Dirut PLN: Rupiah Melemah Rp1.000, Beban Utang Kami Membengkak Rp9 Triliun
Merdeka.com - Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Zulkifli Zaini mengatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa minggu belakangan berpotensi membuat utang perusahaan membengkak. Sebab, setiap pelemahan nilai tukar sekitar Rp1.000 akan membuat utang naik Rp9 triliun.
"Kami sudah hitung, utang setiap Rp1.000 per pelemahan terhadap USD maka biaya beban meningkat Rp9 triliun. Kalau Rupiah melemah Rp2.000 maka Rp18 triliun peningkatan biaya utang kami," ujar Zulkifli melalui Video Conference dengan DPR di Jakarta, Kamis (16/4).
Pembengkakan tersebut salah satunya dipicu oleh jumlah utang yang dimiliki perusahaan pelat merah tersebut dalam bentuk valas atau valuta asing. Sekitar 70 persen pinjaman PLN mengandalkan perbankan dari luar negeri.
-
Bagaimana PLN meningkatkan pendapatan? Peningkatan laba bersih PLN ini ditopang semakin tumbuhnya penjualan listrik yang mencapai 6,3% atau total 273,8 Terawatt hour (TWh) sehingga berdampak pada kenaikan pendapatan penjualan listrik hingga 7,7% dari Rp288,8 triliun di 2021 menjadi Rp311,1 triliun di 2022.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
-
Siapa yang dirasa bertanggung jawab atas kenaikan utang? 'Kita di-prank, yang terjadi justru kita bisa tahu kenaikan tertinggi sepanjang sejarah Republik ini ada di tangan Jokowi,' terang Eko.
-
Dimana PLN suarakan kolaborasi global? Di Forum ASEAN-Indo-Pacific, Dirut PLN Suarakan Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi AIPF bertujuan untuk menghubungkan sektor swasta dan publik di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik untuk kerja sama yang lebih kuat.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
"Utang Dolar PLN dalam valas cukup besar karena batas maksimum pemberian kredit bank domestik terbatas, kebutuhan PLN jauh lebih besar sehingga kami meminjam dari bank di luar domestik. Sekitar 70 persen utang dalam valas," paparnya.
Meski demikian, sejumlah mitigasi telah dilakukan untuk mengantisipasi pembengkakan utang yang lebih besar. Salah satunya melalui hedging. Hedging adalah strategi untuk melindungi dana dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan.
"Tetapi bapak-ibu kami secara operasional kami terus memitigasi resiko melalui hedging, memaksimalkan semaksimal mungkin yang berada dari bank domestik. Jadi itu yang kami sampaikan," tandasnya.
Konsumsi Listrik Menurun
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Zulkifli Zaini mengatakan, penyebaran Virus Corona berdampak pada penjualan listrik perusahaan. Salah satunya terlihat dari konsumsi listrik Pulau Jawa yang tercatat menurun hingga 9,5 persen.
"Dampak terlihat sangat jelas dari pembangkit di Jawa Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Sistim Jawa Bali mengalami penurunan dan penurunan Jawa Bali demandnya menurun 9,55 persen dan tergambar juga di tempat lain," ujarnya melalui Video Conference di Jakarta, Kamis (16/4).
Zulkifli mengatakan, penurunan penjualan listrik tidak hanya dirasakan oleh perusahaan dalam negeri tetapi juga di seluruh dunia. Salah satu penyebab penurunan penjualan listrik tersebut karena ditutupnya sejumlah aktivitas perkantoran dan bisnis komersial.
"Dari berbagai riset Covid akan berdampak pada berbagai negara tak terkecuali Indonesia. Ini berpengaruh terhadap sektor kelistrikan Indonesia berdampak dari sisi kWh jual. Penjualan listrik yang lebih rendah karena pembatasan dalam kegiatan perkantoran dan bisnis, pembatasan industri komersial dan manufaktur," jelasnya.
Dia menambahkan, selain Pulau Jawa wilayah lain di Indonesia juga mengalami konsumsi penurunan listrik.
"Sistem Sumatera dari Aceh sampai Lampung terdapat penurunan -2,08 persen. Sistem NTT masih sedikit naik yaitu 0,9 persen," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan aset ini menjadikan PLN sebagai BUMN utilitas terbesar di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaSejumlah perusahaan BUMN masih terlilit utang besar dengan nilai hingga triliunan rupiah.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi di US yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi.
Baca SelengkapnyaPLN meraih penghargaan kategori Grup Pembayar Pajak Terbesar dari Direktorat Jenderal Pajak.
Baca Selengkapnya