Delegasi China: Tiket kereta cepat Jakarta-Bandung Rp 200.000
Merdeka.com - Pemerintah China seolah ingin menunjukkan keseriusannya menggarap proyek jaringan kereta cepat (High Speed Train atau HST) rute Jakarta - Bandung. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China berencana menggandeng BUMN Indonesia membangun jalur kereta cepat sepanjang 150 kilometer.
Duta Besar China untuk Indonesia Xie Feng menuturkan, sebagai bentuk keseriusannya, pihaknya sudah menghitung harga tiket yang dibanderol untuk penumpang kereta cepat.
"Harga Rp 200.000 per orang, akan ada pendapatan Rp 3,2 triliun per tahun. Jika jumlah penumpang terus bertambah, pengelolaan pasti lebih menguntungkan lagi," ujarnya di Senayan City, Jakarta, Kamis (13/8).
-
Kenapa KCIC yakin Kereta Cepat bisa mendongkrak ekonomi? PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) bakal mendongkrak perkonomian dan sektor pariwisata Indonesia.
-
Siapa yang memproduksi Kereta Cepat Jakarta Bandung? Adapun kereta yang digunakan adalah produksi dari China, yakni CR400AF.
-
Apa yang menyebabkan kemacetan Jakarta meningkat? Berdasarkan data TomTom Traffic Index pada Februari 2023, terjadi peningkatan signifikan kepadatan lalu lintas di Jakarta. Angkanya mencapai 53 persen.
-
Dimana pabrik kereta terbesar di Asia Tenggara? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana transportasi di Jakarta berkembang? Pelbagai angkutan umum berteknologi manual hingga mesin pernah menghiasi jalanan ibu kota. Selain kereta yang semula berfungsi mengangkut hasil bumi dan menjadi alat transportasi, angkutan umum di DKI Jakarta masih mengandalkan tenaga manusia dan binatang yakni delman dan becak.
-
Kenapa merek mobil China masuk ke Indonesia? Produsen mobil China kini memperluas pasarnya ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dia juga meyakinkan keuntungan lain yang didapatkan jika Indonesia memiliki kereta cepat. Salah satunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Xie Feng menceritakan saat China mulai membangun kereta cepat pada 2003, GDP-nya hanya sebesar USD 1.000. Namun pada 2014 GDP-nya melonjak menjadi USD 7.500.
"Kereta cepat ini memberikan kontribusi nyata dan kemajuan China. Sekarang GDP Indonesia sekitar USD 3.531, jauh lebih besar dari China pada 2003. Makanya saya yakin ini akan memberikan kontribusi besar pada kemajuan Indonesia," jelas dia.
Xie meyakini, kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi cara mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Geliat dan aktivitas ekonomi otomatis muncul di sepanjang jalur kereta cepat.
"Sepanjang jalur kereta cepat akan ada kegiatan ekonomi yang aktif. Menurut perkiraan, akan ada 44.000 penumpang akan gunakan kereta cepat Jakarta-Bandung pada tahap awal," ungkapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PT KCIC telah menerima pinjaman sebesar USD4,55 miliar yakni sekitar Rp69,33 triliun dari China Development Bank milik pemerintah.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan uji coba operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Rabu (13/9).
Baca SelengkapnyaCapaian volume ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan transportasi kereta cepat.
Baca SelengkapnyaPemerintah berencana membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya.
Baca Selengkapnyajika Kereta Cepat Jakarta Surabaya dibangun, rutenya akan melewati KCJB terlebih dahulu.
Baca SelengkapnyaJokowi ingin mengetahui tren penumpang dan penggunaan kereta cepat
Baca SelengkapnyaIni kata warga soal harga tiket kereta cepat Jakarta-Bandung.
Baca SelengkapnyaTarif kereta cepat hampir sama dengan kereta Argo Parahyangan yang dioperasikan PT KAI.
Baca SelengkapnyaProses perekrutan pramugari Kereta Cepat WHOOSH ada wawancara berbahasa China.
Baca SelengkapnyaPT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menetapkan skema dynamic pricing atau tarif dinamis.
Baca SelengkapnyaSejumlah menteri, anggota DPR hingga artis ikut mendampingi Jokowi meresmikan Kereta Whoosh itu.
Baca SelengkapnyaKeberadaan kereta cepat Whoosh tak hanya menjadi salah satu solusi kemacetan Jakarta- Bandung.
Baca Selengkapnya