Curhatan pengusaha ritel tak naikkan harga saat ekonomi sulit

Merdeka.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Roy Nicholas Mandey, mengakui sektor ritel Indonesia terimbas pelemahan ekonomi. Meski tidak kritis, namun, sektor ritel Indonesia digambarkan Roy sedang dalam kondisi sakit.

Namun demikian, Roy mengatakan para pengusaha berupaya dengan berbagai cara agar tetap bisa bertahan tanpa menaikkan harga produk.

"Jadi misalnya contoh mengenai kenaikan harga. Kita sampai hari ini masih berusaha untuk tidak menaikkan harga sampai pada satu titik di mana produsen atau pemasok menaikkan harga. Tidak serta mertanya kenaikan harga," kata Roy di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (14/9).

Roy mengatakan, para pengusaha ritel sudah melakukan upaya penyimpanan bawang hingga empat bulan ke depan. Strategi ini dinilai sangat efektif untuk menjaga stabilitas harga barang di pasar ritel.

"Itu tentunya sangat signifikan untuk mendukung operasional para peritel, tetapi ketika pemasok atau produsen menaikkan harga, beberapa statement sudah mereka keluarkan, di awal bulan bahwa mereka akan naikkan 5-6 persen nah tentunya di kuartal berikutnya ini baru akan adanya kenaikan," jelas Roy.

Apabila produsen atau pemasok barang sudah menaikkan harga, maka pelaku ritel tidak bisa menghindari kenaikan harga tersebut. "Karena kenaikan itu adalah merupakan bagian dari kenaikan yang dilakukan oleh produsen dan pemasok. Jadi kita masih berusaha untuk menstabilisasi harga," kata Roy.

Roy meminta pemerintah untuk mengupayakan semaksimal mungkin paket kebijakan ekonomi yang aplikatif agar roda perekonomian tetap berjalan.

"Tetapi ya kembali lagi tentunya upaya-upaya seperti paket deregulasi, paket kebijakan fiskal moneter dan lain sebagainya yang kita tunggu juga ini sangat berharap untuk bisa yang melambat ekonomi ini bisa dipercepat," tutup Roy. (mdk/idr)