Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dari BI, JK hingga Jokowi anggap enteng kenaikan suku bunga AS

Dari BI, JK hingga Jokowi anggap enteng kenaikan suku bunga AS Janet Yellen. ©bloomberg.co.jp

Merdeka.com - Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), akhirnya menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,50 persen dari sebelumnya 0,25 persen. Kenaikan suku bunga ini pertama kali dalam hampir satu dekade terakhir.

Kenaikan suku bunga menjadi pertanda bahwa bank sentral Amerika percaya kondisi ekonomi AS telah pulih dari krisis keuangan pada 2007-2009 lalu. Naiknya suku bunga ini menutup perdebatan panjang yang sudah dimulai sejak akhir tahun lalu.

"Dengan ekonomi terus membaik, kenaikan suku bunga ini sudah tepat," ucap Gubernur The Fed, Janet Yellen seperti dikutip Reuters, Kamis (17/12).

Orang lain juga bertanya?

Yellen menyebut pemulihan ekonomi AS mulai menunjukkan perbaikan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari turunnya angka pengangguran ke level 5 persen sampai tingkat inflasi yang diprediksi sekitar 2 persen.

Bank sentral AS menekankan, kenaikan suku bunga masih akan dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan indikator-indikator perekonomian AS, salah satunya adalah tingkat inflasi ke depan.

"Prosesnya ini akan berjalan secara bertahap," ujar Yellen.

The Fed memprediksi jumlah pengangguran di AS bisa turun ke 4,7 persen dan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 2,4 persen di tahun depan. Pejabat The Fed meyakini kebijakan ini tidak akan banyak mengganggu pasar keuangan, yang diharapkan naik pada minggu ini.

Pemerintah Indonesia menganggap enteng kenaikan suku bunga AS. Banyak pemangku kepentingan menyebut telah mengantisipasi kenaikan suku bunga ini. Berikut pernyataan pemerintah.

Kenaikan suku bunga sudah diantisipasi

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sudah diantisipasi sejak lama. Sehingga hal ini tidak akan semenakutkan seperti apa yang dibayangkan selama ini.

"Pelaku pasar sudah melakukan persiapan, untuk otoritas juga persiapan sehingga reaksinya tidak seburuk kalau itu terjadi tiba-tiba. Dunia menyiapkan diri dengan baik sehingga itu berlangsung seolah-olah tidak ada apa-apa. Ini pun semua mempersiapkan diri baik otoritas maupun pelaku pasar," ujarnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (16/12).

Dia menjelaskan, dampak kenaikan Fed fund rate ini akan berbeda-beda pada perekonomian setiap negara. Namun Ronald belum bisa memastikan dampak terhadap ekonomi Indonesia ke depannya.

"Jadi mix reaksi pasar, ada negara-negara yang positif terhadap perekonomian mereka, tapi ada yang mengalami tekanan. Tapi kan baru beberapa jam," jelas dia.

Setidaknya kata Ronald, keputusan ini mengurangi ketidakpastian global. Dengan demikian, setiap negara akan lebih nyaman dalam menyusun strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. "Saya rasa, setiap ada kalau ada keputusan pasti mengurangi ketidakpastian," ungkapnya.

Meski demikian, sebagai regulator pihaknya telah melakukan langkah antisipasi adanya tekanan global akibat kenaikan suku bunga ini.

"Kalau risiko selalu ada, mau ada keputusan atau tidak, kita tunggu saja ya. Faktor-faktor yang menentukan ekonomi dunia selalu, ada karena selama ini ukurannya ekonomi AS menentukan, China menentukan dan Eropa menentukan," katanya.

Menkeu sebut kenaikan suku bunga AS sudah diperkirakan

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai, kenaikan The Fed Rate sudah sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Untuk itu, pemerintah dan pelaku pasar sudah melakukan berbagai langkah antisipasi.

"Soal The Fed pokoknya itu sudah sesuai perkiraan hari ini mereka menaikkan 25 bps. Dampaknya sudah diantisipasi sebelumnya. Market sudah mengantisipasi," kata Bambang di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (17/12).

Kenaikan The Fed Rate mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Saat ini Rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp 14.000 per USD.

"Pasti (berpengaruh) di nilai tukar, tapi nilai tukar itu nilainya sudah terefleksi sebelumnya," kata Bambang.

Bambang enggan berkomentar terkait langkah Bank Indonesia mengubah kebijakan moneternya akibat kenaikan The Fed Rate. Bambang menyerahkan suku bunga acuan kepada Bank Indonesia.

"Tidak usah dibahas itu urusan BI. Kita jaga stabilitas makro, yang penting itu," katanya.

Ekonomi Indonesia bakal membaik

Bank Indonesia (BI) menyambut baik kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,50 persen dari sebelumnya 0,25 persen. Keputusan AS ini dipercaya akan membawa perbaikan ekonomi Indonesia.

"Suku bunga AS ini juga sangat penting, pasti kita persiapkan diri dengan baik, akan membawa dampak positif terutama bagi perekonomian Indonesia," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (17/12).

Ronald menambahkan, bank sentral sebagai otoritas moneter akan terus memantau dan mengawasi setiap sikap yang diambil oleh The Fed.

"Pastinya pelaku dunia sudah mengantisipasi dan sebagai sinyal keyakinan ekonomi Amerika Serikat, dan pasti kita persiapkan diri," jelas dia.

Jusuf Kalla sebut dana asing tak kabur

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai, pengaruh kenaikan suku bunga The Fed terhadap perekonomian Indonesia relatif kecil.

"Kita kan pengaruhnya kecil, kalau di Amerika dan Jepang pengaruhnya besar karena mereka punya bunga 0,25 persen, jadi kalau dinaikkan 0,25 persen jadi naiknya 100 persen mereka. Tapi di Indonesia, BI rate 7,5 persen, jadi mereka mau naikkan 0,25 persen artinya kecil sekali," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (17/12).

JK menambahkan, kenaikan suku bunga The Fed juga tidak menyebabkan kekhawatiran pemerintah terhadap potensi beralihnya arus investasi atau kaburnya dana asing dari Indonesia ke Amerika Serikat sebagai negara save heaven.

Menurut JK, Indonesia saat ini sedang gencar menjaring investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) untuk proyek-proyek jangka panjang. Sementara investasi yang terpengaruh dengan kenaikan suku bunga adalah investasi portofolio yang relatif bersifat jangka pendek dan fluktuatif.

"Tidak akan, karena kalau finansial silakan saja kembali. Kalau portofolio mau kembali tidak ada pengaruhnya. Kita pengaruhnya kalau FDI (foreign direct investment) atau investasi riil, itu pasti tetap karena margin investasi riil tinggi bisa sampai 10 persen dibandingkan 0,25 persen kan kecil," jelas JK.

Jokowi sebut Rupiah masih menguat

Presiden Joko Widodo menyambut baik keputusan bank sentral Amerika atau The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan. Menurut Jokowi, keputusan ini memberi kepastian pada ekonomi dunia dan Indonesia.

"Artinya sekarang sudah ada kepastian," kata Jokowi di Hotel Pullman, Kamis (16/12).

"Kalau dulu kan (masih bertanya-tanya), berapa, kapan? Kita udah pasti naik sekarang, kalau ini memberikan efek positif buat kita kan," jelas Jokowi.

Jokowi juga mengaku terus memantau perkembangan indeks dalam negeri sebagai respon investor atas kenaikan suku bunga.

"Harga saham naik, Rupiah juga menguat, artinya baik, ditanggapi oleh pelaku-pelaku keuangan dan ini baik karena sudah ada kepastian," tutupnya. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Ganggu Sektor Rill dan Keuangan, Ini Alasannya
Jokowi Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Ganggu Sektor Rill dan Keuangan, Ini Alasannya

Indonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen di tengah kondisi perekonomian global yang melemah.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Pede Kurs Rupiah Bakal Menguat, Ini Dia Pemicunya
Bank Indonesia Pede Kurs Rupiah Bakal Menguat, Ini Dia Pemicunya

Pelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .

Baca Selengkapnya
Jokowi Anggap Kurs Rupiah Nyaris Tembus Rp16.300 per Dolar AS Masih Posisi Baik: Semua Negara Sekarang Tertekan
Jokowi Anggap Kurs Rupiah Nyaris Tembus Rp16.300 per Dolar AS Masih Posisi Baik: Semua Negara Sekarang Tertekan

Jokowi mengatakan tekanan ini tak dialami oleh Indonesia saja, namun juga semua negara.

Baca Selengkapnya
Bukan Konflik Iran Vs Israel, Ternyata Ini Biang Kerok Rupiah Anjlok
Bukan Konflik Iran Vs Israel, Ternyata Ini Biang Kerok Rupiah Anjlok

Menko Airlangga membeberkan biang kerok Rupiah anjlok beberapa waktu lalu.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Ungkap Untung Rugi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekonomi Indonesia
Sri Mulyani Ungkap Untung Rugi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekonomi Indonesia

Begini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Menko Airlangga: Karena Ekonomi Amerika Membaik
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Menko Airlangga: Karena Ekonomi Amerika Membaik

Pelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.

Baca Selengkapnya
Sudah Ada Tanda-Tanda Ini, Bank Indonesia Sudah Seharusnya Turunkan BI Rate
Sudah Ada Tanda-Tanda Ini, Bank Indonesia Sudah Seharusnya Turunkan BI Rate

Cadangan devisa tahun ini merupakan posisi tertinggi sepanjang sejarah.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali

Perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh 5,11 persen di tengah pelemahan ekonomi global.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Bakal Terus Menguat di Bawah Level Rp16.000 per USD
Gubernur BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Bakal Terus Menguat di Bawah Level Rp16.000 per USD

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ngeri Dolar Amerika Tembus Rp16.200: Kita Mulai Ketar-Ketir karena Negara Lain Melompat
Jokowi Ngeri Dolar Amerika Tembus Rp16.200: Kita Mulai Ketar-Ketir karena Negara Lain Melompat

Jokowi mengatakan, kenaikan kurs menjadi salah satu hal yang ditakuti oleh semua negara.

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia: Nilai Tukar Rupiah Menguat Sepanjang Mei 2024
Data Bank Indonesia: Nilai Tukar Rupiah Menguat Sepanjang Mei 2024

Nilai tukar Rupiah memang masih melemah 3,74 persen dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina.

Baca Selengkapnya
Rupiah Nyaris Tembus Rp16.000, BI Klaim Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia
Rupiah Nyaris Tembus Rp16.000, BI Klaim Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia

Nilai tukar (kurs) Rupiah berada di level Rp15.618 per USD.

Baca Selengkapnya