Daftar Komoditas Ekspor yang Turun di Desember 2021
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan nilai ekspor Indonesia pada bulan Desember 2021 turun 2,04 persen dibandingkan November 2021. Penurunan ekspor terbesar terjadi pada komoditas bahan bakar mineral yang turun hingga 21,32 persen.
"Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2021 terhadap November 2021 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD 880,4 juta," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/1).
Komoditas lainnya yang juga menurun nilai ekspornya antara lain logam mulia dan perhiasan/ permata USD 296,3 juta (52,98 persen), bijih logam, terak dan abu USD 181,5 juta (24,07 persen), pupuk USD 54,4 juta (59,67 persen), serta kakao dan olahannya USD 49,4 juta (33,69 persen).
-
Kenapa konsumsi beras di Indonesia turun? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Siapa yang nilai pasarnya turun? Thom Haye, gelandang berusia 29 tahun dari Almere City, mengalami penurunan nilai pasar yang sangat signifikan.
-
Apa yang BPS infokan tentang Indonesia di bulan September 2024? 'Deflasi yang terjadi di bulan September 2024 ini lebih signifikan dibandingkan dengan bulan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi bulanan kelima yang terjadi sepanjang tahun 2024,' jelas Plt. Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa, 1 Oktober 2024.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Sementara itu, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati USD 428,8 juta (16,84 persen). Kemudian disusul mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya USD 172,1 juta (16,23 persen), nikel dan barang daripadanya USD 92,5 juta (64,62 persen), serta berbagai produk kimia USD 82,6 juta (12,93 persen).
Berdasarkan negara tujuan, produk ekspor non migas terbesar dikirim ke China dengan nilai ekspor USD 5,10 miliar. Disusul ke Amerika Serikat yang nilainya mencapai USD 2,64 miliar dan Jepang USD 1,70 miliar.
"Kontribusi ketiganya mencapai 44,34 persen," kata Margo.
Ekspor produk Indonesia ke negara-negara ASEAN nilainya mencapai USD 2,93 miliar. Sedangkan ke 27 negara di Uni Eropa hanya USD 1,71 miliar.
Sementara itu, total nilai ekspor non migas Indonesia ke 13 negara yakni USD 15,54 miliar. Negara-negara yang dimaksud yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Jerman, Belanda, Italia, China, Jepang, Amerika Serikat, India, Australia, Korea Selatan dan Taiwan.
Capaian di bulan Desember 2021 tersebut mengalami penurunan 1,53 persen atau turun USD 241,5 juta dibandingkan November 2021.
Penurunan Nilai Ekspor
Penurunan tersebut disebabkan turunnya nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama. Antara lain China menjadi USD 310,4 juta atau turun 5,74 persen. Malaysia menjadi USD 224,1 juta atau turun 18,74 persen, dan Italia menjadi USD 59,7 juta atau turun 19,40 persen.
Meski begitu, beberapa negara yang mengalami peningkatan diantaranya Amerika Serikat menjadi USD 100,8 juta atau naik 3,97 persen. Thailand menjadi USD 96,4 juta atau naik 20,27 persen. Taiwan menjadi USD 90,0 juta, naik 17,54 persen).
Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa pada Desember 2021 masing-masing mencapai USD 3,93 miliar dan USD 1,70 miliar. Keduanya juga mengalami penurunan sebesar 5,01 persen di ASEAN dan 5,15 persen ke Uni Eropa dibanding November 2021.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2021 mencapai USD 231,54 miliar. Capaian ini naik 41,88 persen dibanding periode yang sama tahun 2020.
Sehingga ekspor nonmigas sepanjang tahun lalu mencapai USD 219,27 miliar atau naik 41,52 persen. Menurut provinsi asal barang, sepanjang 2021 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 33,86 miliar atau berkontribusi hingga 14,62 persen.
Kemudian diikuti Kalimantan Timur dengan nilai ekspor USD 24,32 miliar, berkontribusi 10,50 persen. Lalu Jawa Timur dengan nilai ekspor mencapai USD 23,00 miliar atau berkontribusi sebesar 9,94 persen.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaNilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.
Baca SelengkapnyaPenurunan ini tak lepas dari anjloknya realisasi kinerja ekspor non migas pada Juli 2023 mencapai USD 19,65 miliar.
Baca SelengkapnyaVolume ekpor nikel tahun 2023 sebanyak 126,0 juta ton dan juga mengalami penurunan 14,06 persen secara bulanan.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Provinsi Bangka Belitung pada Februari hanya USD18,76 juta atau setara Rp298,42 miliar.
Baca SelengkapnyaImpor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,
Baca SelengkapnyaSecara bulanan kinerja ekspor Indonesia pada November 2024 turun, namun jika dilihat secara tahunan meningkat.
Baca SelengkapnyaPenurunan impor non migas disebabkan oleh beberapa komoditas, di antaranya, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya
Baca SelengkapnyaPenurunan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh nilai impor non migas.
Baca SelengkapnyaDua sektor ini jadi biang kerok nilai ekspor Indonesia turun pada bulan Juni 2024.
Baca Selengkapnya