Di tangan Faiz, limbah kayu jadi boneka & raup Rp 10 juta/bulan
Merdeka.com - Tak sedikit orang melewati masa muda dengan sejumlah perilaku negatif, dan tidak sedikit pula yang akhirnya terjebak dalam bahaya narkoba. Banyak anak muda di Tanah Air yang tak berpikir jernih dalam mengambil keputusan dan bersikap.
Namun, hal ini tidak dialami Faiz Sadad (21), mahasiswa semester 6 di salah satu kampus swasta di Jakarta. Masa mudanya dihabiskan dengan menyalurkan hobi dan akhirnya menghasilkan fulus yang tidak sedikit.
Saat ini, Faiz menjalankan usaha pembuatan boneka dengan bahan baku kayu yang disebut Bokumi. Usaha ini sudah dijalankan sejak 2012 silam dan memberi keuntungan jutaan rupiah per bulannya.
-
Bagaimana Kak Feri membuat boneka? Ia pun berinisiatif menciptakan karakter boneka untuk mendukung kegiatan mendongengnya.
-
Di mana Faisal membuat boneka dari kertas koran? Boneka Motif Pakaian Adat Berangkat dari keterpurukan ekonomi saat Pandemi Covid-19, seorang perajin asal Kota Medan ini membuat boneka menggunakan bahan dasar limbah kertas koran.
-
Mengapa Faisal membuat boneka dari kertas koran? Berangkat dari keterpurukan ekonomi saat Pandemi Covid-19, seorang perajin asal Kota Medan ini membuat boneka menggunakan bahan dasar limbah kertas koran.
-
Apa ciri khas usaha kerajinan kayu mereka? Melihat tingginya permintaan pasar, Prima dan Andi memutuskan mulai melakukan produksi kerajinan kayu sendiri. Sejak awal, keduanya memutuskan ciri khas usahanya adalah kerajinan kayu berwarna pastel.
-
Bagaimana boneka Bekakak dibuat? Pembuatan boneka bekakak dilakukan secara bergilir dari masing-masing dusun.
-
Apa yang menjadi modal awal Faisal saat memulai usaha keripik? Bermodal nekat, ia membelanjakan uang Rp50 ribu untuk modal awal membuat keripik ubi.'Kalau dulu, modal awalnya Rp50 ribu. Itu nyoba-nyoba ya karena keripik singkong atau pisang kan udah banyak, akhirnya dipilih ubi dan laku,' katanya dalam program Berani Berubah di kanal YouTube Fokus Indosiar.
Ditemui merdeka.com, Faiz menceritakan awal mula usaha yang dilakoninya. Ide pembuatan boneka dengan kayu ini sebenarnya sudah tercetus sejak 2008 silam, di mana dia tengah merasa bosan melewati masa remajanya. Akhirnya, dia dan ayahnya memulai usaha ini dan Bokumi resmi di jual ke masyarakat pada 2012 silam.
Usaha boneka kayu kreatif Yolanda Permata ©2017 Merdeka.com
"Tahun 2008, saya merasa bosan gambar di kertas. Iseng-iseng mau ngubah budaya bikin tantangan baru, jadi gambar ada medianya (kayu)," katanya memulai perbincangan saat ditemui merdeka.com di rumahnya di kawasan Depok, Rabu (12/7).
Modal awal usaha ini diceritakan Faiz tidaklah besar yaitu hanya sekitar Rp 15 juta. Dana ini dibutuhkan untuk membeli mesin kayu. Sedangkan bahan baku didapat dari limbah kayu yang diolah.
Boneka kreasi yang disebut Bokumi ini berasal dari limbah kayu palet yang digunakan untuk alas pengiriman kulkas, tv dan lainnya. Kayu ini sebenarnya tidak digunakan lagi dan Faiz mengelolanya menjadi boneka. "Dari pada enggak digunakan lagi, jadi kita olah jadi Bokumi,"
Faiz tak menyangka, usaha boneka kayu kreatif yang dibuatnya bersama ayahnya disukai masyarakat. Banyak pesanan hingga usaha terus berkembang.
Usaha ini terus berjalan. Sejak 2015 silam, Faiz dipercaya oleh orang tuanya untuk memegang usaha ini sendiri. 'Buah jatuh tak jauh dari batangnya', Faiz ternyata juga ahli seperti ayahnya.
"Sejak 2015 pas umur 19 tahun, orang tua sudah enggak megang bisnis Bokumi ini, jadi semuanya sampai tahun 2017 ini saya yang ngejalanin," tuturnya.
Dalam 2 tahun ini, Faiz telah memegang usaha Bokumi sendiri. Dikelola anak muda, usaha Faiz mampu menghasilkan laba bersih hingga Rp 10 juta per bulan. Rata-rata keuntungan diraih tiap bulan berbeda, tergantung kesibukannya yang saat ini juga masih duduk di bangku kuliah.
"Karena sambil kuliah, biasanya Rp 5 juta sampai Rp 8 juta keuntungan bersih, tapi kadang-kadang kalau bonus bisa dapat Rp 10 juta ke atas," katanya.
Usaha boneka kayu kreatif Yolanda Permata ©2017 Merdeka.com
Menjalankan usaha ini tak semudah membalik telapak tangan. Banyak tantangan dan rintangan yang dilalui, dan Faiz harus jatuh bangun mengelolanya. Usaha Bokumi pernah tutup pada 2014 silam karena kesibukannya kuliah. Namun, usaha ini kembali dijalankan pada 2015 dan masih tetap eksis sampai sekarang.
"2014 vakum karena saya kuliah, orang tua juga sibuk kerja jadinya Bokumi gak keurus. Tapi 2015 saya sudah fokus lagi promosiin Bokumi," tuturnya.
Tak berhenti di situ, kendala lain yang dihadapi Faiz adalah pemasaran. Bokumi yang merupakan produk baru dan jarang didengar masyarakat, cukup sulit untuk memasarkannya. Meski demikian, Faiz tak patah arang dan terus berusaha mengembangkan usaha ini.
Saat ini, Bokumi sudah cukup terkenal, dan Faiz pernah diundang ke salah satu TV swasta karena kekreatifannya. Selain itu, Faiz juga sering diundang ke berbagai seminar wirausaha sebagai narasumber.
Faiz bermimpi, boneka kayu buatannya bisa diekspor ke luar negeri. Dia juga akan mengeluarkan produk baru dalam waktu dekat sehingga lebih mudah menembus pasar dunia.
"Sudah ada rencana buat ekspor soalnya di luar pasti apresiasinya bakal besar banget apalagi ini memanfaatkan limbah kayu. Tapi sebelumnya Bokumi mau ada produk terbaru, jadi bokumi tidak hanya sebagai hiasan tapi bisa digunakan untuk keperluan lainnya," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengrajin barang bekas dari kayu dan biji-bijian bernama Samsul Arifin sangatlah inspiratif.
Baca SelengkapnyaFatah Hasan (20) mengaku belajar membuat kerajinan dari sosok ayahnya.
Baca SelengkapnyaPerajin asal Medan membuat inovasi kreatif, yaitu membuat kerajinan boneka dari limbah kertas koran.
Baca SelengkapnyaDari keterampilannya ini, rata-rata ia mampu mengumpulkan cuan hingga Rp5 juta per bulannya.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca SelengkapnyaUsahanya dimulai saat Faisal resign dari tempat kerjanya, lalu memutuskan mulai belajar usaha untuk mendapat pemasukan.
Baca SelengkapnyaPembeli gazebo buatan Suherman dan para pekerjanya tidak hanya diminati di pasar Indonesia, tetapi juga menarik minat pembeli luar negeri.
Baca SelengkapnyaDari usahanya mengubah kayu bekas, omzet Rp45 juta bisa dikantongi tiap bulan.
Baca SelengkapnyaPria asal Banyuwangi ini dulu jualan pelepah pisang door to door, kini jadi saudagar produk kerajinan yang laris di pasar luar negeri. Ini kunci kesuksesannya.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaDalam satu hari, pekerja mengaku mendapat 2 ton sampah plastik dari Bekasi dan Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaDari ide kreatifnya ini, Ia berhasil meraup omzet hingga Rp15 juta.
Baca Selengkapnya