Di Indonesia, konsumsi rokok lebih tinggi dibanding protein
Merdeka.com - Pakar Ekonomi Pangan Bustanul Arifin prihatin dengan konsumsi protein masyarakat Indonesia semakin menurun. Sebaliknya, konsumsi rokok justru naik, lebih tinggi dari protein.
"Konsumsi protein lebih rendah daripada rokok, saya khawatir ini angka gizi kurang masuk di dalam gizi buruk 20 persen," kata Bustanul di Jakarta, Senin (15/12).
Untuk itu, pemerintah perlu memberikan edukasi tentang pangan kepada masyarakat. Terutama guna memajukan pangan lokal. "Butuh komunikasi Informasi dan Edukasi. Promosi pangan lokal di daerah," jelas Bustanul.
-
Kenapa anak perokok punya risiko stunting? Anak yang memiliki orang tua perokok memiliki risiko 5,5 persen lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan anak dari orang tua yang tidak merokok,' ungkap Nadia dalam acara Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) di Jakarta pada Selasa, 3 Desember 2024.
-
Kenapa anak terpengaruh rokok? Jika orang tua merokok, anak mungkin akan meniru kebiasaan tersebut.
-
Apa dampak asap rokok ke anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami infeksi pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
-
Kenapa anak rentan terkena bahaya asap rokok? Bagi anak-anak dan individu dengan masalah pernapasan, paparan terhadap asap rokok yang menempel pada pakaian bisa menjadi risiko kesehatan yang serius.
-
Kenapa asap rokok bahaya untuk anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok, entah aktif atau pasif, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ISPA. Asap rokok mengandung zat-zat berbahaya yang dapat merusak saluran pernapasan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh anak.
-
Apa dampak malnutrisi pada anak? Malnutrisi, khususnya stunting, berdampak langsung pada pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi optimal.
Bustanul menceritakan, sekitar era 80-an, Indonesia pernah dikejutkan dengan fenomena anak bertubuh pendek akibat kurang gizi. Kejadian itu berpotensi terulang lagi.
Bustanul menyebutkan, saat ini terdapat 32 persen anak bertubuh pendek. Dia khawatir fenomena aneh 80-an itu bakal terulang kembali.
"Anak pendek ada 32 persen, kita menduga anggap persoalan tahun 80 akan muncul lagi," terangnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak yang memiliki orangtua perokok berisiko lebih besar mengalami stunting.
Baca SelengkapnyaKurangnya asupan protein pada anak bisa menjadi penyebab munculnya masalah gangguan tumbuh kembang.
Baca SelengkapnyaAda kecenderungan anak-anak beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
Baca SelengkapnyaMenurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
Baca SelengkapnyaPaparan asap rokok dapat memberikan dampak yang lebih serius bagi anak-anak penyandang disabilitas, terutama pada anak dengan disabilitas.
Baca SelengkapnyaPandangan bagi pria yang tidak merokok di Indonesia menyebabkan semakin meningkatnya jumlah perokok.
Baca SelengkapnyaBila di luar negeri rata-rata di usia 60-an terkena kanker paru, di Indonesia banyak pasien kanker tersebut terdiagnosis di 50-an tahun
Baca SelengkapnyaTerdapat berbagai fakta orang pendek yang penting untuk dipahami.
Baca SelengkapnyaRokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAncaman masalah ganda nutrisi bisa dialami Indonesia akibat stunting di anak dan obesitas di orang dewasa.
Baca SelengkapnyaWPR menempatkan orang Indonesia pada peringkat pertama dengan rata-rata tinggi badan orang dewasa terpendek di dunia.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia kasus kanker paru-paru banyak ditemukan pada usia produktif sekitar 40 tahun.
Baca Selengkapnya