Di Tengah Pandemi Virus Corona, Indonesia Tetap Bisa Ekspor Baja ke Amerika Serikat
Merdeka.com - Kementerian Perindustrian mencatat di tengah perekonomian yang sedang melemah karena terdampak pandemi Virus Corona, kabar gembira datang dari sektor industri logam Tanah Air. PT Tata Metal Lestari, produsen BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) mengekspor produk pertama kalinya ke beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat, Puerto Rico dan Kanada.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari, mengapresiasi keberhasilan ini. Dia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat. Sebab, saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan Virus Corona.
"Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong," ujar Dini di Jakarta, Kamis (9/4).
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Bagaimana Kemendag mendorong ekspor produk Tanah Air? 'Pemerintah pusat akan terus mendorong ekspor produk Tanah Air ke luar negeri seperti ini. Inikan hasil komunikasi kerja antara produsen dalam hal ini WKI dengan Pak Susanto Lee (Direktur Distributor Kara Marketing Malaysia) dengan atase kami Pak Deden di Malaysia, yang terus bekerja untuk mencarikan pasar di Malaysia, dan kami akan berniat merambah ke pasar Brunei, Vietnam, dan beberapa negara ASEAN lainnya,' ucap Didi Sumedi.
-
Di mana pusat produksi besi di Nusantara? Salah satu sentra besi di Kepulauan Nusantara itu berada di Luwu dan Banggai. Kini tempat itu masuk Provinsi Sulawesi Tenggara dan berada di pantai timur Pulau Sulawesi.
-
Kenapa PMI manufaktur mencapai titik tertinggi? Angka ini merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2021, atau dalam 29 bulan terakhir.
-
Bagaimana Kemenko Perekonomian tingkatkan daya saing industri? 'Perjalanan transformasi industri untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produknya masih Panjang, sehingga sinergi yang sudah terjalin selama ini harus dilanjutkan dan diperkuat lagi,' jelas Menko Airlangga.
-
Apa saja yang diekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun. Wapres mengaku bersyukur karena sejauh ini sektor pertanian mampu membuktikan diri sebagai penopang ekonomi disaat pandemi serta memenuhi komoditas dalam negeri dan ekspor secara baik.
"Karena sekarang kan untuk produk hilir demandnya sedang berkurang. Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker dan segala macam. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini," sambungnya.
Guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara. Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga punya fasilitas FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.
Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor, Dini menjelaskan, pada dasarnya SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.
"SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar JIS dan ASTM. Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI," jelas Dini.
Produk 100 Persen Buatan Indonesia
Sementara itu, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi menuturkan, total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal. Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2000 ton hingga 3000 ton per bulan dengan nilai USD 1,6 hingga USD 2 juta.
Dia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukan bahwa baja produksi PT. Tata Metal Lestari yang merupakan 100 persen milik Indonesia (PMDN) terbukti bisa bersaing di pasar internasional dan memiliki standard mutu yang diakui secara internasional.
"Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) produksi PT Tata Metal Lestari agar diterima di pasar global. Produk-produk yang diekspor tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, di mana juga menggunakan standar mutu yang berbeda pula, yaitu ASTM (American standard), JIS dan European Standard. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi produsen baja nasional guna menyesuaikan ke beberapa standard mutu internasional pada produknya," jelasnya.
Stephanus berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.
Ekspansi ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19," jelasnya.
Keberhasilan ekspor perdana ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, dalam bentuk support kemudahan akses informasi untuk ekspor dan perijinan-perijinan yang dipermudah dengan sistem online. Diharapkan dengan dukungan kedua kementerian ini volume ekspor baja dapat ditingkatkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, khususnya pada industri baja.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan telah mengekspor baja lapis sebagai bahan baku produk baja ringan struktural dan genteng metal untuk pembangunan rumah di Australia.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan besi baja sempat dikeluhkan, karena nilai impor komoditas itu lebih dominan dibandingkan dengan ekspor.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus memberi dukungan yang kuat kepada industri baja di Indonesia, termasuk melalui regulasi yang tepat.
Baca SelengkapnyaProduksi pipa baja seamless untuk industri migas di dalam negeri, sudah mencapai 500.000 ton per tahun.
Baca SelengkapnyaCapaian ini tidak lepas dari kerjasama solid dari sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat luas.
Baca SelengkapnyaCapaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaDeputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan nilai ekspor Indonesia pada April 2024 mencapai USD 19,62 miliar.
Baca SelengkapnyaBerkembangnya hilirisasi Indonesia bikin China-Eropa ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaSemua sektor mengalami peningkatan, terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor industri pengolahan sebesar 4,56 persen.
Baca SelengkapnyaProduk tersebut bahkan telah menembus pasar internasional di lebih dari 100 negara.
Baca SelengkapnyaKebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing.
Baca SelengkapnyaGelaran Megabuild Indonesia ke-21 dan Keramika Indonesia ke-10 resmi dibuka.
Baca Selengkapnya