Dijual Rp12.000, Mangkuk Kayu Manis Asal Bali Terjual Hingga Eropa
Merdeka.com - Kerajinan mangkuk dari kayu manis tidak hanya dijual di kawasan Pulau Bali, tapi sudah merambah pasar luar negeri seperti ke Eropa. Pembuat kerajinan ini bernama Yumna. Wanita asal Madura Ra'as, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
"Iya ada yang dijual di sini, ada juga yang order dari luar negeri," kata Ibu Yumna (40) yang merupakan pengerajin mangkuk kayu manis saat ditemui di rumah produksinya, Jalan By Pass Ngurah Rai, Desa Suwung, Gang Wijaya lll, Denpasar, Bali, Minggu (15/9).
Yumna sudah menekuni kerajinan mangkuk 12 tahun yang lalu. Selama ini, kerajinan mangkuk yang dia buat banyak dikirim ke kawasan Bedugul, Kabupaten Tabanan dan Pasar Kumbasari, Denpasar, Bali.
-
Produk Rumah Kerajinan Yu Payem apa? Kini produknya diminati pasar dalam negeri maupun mancanegara.
-
Apa yang diproduksi Rumah Kerajinan Yu Payem? Industri kerajinan anyaman milik Payem ini memproduksi berbagai macam barang home decor berbahan baku serat alam.
-
Apa ciri khas usaha kerajinan kayu mereka? Melihat tingginya permintaan pasar, Prima dan Andi memutuskan mulai melakukan produksi kerajinan kayu sendiri. Sejak awal, keduanya memutuskan ciri khas usahanya adalah kerajinan kayu berwarna pastel.
-
Di mana kerajinan limbah kayu jati dibuat? Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Kenapa Sumarna banting setir jadi pembuat mainan kayu? Dia tak ingin berpangku tangan, dan kini sukses menjadi pembuat mainan kayu. Sudah tiga tahun terakhir Sumarna berhenti mengemudikan truk. Dia terdampak secara langsung akibat pandemi Covid-19.
-
Siapa yang membuat tembikar itu? Sebuah studi baru di Quaternary Science Review membantah keyakinan lama bahwa suku Aborigin Australia tidak membuat tembikar. Para peneliti di Pusat Keunggulan Dewan Penelitian Australia untuk Keanekaragaman Hayati dan Warisan Australia bermitra dengan komunitas Aborigin Dingaal dan Ngurrumungu untuk pertama kalinya melakukan penggalian di Jiigurru (Pulau Kadal).
"Itu bos saya (pengepul) yang order biasanya dari Bedugul, dan dikirim lagi ke luar negeri. Saya hanya pengerajinnya di sini," imbuh Yumna.
©2019 Merdeka.com/Moh KadafiYumna juga menjelaskan proses pembuatan mangkuk dari kayu manis ini. Awalnya, dirinya membuat bahan cetakan dari resin bening dan kayu manis dengan berbentuk bulat, oval atau kotak. Kemudian, setelah cetakan kering baru ditempeli potongan kayu manis dengan lem fox warna putih dengan dipoleskan bahan resin.
Setelah kering, baru diamplas halus di dalam gudang dengan menggunakan mesin dinamo. Selanjutnya, kembali dipoleskan resin agar bolong-bolongan kecil mangkuk tertutup kembali. Setelah itu kembali dijemur hingga kering dan tahap akhirnya baru di servis mengkilat.
"Kalau ukuran mangkuknya tergantung orderan dari yang ukurannya kecil sampai besar," ujarnya.
Yumna juga menjelaskan, untuk biaya produksinya termahal terletak pada bahan kayu manis yang didapat dari Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Per kilogramnya mencapai Rp70.000.
Yumna juga menjelaskan, untuk kisaran harga mangkuk dari kayu manis ini, per satu bijinya hanya Rp12.000. Namun, jika membeli satu set atau 3 biji dalam satu set-nya mencapai Rp35.000.
"Kalau bulan ini, orderan yang masuk baru 200 set. Iya Alhamdulillah sudah mulai ramai ketimbang tahun kemarin," ujarnya.
©2019 Merdeka.com/Moh KadafiYumna juga menjelaskan, untuk 200 set orderan mangkuk dari kayu manis dibutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikannya. Yumna juga menjelaskan, selain mangkuk dari kayu manis, dia juga membuat mangkuk dari bahan kerang dan batok kelapa.
"Iya kalau untuk mangkuk, selain dari kayu manis ada dari kerang ada dari bahan batok kelapa. Tergantung orderan dari bos saya," ungkapnya.
Yumna juga belum bisa menjelaskan omzet perbulannya berapa. Menurutnya tergantung orderan dan dirinya tidak pernah menghitung. "Kalau omzetnya tidak tahu, tergantung orderan. Iya cukup-cukup buat modal dan makan sehari-hari saja," ujar Yumna.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari sisa limbah kayu, lahirlah produk rumah tangga cantik dan bernilai tinggi.
Baca SelengkapnyaDari keterampilannya ini, rata-rata ia mampu mengumpulkan cuan hingga Rp5 juta per bulannya.
Baca SelengkapnyaPayem bangga dan senang menjadi salah satu peserta yang mengikuti pameran ke Inggris.
Baca SelengkapnyaTampak seorang emak-emak berjualan bakso di Arafah Makkah.
Baca SelengkapnyaYenny merupakan jebolan ajang AFI, kini ia memulai usaha sendiri berjualan rujak dan bumbunya di Bali. Berawal dari iseng hingga banyak yang preorder padanya
Baca SelengkapnyaPengrajin barang bekas dari kayu dan biji-bijian bernama Samsul Arifin sangatlah inspiratif.
Baca SelengkapnyaNia dan mitranya memutuskan untuk memberi nilai tambah pada produk-produk tersebut.
Baca SelengkapnyaPasutri ini ingin mengembangkan usaha mereka dengan membuka galeri untuk menampilkan produk-produk mereka.
Baca SelengkapnyaDi sini, pengunjung bisa mengetahui seluk beluk angklung.
Baca SelengkapnyaTiga produknya berhasil tembus pasar di negara-negara ASEAN seperti kopi luwak, sambal honje sampai radio kayu antik.
Baca SelengkapnyaRengginang merupakan camilan tradisional yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sederhana.
Baca SelengkapnyaSukamdi menceritakan awal mula dia merintis usaha keripik.
Baca Selengkapnya