijayanto membenarkan hal tersebut. Teguh menambahkan IHR memang tergantung dari kinerja sopir itu sendiri, sehingga besarannya berbeda-beda.
"Kita kan sistemnya bagi hasil, jadi besarnya berbeda-beda, tergantung kerjanya," jelas Teguh.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sobirin yang masih awam dan belum tahu betul karakter puyuh kembali menelan kegagalan karena 1.000 ekor puyuh yang baru dibelinya mati.
Baca SelengkapnyaEkawati merupakan salah satu dari semakin banyak perempuan Indonesia yang mencari pekerjaan informal di luar rumah.
Baca SelengkapnyaWanita ini ceritakan perjuangan sopir angkot yang jadi Tamtama TNI hingga berhasil pensiun sebagai perwira.
Baca SelengkapnyaBegini cerita janda cantik sopir truk wanita yang rela banting tulang kerja di tambang demi nafkahi anaknya.
Baca SelengkapnyaDia rela banting tulang 20 jam sehari agar sang adik dapat melanjutkan pendidikan.
Baca Selengkapnya