Di G-20, proteksionisme Trump bikin 'pusing' menkeu sedunia
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pertemuan negara-negara G-20 tak menemukan kesepakatan mengenai arah kebijakan perdagangan. Hal ini disebabkan kerena pemerintahan baru Amerika Serikat yang dipimpin Presiden Donald Trump menerapkan proteksionisme.
"Namun pada pertemuan G-20 saat ini, tidak ada kesepakatan mengenai arah (kebijakan perdagangan). Jadi mereka tetap sepakat bahwa trade memang diperlukan namun AS menyampaikan bahwa mereka ingin agar trade yang fair dan definisi dari fair oleh AS adalah sesuai dengan kebutuhan AS sendiri yang tak selalu sama dengan fair dari sisi internasional," ujar Ani, sapaan akrabnya di kantornya, Rabu (22/3).
"Jadi ini menimbulkan sesuatu yang kemudian tidak muncul suatu kesepakatan kuat dan komitmen bersama dari G20 yang ingin bersama-sama untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi antar negara dengan adanya kerja sama kebijakan ekonomi antar anggota G-20," sambungnya.
-
Kenapa Menko Perekonomian ikut ke KTT G20? Menko Airlangga menegaskan, Pemerintah Indonesia membawa misi besar dalam agenda KTT G20. Salah satunya untuk memperkuat kerja sama di bidang perekonomian.
-
Apa yang dibawa Menko Perekonomian ke KTT G20? Menko Airlangga menegaskan, Pemerintah Indonesia membawa misi besar dalam agenda KTT G20. Salah satunya untuk memperkuat kerja sama di bidang perekonomian.
-
Apa yang dicapai Dirut Pertamina di G20? Nicke berhasil membawa tiga rekomendasi utama yakni Percepatan Transisi untuk Energi Berkelanjutan, Memastikan Transisi yang Tepat dan Berkeadilan dan Keterjangkauan Energi.
-
Siapa yang mendampingi Presiden Jokowi ke KTT G20? Selain ibu negara Iriana Jokowi, presiden juga didampingi sejumlah menteri termasuk Menko Perekonomian, AIrlangga Hartato.
-
Apa yang diungkapkan Sri Mulyani tentang bukber Kabinet Jokowi? Sangat terbatas, tidak semua menteri hadir termasuk dari PDIP, PKB dan NasDem.
-
Kenapa Sri Mulyani bertemu Jokowi? 'Ya betul. Pukul 14.30 WIB, Bu Menkeu diagendakan untuk diterima Bapak Presiden di Istana Merdeka, untuk melaporkan hal-hal yang terkait pelaksanaan APBN 2024,' kata Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana kepada wartawan, Jumat (2/2/2024).
Hal ini, kata Ani, dapat menimbulkan ketidakpastian dan kegelisahan yang baru terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Bukan hanya terkait pemerintahan baru AS saja, melainkan juga terkait Inggris yang memutuskan keluar dari Uni eropa.
"Karena kalau masing-masing dari dunia ini memiliki retorika politik yang seperti kita dengar, yakni mereka ingin memisahkan diri, mereka ingin menutup, mereka akan melakukan atau melaksanakan kebijakan-kebijakan yang sifatnya proteksionis restriktif. Maka G-20, tak hanya G-20, namun dunia akan dihadapkan pada ketidakpastian dan kegelisahan baru," tuturnya.
Menurutnya, ini merupakan kemunduran yang terjadi dalam pertemuan G-20 karena dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia, tak kecuali Indonesia.
"Ini merupakan suatu pandangan yang dianggap setback dari G-20 dan Indonesia harus betul-betul waspadai perkembangan yang terjadi. Dimana peranan dari trade cukup besar dari perekonomian kita. Saya sudah minta kepada tim keuangan untuk melihat implikasi dari kualitas pertemuan ini dan tentu masih ada harapan bahwa pertemuan G-20 nanti di Hamburg bulan Juli para pimpinan akan lebih sepakat dibandingkan kemarin di level menkeu dan bank sentral," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaTrump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaTerpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.
Baca SelengkapnyaTerdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Baca SelengkapnyaKekhawatiran bagi Indonesia karena sikap proteksi Donald Trump terhadap perdagangan internasional.
Baca SelengkapnyaPerbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Baca SelengkapnyaKebijakan presiden terpilih Donald Trump bakal berdampak bagi konstelasi perdagangan intenasional, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaTrump sering kali menekankan prinsip "America First".
Baca SelengkapnyaSelain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.
Baca SelengkapnyaTrump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaJika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, kebijakan proteksionisme dan perubahan pajak yang mungkin diterapkan berpotensi memengaruhi ekonomi Indonesia.
Baca Selengkapnya