DPR sebut harga BBM semestinya bisa turun hingga Rp 5.600 per liter
Merdeka.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memerkirakan harga bahan bakar minyak di Tanah Air bisa turun hingga sekitar Rp 5.600 per liter. Jika harga minyak dunia terus berada di level USD 30 per barel.
"Kecenderungan harga di bawah USD 30 per barel saat ini. Harga BBM sebesar itu sudah kami asumsikan 100 persen harga crude tambah 100 persen extra cost mulai dari tanker, refinery, distribusi, margin SPBU dan pajak lainnya," kata Anggota Komisi VII DPR-RI Ramson Siagian dalam "Diskusi Kita" dihelat merdeka.com, RRI, IJTI, IKN, DML dan Sewatama, Jakarta, Minggu (24/1).
Dia mengungkapkan, harga minyak dunia diproyeksikan hanya sebesar USD 40 per barel hingga Agustus mendatang. Dimana, Arab Saudi berupaya agar harga bisa di bawah biaya produksi minyak mentah Rusia.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Apa jenis BBM yang turun harganya? Harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Green 95, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex turun sedangkan untuk Pertalite atau BBM subsidi tidak mengalami perubahan.
-
Dimana harga BBM termahal di dunia? Biaya satu galon bahan bakar di Hong Kong mencapai Rp187.000.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Kapan harga BBM di dunia mencapai Rp81.000 per galon? Pada tanggal 11 Maret 2024, harga rata-rata bahan bakar per galon (3,7 liter) di seluruh dunia mencapai $5,13 atau sekitar Rp81.000.
"Ini akan memengaruhi geopolitik internasional," katanya. " juga Ini praktis memengaruhi struktur APBN Indonesia."
Dalam APBN 2016, lanjutnya, harga minyak mentah Indonesia (ICP) dipatok USD 50 per barel. Dan, lifting atau produksi minyak diasumsikan 830 ribu barel per hari.
Kecenderungan harga di bawah USD 30 per barel seperti saat ini, sudah ada penurunan penerimaan dari minyak sekitar Rp 63 triliun," katanya.
"Dari target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) migas Rp 87 trilun akan ada penurunan Rp 35 triliun. Otomatis ini memengaruhi struktur penerimaan di APBN, bukan hanya PNBP, pajak juga turun, kontraktor yang produksi minyak mentah kan dikenakan pajak."
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertamina kembali menahan harga BBM Non Subsidi pada Juni 2024. Meskipun harga minyak dunia menunjukkan tren naik.
Baca SelengkapnyaPenurunan harga terjadi pada BBM jenis Revvo 90 yang memiliki RON 90 setara Pertalite. Saat ini, Revvo 90 dijual Rp13.500 per liter atau turun Rp300 per liter.
Baca SelengkapnyaBP Diesel sebelumnya dijual Rp16.980 per liter menjadi Rp15.665 per liter.
Baca SelengkapnyaAdapun mulai Jumat, 1 Desember 2023, BBM Pertamina yang mengalami penurunan harga yakni untuk produk Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Baca SelengkapnyaPT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Patra Niaga, menahan harga BBM Non Subsidi pada Juni 2024.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia saat ini tengah melambung akibat ketegangan geopolitik dunia
Baca SelengkapnyaDaftar terbaru harga BBM di SPBU Vivo pasca kenaikan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaHarga ini berlaku untuk wilayah Jawa dan wilayah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia terus menunjukan tren pelemahan hingga USD74,5 per barrel. Meski demikian, penurunan itu tidak diikuti oleh harga BBM Pertamina.
Baca SelengkapnyaSaat ini, harga jual Pertamax series jauh di bawah BBM SPBU swasta,
Baca SelengkapnyaDalam periode ini memungkinkan ada ruang melakukan penurunan harga BBM non-subsidi.
Baca Selengkapnya