Daftar Negara Asing yang Bergantung Pada Kekayaan Alam Indonesia
Merdeka.com - Pekan lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa banyak negara yang sangat bergantung pada kekayaan alam Indonesia. Bahkan ketika Indonesia menghentikan ekspor batubara dan CPO, sejumlah pemimpin negara langsung menelpon.
"Begitu batu bara kita setop dua minggu saja, yang telepon ke saya banyak sekali kepala negara, perdana menteri, presiden," kata Jokowi di acara Kompas 100 CEO Forum 2022 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12).
Mereka meminta mantan Gubernur DKI Jakarta ini untuk menarik kebijakannya. Sebab tanpa produk tersebut, stabilitas di masing-masing negara bisa terganggu. Lantas negara mana saja yang memiliki ketergantungan terhadap produk hasil bumi Indonesia? Berikut daftarnya:
-
Kenapa Jokowi ingin hentikan penjualan bahan mentah? 'Karena pak Jokowi mengatakan kepada saya, 'mas Bowo mas Bowo Menhan tidak mungkin Indonesia makmur kalau kita jual bahan-bahan kita murah ke luar negeri,' ujar dia.
-
Dimana sumber daya alam di Indonesia? Sumber Daya Alam di Indonesia sangat beragam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
-
Kenapa Presiden Jokowi mengajak investor Tiongkok berinvestasi di Indonesia? Mengingat sejumlah indikator ekonomi di Indonesia menunjukkan capaian positif, antara lain pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, neraca dagang yang surplus 41 bulan berturut-turut, Purchasing Manager Index (PMI) berada di level ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, dan bonus demografi.
-
Kenapa Presiden Jokowi mengutamakan produk dalam negeri? Menurut Hendi, Presiden Jokowi sudah memberikan arahan agar belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda mengutamakan Produk Dalam Negeri yakni sebesar 95 persen. Selain itu belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda sebanyak 40 persen wajib untuk mengutamakan UMKK.
-
Kenapa Jokowi resmikan Bursa Karbon Indonesia? 'Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,' kata Presiden Jokowi.
-
Kenapa Jokowi prihatin dengan dominasi impor teknologi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi Indonesia dari konsumen menjadi produsen dalam industri teknologi global. Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
1. China
Berdasarkan data Trade Map tahun 2021, ketergantungan China terhadap produk batubara Indonesia mencapai USD 22,7 miliar atau setara Rp 349,80 triliun. Lalu produk bijih besi China dari Indonesia juga mencapai USD 13,1 miliar atau setara Rp 201,70 triliun.
Selain itu, China juga mengimpor CPO senilai USD 6,7 miliar (Rp 103,16 Triliun), tembaga senilai USD 972 juta ( Rp 149,63 miliar) dan produk nikel sebesar USD 240,3 juta (Rp 3,69 triliun).
Sementara itu, pada Oktober 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total ekspor non migas Indonesia ke China mencapai USD 6,25 miliar atau setara Rp 96,19 triliun. Angka ini mencapai 26,65 persen dari USD 23,34 miliar dari total ekspor non migas di bulan Oktober 2022.
2. India
Selain China, berdasarkan data Trade Map 2021, India juga menjadi negara yang paling bergantung terhadap kekayaan alam Indonesia. Selama tahun 2021 India sangat tergantung pada batubara kiriman Indonesia. Total impor batubara India dari Indonesia mencapai USD 6,3 miliar atau setara Rp 97, 01 triliun.
Tak hanya itu, India juga mengimpor CPO dari Indonesia senilai USD 4 miliar atau setara Rp 61,58 triliun. Kemudian karet senilai USD 323 juta atau setara Rp 4,97 triliun dan impor timah senilai USD 247 juta atau setara Rp 3,80 triliun.
Sementara itu, pada Oktober 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total ekspor non migas Indonesia ke India mencapai USD 2,12 miliar atau setara Rp 32,59 triliun. Angka ini mencapai 9,04 persen dari USD 23,34 miliar dari total ekspor non migas di bulan Oktober 2022.
3. Amerika Serikat
Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) juga memiliki ketergantungan terhadap produk Indonesia. Berdasarkan data Trade Map 2021, produk yang paling tinggi diimpor dari Indonesia yakni produk karet. Nilainya mencapai USD 2,4 miliar atau setara Rp 36,88 triliun.
Seperti kebanyakan negara lain, negara adidaya seperti Amerika Serikat juga mengimpor CPO dari Indonesia. Tak tanggung nilai impornya di tahun 2021 mencapai USD 2,1 miliar atau setara Rp 32,27 triliun.
Tak hanya itu, Amerika Serikat juga mengimpor produk kayu senilai USD 1 miliar atau setara Rp 15,36 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, Amerika Serikat juga mengimpor produk perikanan dari Indonesia. Nilainya mencapai USD 1,4 juta atau setara Rp 21,51 miliar.
Sementara itu, pada Oktober 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total ekspor non migas Indonesia ke Amerika Serikat mencapai USD 2,07 miliar atau setara Rp 31,80 triliun. Angka ini mencapai 8,83 persen dari USD 23,34 miliar dari total ekspor non migas di bulan Oktober 2022.
4. Jepang
Jepang juga menjadi negara selain Amerika Serikat yang banyak mengimpor pangan dari Tanah Air. Pada bulan September 2022 lalu, nilai impor Jepang dari Indonesia mencapai USD 2,10 miliar. Jepang menempati urutan ketiga negara tujuan ekspor terbesar setelah China dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara kumulatif dari Januari-September 2022, ekspor non migas sebesar USD 2,09 miliar (Rp 32,09 triliun). Sedangkan nilai ekspor migas Jepang mencapai USD 51,4 juta atau Rp 789,63 miliar.
Bila dirincikan, Jepang banyak mengimpor produk pangan dari Indonesia. Beberapa di antaranya yakni sayur-sayuran sebanyak 1.109 ton dengan nilai USD 2,12 juta. Kopi sebanyak 14.528 ton dengan nilai ekspor USD 44,26 juta.
Buah-buahan tahunan sebanyak 2.128 ton dengan nilai ekspor USD 1,02 juta. Ikan segar sebanyak 1.025 ton dengan nilai USD 5,62 juta. Kulit kerang dan lain-lain sebanyak 1.540 ton dengan nilai USD 1,39 juta.
Kemudian ada rumput laut sebanyak 1.354 ton dengan nilai USD 1,15 juta. Minyak kelapa sawit sebanyak 130.081 ton dengan nilai USD 178,45 juta. Udang dibekukan sebanyak 20.474 ton dengan nilai USD 22,84 miliar.
Mentega sebanyak 3.096 ton dengan nilai USD 13,89 juta. Roti dan kue sebanyak 6.149 ton dengan nilai USD 18,76 juta. Buah dan sayuran yang dikeringkan sebanyak 1.962 ton dengan nilai USD 2,4 juta.
Selain produk-produk tersebut yang volume dan nilainya besar, ada juga produk bahan pangan lain yang diimpor Jepang dari Indonesia. Semisal jagung sebanyak 216,8 ton dengan nilai ekspor USD 89.188. Lalu biji-bijian sebanyak 841 ton dengan nilai USD 270.226, tanaman berserat sebanyak 487 ton dengan nilai USD 243.360 dan umbi-umbian sebanyak 371 ton dengan nilai USD 446.355.
Selain itu, Jepang juga mengimpor rempah-rempah dari Indonesia. Mulai dari lada putih sebanyak 824 ton dengan nilai USD 6,28 juta, lada hitam sebanyak 216 ton dengan nilai USD 1,17 juta dan lada lainnya sebanyak 3 ton dengan nilai USD 69.146.
Rempah lain yang diimpor Jepang yakni tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah sebanyak 872 ton dengan nilai USD 6,58 juta. Cengkeh sebanyak 48 ton dengan nilai USD 193.0600.
Jepang juga mengimpor teh sebanyak 404 kilogram dengan nilai USD 5.146. Olahan kopi dan teh juga diimpor Jepang sebanyak 2.011 ton dengan nilai USD 7,5 juta. Selain itu, Jepang juga mengimpor banyak tanaman hias, tanaman semusim hingga produk-produk perikanan lainnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian serupa juga terjadi pada tahun 1970 dan 1980, saat komoditas yang dimiliki banyak oleh Indonesia tidak memberikan nilai tambah bagi penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaJokowi beberkan kesuksesan kebijakannya di bidang energi seperti ambil alih Freepot hingga bangun smelter di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPemerintah tengah bersiap menghentikan ekspor bahan mentah tembaga dan timah. Ekspor baru dilakukan setelah dilakukan hilirisasi.
Baca SelengkapnyaPresiden bercerita tentang banyak negara kesulitan beras karena perubahan iklim
Baca SelengkapnyaPrabowo menegaskan saat ini ketahanan energi nasional bersifat mendesak.
Baca SelengkapnyaAlasan Presiden mengaungkan kebijakan hilirisasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Baca SelengkapnyaBanyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaPresiden mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 gigawatt (GW).
Baca SelengkapnyaSatu per satu, pemerintah mengambil alih pengelolaan sumber daya alam secara mandiri, dimulai dari Blok Mahakam.
Baca SelengkapnyaRencana penyetopan ekspor CPO dan produk turunannya dikarenakan polemik yang tak kunjung usai antara Indonesia dan Uni Eropa.
Baca SelengkapnyaJokowi tak ingin Indonesia hanya menjual bahan mentah tanpa nilai tambah.
Baca SelengkapnyaMitigasi perubahan iklim melalui transisi energi tak akan bisa tercapai jika negara dunia didorong dalam konteks ekonomi.
Baca Selengkapnya