Dibayangi Kenaikan Kasus Covid-19, Kurs Rupiah Ditutup Stagnan di Rp14.105 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup stagnan, dibayangi sentimen kenaikan kasus Covid-19 secara global dan domestik.
Rupiah ditutup stagnan di posisi Rp14.105 per USD, sama dengan posisi penutupan pada akhir pekan lalu Rp14.140 per USD.
"Sentimen pergerakan Rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen eksternal dari Amerika Serikat terkait stimulus fiskal yang seharusnya bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah," kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova di Jakarta, Senin (7/12).
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Kenapa mata uang Indonesia disebut Rupiah? Nama Rupiah dipilih sebagai nama mata uang Indonesia karena, kuatnya pengaruh budaya India selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, yang berlangsung selama ratusan tahun.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Apa yang terjadi dengan rupiah di era Soeharto? Perekonomian era Soeharto juga sangat kental dengan pro asing. Namun, stabilitas rupiah tidak berumur panjang di era Soeharto. Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
Data pekerjaan AS pada akhir pekan lalu menunjukkan penggajian (payrolls) non-pertanian meningkat 245.000 bulan lalu, kenaikan terkecil sejak Mei, sebagai tanda pemulihan pekerjaan kehilangan momentum di tengah gelombang ketiga infeksi Covid-19.
Namun para pedagang menganggap data itu memberi tekanan pada Washington untuk mengeluarkan stimulus putaran baru guna membantu ekonomi yang dilanda Virus Corona, menjaga selera risiko secara keseluruhan tetap utuh dan membatasi kenaikan dolar AS terhadap mata uang berisiko.
"Prospek perekonomian global yang masih suram memberikan tekanan bagi rupiah," ujar Rully.
Menurut Rully, suramnya prospek perekonomian global tersebut dipicu jumlah kasus positif Covid-19 global yang masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Begitu pula dengan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang justru menunjukkan tren peningkatan.
Secara global, total kasus positif Covid-19 telah mencapai 65,87 juta kasus. Sedangkan di dalam negeri kasus telah mencapai 581.550 kasus.
"Kurvanya belum terlihat akan melandai. Jadi kalau di dalam negeri isunya masih pada penanganan covid. Angka penularannya masih buruk," kata Rully.
Berpeluang Menguat
Dalam sepekan ke depan, lanjut Rully, mata uang Garuda masih berpeluang menguat di bawah level Rp14.100 per USD.
"Rupiah masih bisa menguat di bawah Rp14.000 dipengaruhi sentimen eksternal dari prospek stimulus fiskal di AS asalkan ada tren penurunan angka Covid-19 di dalam negeri," ujar Rully.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.108 per USD. Sepanjang hari, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.105 per USD hingga Rp14.125 per USD.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, Rupiah menguat menjadi Rp14.135 per USD dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.182 per USD.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaPerdagangan Senin depan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa sore, 3 September 2024.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaAirlangga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik dengan penguatan dolar Negeri Paman Sam itu.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca Selengkapnya