Dukung swasembada, Tanihub bisa beli hasil tani langsung dari petani
Merdeka.com - Pemerintah saat ini tengah dipusingkan dengan kerap bergejolaknya harga pangan sehingga menyebabkan inflasi meninggi. Sistem logistik yang masih belum mumpuni menjadi biang kerok permasalahan tersebut.
CEO Tanihub, Michael Jovan Sugianto, melihat masalah ini sebagai peluang bisnis. Maka pria lulusan Universitas Binus ini menciptakan aplikasi yang memungkinkan warga perkotaan membeli bahan pangan langsung dari petani.
"Tujuan pendirian TaniHub adalah untuk membantu stabilitas harga komoditas pertanian, antara lain dengan cara pemangkasan rantai distribusi dan transparansi harga baik di sisi konsumen maupun di sisi petani," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com di Jakarta, Rabu (17/2).
-
Bagaimana cara petani Sukomakmur menjual hasil panen? Untuk penjualan, di Desa Sukomakmur para petani sudah punya pembelinya sendiri.
-
Bagaimana Seni Tani mendapatkan pemasukan? Kepastian pendapatan dari hasil penjualan hasil tani dilakukan melalui pendekatan sistem CSA (Community Supported Agriculture),
-
Bagaimana Pertamina membagikan sembako? Paket sembako yang dijual dengan harga Rp75.000 tersebut terdiri dari beras 5 Kg, minyak 1 liter dan gula 1 Kg.
-
Bagaimana cara beli sembako di Banyuwangi? Para pembeli bisa kembali menukarkan kembali kemasan sembako yang telah dipakai untuk membeli produk yang sama di toko tersebut.
-
Bagaimana cara petani di Desa Sukobubuk mengekspor petai? Untuk menjaga petai kupas utuh dan tidak rusak atau tergores, petani yang ikut memasok petai kupas diberikan pelatihan cara mengupas agar bisa memenuhi standar kualitas ekspor. Petai kupas yang diterima dari para petani, kemudian dipilah ukuran yang standar. Setelah itu dicuci dan ditiriskan hingga kering, baru masuk proses pengemasan dengan ukuran 100 gram per bungkus, dilanjutkan dengan tahap vakuum dan blasting agar kemasan tetap awet saat dikirim ke Negara Jepang.
-
Siapa yang dorong pangan mandiri? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong HUT ke 78 RI menjadi semangat dalam membangun pertanian yang berdaulat pangan.
Jovan menambahkan tujuan lain dari pembuatan aplikasi startup ini. Pertama, mengatasi kelangkaan komoditas dengan pemberian informasi pada petani mengenai hasil pertanian apa yang kerap dicari. Kedua, peningkatan kesejahteraan petani dengan memberi informasi harga wajar pada hasil pertaniannya.
"Harga lebih banyak ditentukan oleh tengkulak dan spekulan. Setelah menghitung biaya transportasi dan lainnya, petani dapat menetapkan harga komoditas pertanian tanpa campur tangan tengkulak atau spekulan," jelasnya.
Ketiga, hampir semua petani melakukan jual-beli komoditas pertanian secara tunai, tidak pernah menggunakan transaksi bank, sehingga dananya tidak pernah mampir di bank. Hal inilah yang akan menyulitkan petani dalam mendapatkan akses permodalan, karena tidak memiliki track record di bank atau biasa kita sebut 'tidak bankable'.
"Hal itu menyebabkan petani tidak ada pilihan lain kecuali meminjam modal dari tengkulak. Dengan adanya track record rekening perbankan hasil penjualan melalui TaniHub, diharapkan petani menjadi lebih bankable sehingga tidak kesulitan dalam memperoleh permodalan," tuturnya.
Sebagai tahap awal, saat ini TaniHub bekerjasama dengan petani di Bogor untuk memasarkan komoditas yang dihasilkan. Jangkauan layanan TaniHub baru tersedia di wilayah Jabodetabek dan dapat diinstall melalui aplikasi android.
Dengan adanya TaniHub, diharapkan dapat membantu belanja menjadi lebih praktis. Produk yang dipesan akan segera di antar ke alamat dengan gratis ongkos kirim.
Beberapa kategori produk yang tersedia, yaitu buah, sayuran, serta produk lainnya, yang semuanya tersedia baik organik maupun non organik.
Sistem pembayaran saat ini hanya dapat dilakukan melalui transfer bank, namun ke depan akan dibangun sistem pembayaran yang lebih lengkap seperti kartu kredit dan layanan cash on delivery (cod). Demi menjaga kepuasan konsumen, TaniHub memberikan garansi 100 persen uang kembali apabila barang tidak sampai ke tangan konsumen.
TaniHub mengusung konsep: order - petik - kirim. Dengan mengusung slogan, 'Petani Sejahtera, Indonesia Swasembada', TaniHub yakin dalam waktu yang tidak terlalu lama, petani di Indonesia akan lebih sejahtera, pertanian akan menjadi profesi yang tidak dipandang sebelah mata, dan Indonesia akan mencapai swasembada pangan.
Merdeka.com pun mencoba mengunduh aplikasi ini. Sekilas tampilan TaniHub masih sederhana. Produk yang ditawarkan pada kategori sayuran dan buah cukup bervariasi. Namun, pilihan untuk jenis buah lebih sedikit dibanding sayuran. Selain itu, belum ada produk yang ditawarkan untuk jenis hasil ternak.
Pada sistem pesanan, TaniHub mewajibkan konsumen setidaknya mengorder 5 produk sebelum menyelesaikan belanja dan melakukan pembayaran.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan berhasil melaksanakan offtake 100% hasil panen pada hari pertama
Baca SelengkapnyaSkema ini memungkinkan para petani untuk mengatur arus kas mereka dengan lebih fleksibel.
Baca SelengkapnyaErick Thohir meluncurkan PMO Kopi Nusantara sebagai platform kolaborasi bagi para BUMN dan stakeholders lainnya.
Baca SelengkapnyaPertanian adalah sektor yang potensial dan menguntungkan.
Baca SelengkapnyaPenjualan Toko Mafi di aplikasi ini jauh melebihi rata-rata penjualan rekan-rekannya.
Baca SelengkapnyaWali Kota berharap bahwa bantuan ini akan memberikan dampak positif bagi pertanian dan kesejahteraan masyarakat Tarakan.
Baca SelengkapnyaPerum Bulog dan PT. Pupuk Indonesia bekerja sama meningkatkan produktivitas pertanian dan pembelian hasil panen petani.
Baca SelengkapnyaSatuan Tugas Khusus Pencegahan Korupsi (Satgassus) Mabes Polri, Hotman Tambunan mengatakan, masyarakat Indonesia berprofesi petani sangat banyak.
Baca SelengkapnyaHingga akhirnya, usaha petainya semakin berkembang dan dia memiliki reseller di Jakarta.
Baca SelengkapnyaBank Mandiri pun kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat sektor pertanian berkelanjutan dengan menjalin kemitraan dengan PT Sinergi Gula Nusantara.
Baca SelengkapnyaBagi petani yang memenuhi syarat penerima pupuk subsidi namun tidak memiliki KTP, dapat mengunjungi pemerintah daerah atau kelurahan setempat.
Baca Selengkapnya