Darmin sebut pemerintah selama ini takut berutang demi pembangunan
Merdeka.com - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memberikan Kuliah Umum di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Di hadapan para mahasiswa, Menko Darmin memaparkan perkembangan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun.
Menko Darmin menilai kesalahan pemerintah selama ini terlalu takut berutang demi membangun infrastruktur. Defisit selama ini justru dipakai untuk membiayai subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan lain sebagainya.
Pemerintah selalu ingin menjaga defisit dalam persentase rendah di kisaran 20 persen sampai 25 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Padahal, jika melihat defisit negara maju, justru lebih tinggi dibanding Indonesia.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Mengapa Korea Selatan lebih maju dari Indonesia? Menyadur Liputan6.com, Profesor Seong-Kon Kim, yang pernah menjadi dekan di Seoul National University memberikan penjelasan tentang kunci sukses ekonomi Korsel.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Kenapa utang Jepang tinggi? Rasio utang tersebut telah mencapai 259,43 persen dari PDB.
-
Kenapa Indonesia menuntut pendanaan negara maju? Oleh karena itu, Legislator asal Bali ini mengatakan Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta ini menjadi momentum bagi Indonesia sebagai paru-paru dunia dan ASEAN untuk menagih komitmen negara maju terhadap pendanaan atasi perubahan iklim.
-
Apa peringkat negara terkaya di Asia Tenggara? Diketahui, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara terkaya di Asia Tenggara dengan pendapatan kotor per kapita sekitar Rp 59,29 juta. Sementara, peringkat pertama dimiliki oleh Singapura yang memiliki pendapatan kotor per kapita sebesar Rp935,37 juta.
"Akibatnya kita jadi negara yang savingnya tidak cukup membiayai infrastruktur. Semua negara maju, utang negaranya paling sedikit 100 persen dari GDP-nya. Jepang 200 persen, AS 200-300 persen dari GDP. Kalau seluruh dunia begitu, sebetulnya ada yang enggak beres (pada pemerintah)," ungkap Darmin, Senin (9/11).
Menko Darmin juga bercerita pada 2008-2009, saat dirinya masih menjadi Dirjen Pajak, dia mengamati bahwa periode itu merupakan masa kejayaan perekonomian Indonesia setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi 1998.
Salah satu industri yang tidak berhasil dibangun setelah era '98, kata Darmin, adalah infrastruktur. Sektor infrastruktur selalu mengalami kendala di perizinan dan pembebasan tanah.
Selain itu, pengembangan industri untuk memberikan nilai tambah juga dilupakan pemerintah. Pemerintah lebih memilih mengistimewakan industri berbasis konsumsi sehingga impor terus membengkak.
Kondisi itu dinilai Menko Darmin membuat sektor industri Indonesia semakin lemah. Indonesia tidak mampu menghasilkan bahan baku dan barang modal, bahkan untuk keperluan dalam negeri. "Kita praktis selalu berhenti di barang konsumsi, impor kita selalu meningkat lebih cepat dari kemampuan ekspor saat pertumbuhan meningkat," imbuh Darmin.
"Pada tahun 2008-2009 sebetulnya kita sampai di puncak kekuatan ekonomi kita setelah krisis. Pertumbuhan mendekati 6 persen, bahkan lebih. Dan itu sebenarnya momen kita bangun industri, tapi arus tendensi pasar lebih kuat. Yang terjadi yang masuk industri konsumsi yang tujuannya pasar dalam negeri," paparnya.
Menko Darmin menambahkan pemerintah sebelumnya sebetulnya tidak lupa untuk membangun hilirisasi. Namun, pengawasannya agar diterapkan tidak begitu ketat.
"Kebetulan lahir Undang-undang Minerba. Pada waktu dia lahir, Undang-Undang itu mengamanatkan pertambangan wajib mengolah hasil tambangnya di dalam negeri. Perlu smelter, perlu infrastruktur, perlu listrik, sayangnya itu yang kita nggak punya," tutur Darmin.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pendapatan negara sampai 12 Desember 2023 tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaAHY menilai sembilan tahun terakhir ekonomi alami sejumlah kemandekan dan kemunduran serius
Baca SelengkapnyaMenurut Luhut, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai tanpa perlu mengorbankan keberlanjutan fiskal.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengakui manajemen utang perlu dilakukan dengan hati-hati.
Baca SelengkapnyaBatas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan posisi akhir bulan Mei 2023, mengalami kenaikan Rp17,68 triliun.
Baca SelengkapnyaPer Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaDalam catatan Menteri Keuangan (Menkeu) posisi utang pemerintah mencapai Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024.
Baca SelengkapnyaRasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca Selengkapnya