Deretan Mantan Karyawan Tesla yang Siap Tikung Kekayaan Elon Musk
Merdeka.com - Tak selamanya yang namanya mantan kurang ajar. Dalam dunia industri, banyak juga mantan pegawai perusahaan yang memutuskan mendirikan perusahaan sendiri dan justru membantu pertumbuhan ekonomi.
Salah satu contohnya terjadi pada PayPal. Mantan pekerja lawas PayPal justru kini merupakan pendiri sejumlah perusahaan teknologi mapan, seperti LinkedIn, Tesla, Yelp hingga Youtube dan banyak lagi.
Fenomena terkini terjadi pada Tesla. Dikutip dari Forbes, Rabu (24/2), sedikitnya ada lima mantan karyawan Tesla yang sekarang sudah menjangkau bisnis baru yang juga sedang tumbuh pesat.
-
Bagaimana Tesla mendapatkan kekayaan? Meskipun kontribusinya yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, Tesla tidak memiliki kemampuan bisnis yang baik dan membuat keputusan finansial yang buruk.
-
Kenapa mantan karyawan dapat uang? Dia percaya bahwa setiap mantan karyawan, baik yang pensiun, mengundurkan diri, atau meninggal, berhak mendapat bagian uang tersebut.
-
Apa yang membuat orang kaya? Menurut studi Northwestern Mutual tahun 2024, hanya 1 dari 3 jutawan yang merasa benar-benar kaya. Beruntung, rasa kaya tidak hanya tentang jumlah uang di rekening Anda, tetapi lebih kepada sikap Anda terhadap uang yang sudah dimiliki.
-
Siapa yang mendirikan perusahaan ini? OCDA, yang dibentuk tahun ini oleh seseorang yang dikenal sebagai Calimar White, seorang komedian dan aktor dengan hampir 280.000 pengikut di Instagram, telah menarik perhatian banyak orang.
-
Siapa orang terkaya di Amerika Serikat? - Orang terkaya adalah Elon Musk dengan kekayaan USD180 miliar.
-
Siapa yang bisa berkembang di lingkungan perusahaan rintisan? 'Perusahaan rintisan berhasil karena banyaknya gairah dan sedikit sekali proses,' katanya, mengacu pada hierarki yang biasanya dimiliki perusahaan besar.
Jika dihitung, bisnis kelima mantan karyawan miliarder Musk ini diperkirakan memiliki kapitalisasi hingga USD 30 miliar setara Rp 423 triliun.
Meski nilai tersebut masih jauh untuk menandingi kapitalisasi Tesla USD 780 miliar setara Rp 11 ribu triliun. perusahaan-perusahaan tersebut memiliki proyeksi cerah di masa depan. Bukan hanya sebagai pendukung, bahkan bisa menjadi saingan Tesla.
Siapa saja mereka? Berikut adalah lima mantan karyawan Elon Musk yang kini sukses dengan perusahaannya sendiri.
1. Sterling Anderson
Anderson merupakan co-founder dan Chief Product Officer (CPO) dari Aurora Inovation, perusahaan teknologi kendaraan otonom di Amerika Serikat. Dia sempat bergabung dengan Tesla pada tahun 2013 untuk membantu pengembangan teknologi kendaraan tanpa awak.
Setelah sempat terlibat dalam peluncuran Tesla Model X, Anderson keluar tiga tahun kemudian. Dia kemudian membuat perusahaan produsen mobil tanpa awak, Aurora bersama ilmuwan lainnya, yaitu mantan penanggung jawab proyek mobil otonom Google, Chris Urmson dan peneliti Artificial Intelegance (AI) Universitas Carnegie Mellon, Drew Bagnell.
Aurora kini berkembang sangat cepat, valuasinya telah menyentuh USD 10 miliar setara Rp 141 triliun. Setelah mengakuisisi unit kendaraan otonom milik Uber, Aurora juga telah menjalin kemitraan dengan produsen truk Paccar dan Toyota.
Dikutip dari TechCrunch.com, Toyota dan Aurora bakal melakukan uji coba pertama mobil jenis minibus tanpa awak yang dinamai Sienna pada akhir tahun ini. Dengan pertumbuhan ini, membuka peluang Aurora untuk tampil sebagai pemain utama produsen kendaraan teknologi canggih tanpa awak di dunia.
2. Gene Berdichevsky
Berdichevsky merupakan salah satu karyawan pertama Musk. Dia bergabung dengan Tesla pada 2004 sebagai insinyur untuk pengembangan baterai untuk mobil listrik pertama mereka, Roadster. Dia kemudian keluar dua tahun pasca Roadster resmi diluncurkan.
Setelah hengkang, Berdichevsky fokus pada pengembangan batu baterai berbahan lithium seperti yang dibuat Tesla namun dengan efisiensi lebih baik. Barulah pada tahun 2011 dia mendirikan perusahaannya sendiri, Sila Nanotechnology.
Produsen batu baterai yang berbasis di California ini baru saja mengumumkan telah mengumpulkan USD 930 juta setara Rp 13 triliun dana segar yang akan dipakai untuk membangun pabrik baru di Amerika Utara.
Pabrik baru tersebut diprediksi mampu memproduksi bahan anoda untuk 100 GWh baterai setiap tahunnya, cukup untuk 1 juta kendaraan listrik.
Seiring tumbuh pesatnya industri batu baterai untuk kendaraan listrik, kini Sila Nano telah ikut tumbuh dengan valuasi diperkirakan mencapai USD 3,3 miliar setara Rp 46 triliun.
Berdichevsky juga telah membawa perusahaannya menjalin kemitraan dengan beberpa perusahaan otomotif raksasa, seperti BMW dan Amperex Technology Limited (ATL) asal Jepang.
3. Henrik Fisker
Fisker pernah bekerja untuk Tesla pada tahun 2007 sebagai konsultan desain Tesla Model S. Meski begitu, setahun berselang Musk mengajukan gugatan atas Fisker atas pelanggaran kontrak dan tuduhan Fisker sebagai mata-mata untuk melihat sisi dalam produksi Tesla. Namun Musk kalah dalam gugatan tersebut.
Sekitar satu dekade yang lalu, desainer otomotif yang juga pernah bekerja dengan BMW dan Aston Martin ini kemudian mendirikan Fisker Automotive. Perusahaan kendaraan listriknya sendiri yang bertujuan untuk menyaingi Tesla milik Musk.
Setelah sempat merilis mobil model plug-in dan dipakai sejumlah tokoh terkenal seperti Leonardo DiCaprio, Justin Bieber hingga Wapres Al Gore, pada tahun 2013 Fisker Automotive mengumumkan bangkrut.
Kini Fisker kembali dengan perusahaan barunya bernama Fisker Inc. Rencananya Fisker akan merilis model Ocean, SUV bertenaga baterai yang akan dipasarkan mulai tahun depan. Fisker menggandeng perusahaan teknologi asal Kanada, Magna International untuk memproduksi seri tersebut.
Sebelumnya Fisker juga telah go publik untuk mendapat pendaan dengan skema SPAC tahun lalu. Perusahaan ini berhasil meraup dana segar USD 1 miliar setara lebih dari Rp 14 triliun untuk biaya pengembangan produksi dan perusahaan telah memiliki kapitalisasi USD 4 miliar setara Rp 56 triliun.
4. Peter Rawlinsen
Rawlinsen sudah khatam betul industri otomotif, dia adalah veteran dari perusahaan otomotif Jaguar dan Lotus. Kiprahnya di Tesla dimulai pada tahun 2009 dan setahun kemudian diberi tanggung jawab sebagai kepala teknisi untuk mulai merakit Tesla Model S.
Setelah proyek tersebut rilis pada tahun 2012, di tahun yang sama Rawlinsen memutuskan keluar dari Tesla. Bukan hanya karena dia harus kembali ke Inggris merawat ibunya yang sakit, diduga dia juga tidak sejalan dengan Musk saat merumuskan rencana peluncuran Tesla Model X.
Kini Rawlinsen bergabung dengan Lucid Motors sebagai CEO. Perusahaan teknologi yang berbasis di Newark, California ini menjadi salah satu rival Tesla di industri kendaraan listrik. Sebagian besar saham perusahaan ini merupalan milik lembaga investasi asal Arab Saudi yang menyuntikkan dana sekitar USD 1,3 miliar setara Rp 18,5 triliun.
Seiring terus bertumbuhnya bisnis Lucid, perusahaan ini baru saja mengumumkan akan go publik dengan skema SPAC. Rencananya IPO ini akan menggandeng perusahaan SPAC milik miliuner Michael Klein dengan nilai pendanaan USD 24 miliar setara Rp 340 triliun.
5. JB Straubel
Seperti Musk, Straubel merupakan salah satu pendiri Tesla yang memegang jabatan sebagai Chief Technology Officer (CTO) hingga tahun 2019. Setelah hengkang dari Tesla, Straubel mendirikan startupnya sendiri yang bergerak di bidang daur ulang baterai, terutama bekas kendaraan listrik.
Pada putaran pendaan periode September 2020, perusahaan yang berbasis di Carson City, Nevada ini berhasil mengumpulkan dana segar senilai USD 40 juta setara Rp 576 miliar yang sebagian besar dari Panasonic dan Amazon.
Seperti tujuannya membangun Tesla, Straubel mendirikan perusahaan rintisannya ini dalam rangka mengatasi masalah perubahan iklim. Sekalipun kendaraan listrik dianggap lebih ramah lingkungan, masalah baru justru muncul dari sisa limbah baterai yang mengandung bahan kimia berbahaya. Pengelolaan untuk jenis sampah itu pun memerlukan penanganan khusus.
Sekalipun telah minggat dari Tesla, Straubel diketahui masih mempertahankan sebagian sahamnya di Tesla, yang menyumbang sebagian besar kekayaannya. Selain itu, dia juga direkrut sebagai komisaris di Quantumspace, perusahaan produsen bateri kendaraan listrik yang didanai Bill Gates dan Volkswagen.
Reporter: Abdul Azis SaidSumber: Liputan6
(mdk/bim)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjalanan Musk menuju kekayaan dimulai jauh sebelum ia menjabat sebagai kepala eksekutif Tesla.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah foto-foto Elon Musk saat masih muda. Ia belum punya harta sebanyak sekarang.
Baca SelengkapnyaPHK dilakukan lantaran penjualan mobil listrik menurun, serta perang harga yang semakin sengit untuk kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaHolmes mendadak bangkrut setelah alat-alat kesehatan buatannya diragukan.
Baca SelengkapnyaLangkahnya saat itu cukup ceroboh. Satu unit mobilnya dijual untuk membangun kedai kopi.
Baca SelengkapnyaGibran meminta milenial lulusan S2 untuk menjadi pengusaha. Ketimbang kesulitan mencari pekerjaan
Baca SelengkapnyaElon musk terpaksa PHK 10 persen karyawan Tesla di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKonsumen lebih memilih mobil non elektrik karena memiliki jarak tempuh yang lebih jauh.
Baca SelengkapnyaDia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, nilai kekayaan Elon Musk mengalami penurunan akibat koreksi pada saham Tesla Inc. Saham Tesla turun 3,27 persen.
Baca SelengkapnyaPemerintah beberapa kali mengajak Elon Musk untuk berinvestasi di Indonesia. Mulai dari investasi kendaraan listrik hingga layanan satelit.
Baca Selengkapnya