Dulu kaya raya, 3 negara ini sekarang miskin dan utang sana-sini
Merdeka.com - Bertahan rendahnya harga minyak dunia menyiksa perekonomian beberapa negara, terutama produsen dan eksportir minyak. Harga minyak dunia sendiri telah anjlok dari USD 100 per barel di 2014 menjadi hanya sekitar USD 30 per barel saat ini. Kebanyakan ahli memprediksi harga minyak masih akan bertahan rendah.
Prediksi ahli tersebut ternyata benar, harga minyak dunia kembali turun pada pada Senin (Selasa pagi WIB). Hal ini dipicu data ekonomi China yang mengecewakan dan keraguan tentang kesepakatan para produsen minyak utama untuk memangkas produksi mereka dalam waktu dekat.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun USD 2 menjadi berakhir pada USD 31,62 per barel di New York Mercantile Exchange.
-
Kenapa Arab Saudi melakukan embargo minyak? Ini adalah balasan bagi AS yang selama perang Yom Kippur terus menerus mengirimkan senjata ke Israel untuk melawan negara-negara Arab.
-
Siapa yang memimpin Arab Saudi saat embargo minyak terjadi? Embargo minyak dilakukan oleh Pemimpin Arab Saudi, Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud pada negara-negara pendukung Israel.
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Bagaimana Pertamina jaga harga BBM tetap kompetitif? 'Termasuk kita juga lakukan efisiensi sehingga bisa menghemat biaya produksi, hasilnya BBM Pertamina tetap kompetitif,' tambah Fadjar.
-
Dimana minyak bumi berasal? Ketika ganggang dan plankton ini mati puluhan hingga ratusan juta tahun yang lalu, mereka tenggelam ke dasar laut.
-
Apa kelemahan Arab Saudi? 'Oleh karena itu, mereka sering kesulitan saat berhadapan dengan tim yang memiliki kecepatan tinggi, yang bermain dengan strategi menunggu dan mengandalkan serangan balik, seperti yang diperlihatkan oleh Thailand,' tambahnya.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, patokan Eropa, turun USD 1,75 menjadi menetap di USD 34,24 per barel di London.
Ketua OPEC, Abdalla El-Badri pada Selasa lalu menyerukan produsen minyak di luar kelompok OPEC untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global untuk menaikkan harga. Media Rusia pada Kamis lalu melaporkan bahwa para menteri dari OPEC dan negara-negara penghasil minyak lainnya akan bertemu pada Februari.
Namun demikian, analis semakin skeptis tentang kesepakatan potensial dalam waktu dekat antara Rusia dan OPEC. Bank investasi Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah laporan bahwa penurunan produksi tidak mungkin dilakukan, dan produsen minyak terbesar dunia akan terus memompa minyak mentah ke pasar yang jenuh.
Kondisi ini membuat banyak negara menderita karena kehabisan uang. Mayoritas negara tersebut adalah yang mengandalkan minyak sebagai pendapatan negara.
Berikut ulasannya:
Venezuela
Venezuela adalah salah satu negara yang menderita karena rendahnya harga minyak dunia. Negara bekas pemerintahan Hugo Chavez itu dengan cepat kehabisan uangnya dan mulai menjual persediaan emasnya untuk menambal kekurangan uang di negara tersebut.
Seperti yang dilansir dari CNN Money, negara yang sedang kekurangan uang tersebut bisa saja bangkrut tahun depan pada saat banyak utang yang jatuh tempo. Sementara itu cadangan devisa Venezuela yang sebagian besar terdiri dari emas, telah berkurang secara drastis tahun ini seiring dengan negara tersebut membutuhkan uang untuk membayar utang dan menjaga kelangsungan program kesejahteraan rakyatnya.
Venezuela berutang sekitar USD 15,8 miliar (Rp 216,3 triliun) yang harus dibayarkan tahun ini dan tahun depan.
Namun, negara penghasil minyak ini tidak mempunyai pendapatan yang cukup untuk membayar utang tersebut. Venezuela hanya mempunyai USD 15,2 miliar dalam bentuk mata uang asing, di mana angka tersebut terendah sejak 2003. Sementara simpanan lain dalam bentuk emas.
Cadangan devisa Venezuela dalam bentuk uang tunai hingga saat ini hanya tinggal USD 1 miliar (Rp 13,6 triliun) dan negara tersebut juga menempatkan modal di International Monetary Fund (IMF).
Meski sebagian besar cadangan devisa Venezuela berbentuk emas, negara tersebut enggan untuk mengungkapkan berapa nilai emas yang dimiliki saat ini. Mei lalu, negara tersebut mempunyai cadangan devisa berupa emas senilai USD 11,7 miliar (Rp 160 triliun) atau 70 persen dari total cadangan devisa dan itupun terus tergerus. Pada Februari, menurut data pemerintah terbaru, jumlah emas tersebut senilai USD 14 miliar (Rp 191,3 triliun).
"Venezuela harus menjual cadangan devisa berupa emas untuk membayar utang-utangnya," ujar Edward Glossop, ekonom pasar berkembang Capital Economics. "Sementara cadangan devisa berupa uang hampir habis," ujar dia.
Venezuela adalah negara yang sangat bergantung dengan minyak untuk menjalankan ekonominya dan untuk membayar utangnya. Namun, dengan harga minyak yang masih rendah, Venezuela mempunyai pendapatan yang rendah dari penjualan minyak. Negara tersebut tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjual cadangan emasnya.
Hal tersebut merupakan salah satu tanda bahwa Venezuela, negara dengan cadangan minyak terbesar dunia, mungkin merupakan negara dengan ekonomi terburuk sedunia saat ini. Nilai mata uangnya sudah terpuruk, inflasi meroket lebih dari 100 persen. Bahkan, negara tersebut tidak mampu untuk membayar impor kebutuhan pokok seperti kentang dan tisu. Ekonomi negara tersebut diperkirakan menyusut 10 persen tahun ini berdasarkan perkiraan IMF.
Arab Saudi
Negara kaya minyak, Arab Saudi saat ini menghadapi bom ekonomi. Keuangan negara berantakan karena rendahnya harga minyak dunia dari pertengahan tahun lalu.
Sekitar 75 persen anggaran Saudi berasal dari penjualan minyak. Sedangkan harga minyak telah anjlok dalam dari USD 100 per barel di 2014 menjadi hanya USD 36 per barel saat ini. Kebanyakan ahli memprediksi harga minyak masih akan bertahan rendah.
Perkiraan IMF di 2015 silam, Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, membutuhkan harga minyak hingga ke level USD 106 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. IMF juga mengatakan bahwa kerajaan tersebut juga hampir tidak mempunyai cadangan fiskal untuk bertahan selama lima tahun ke depan jika harga minyak tetap berada di level USD 50 per barel.
Hal itu menjadi penyebab Arab Saudi sangat agresif dalam mendapatkan uang akhir-akhir ini. Di antaranya adalah menjual surat utang sebesar USD 4 miliar (Rp 54,8 triliun) awal tahun lalu dan menarik uang dari perusahaan pengelola aset seperti BlackRock hingga USD 70 miliar atau Rp 959 triliun.
Di saat negara kekurangan uang, Arab Saudi tidak akan mungkin untuk menaikkan pendapatan dari pajak, namun memotong beberapa anggaran dalam belanjanya.
Namun, kecil kemungkinan kerajaan tersebut akan memangkas anggaran sosial dan militernya mengingat masih adanya ketakutan revolusi Arab (Arab Spring) tahun 2011 akan kembali muncul.
Saudi telah melakukan beberapa langkah untuk menyelamatkan ekonomi negaranya. Salah satunya adalah dengan menaikkan harga bensin.
"Pemerintah telah mengumumkan pemotongan subsidi dan akan menyakiti keuangan tiap masyarakat," kata mantan duta besar Amerika Serikat di Arab Saudi, Robert Jordan seperti dikutip dari CNN, Rabu (6/1).
Harga bensin di Saudi sebelumnya hanya USD 16 sen per liter, dan ini menjadi satu yang termurah di dunia. Sekarang harga naik menjadi maksimal USD 24 sen per liter, masih sangat murah.
"Banyak warga Saudi mengendarai mobil-mobil SUV (sport utility vehicle) yang besar dan tidak memiliki konsep menghemat bensin," sambung Robert.
Kenaikan harga bensin in hanya permulaan. Dalam waktu dekat pemerintah akan menaikkan tarif air dan listrik, dan menunda belanja infrastruktur.
Nigeria
Negara selanjutnya yang menderita karena rendahnya harga minyak dunia adalah Nigeria. Negara ini sedang mempertimbangkan untuk meminta bantuan atau meminjam uang pada Bank Dunia, Bank Pembangunan Afrika dan organisasi internasional lainnya. Uang pinjaman diperlukan untuk menutupi anggaran yang jebol akibat murahnya harga minyak mentah.
Pemerintah setempat mengatakan sedang mencari utang sebesar USD 9 miliar untuk membiaya ekonominya.
Harga minyak mentah telah merosot 75 persen hingga menyentuh level USD 33 per barel. Nigeria selama ini bergantung pada pendapatan penjualan minyak dan Nigeria adalah negara penghasil minyak besar kedua, setelah Azerbaijan.
Minyak yang dihasilkan Nigeria menyumbang 35 persen untuk PDB, 75 persen pendapatan pemerintah dan 90 persen pendapatan ekspor. Nigeria adalah negara ekonomi terbesar di Afrika.
Nilai tukar Nigeria juga merosot terhadap USD dan defisit anggaran bergerak sangat cepat. Defisit anggaran Nigeria diperkirakan mencapai USD 15 miliar di 2016.
Kementerian Keuangan Nigeria membantah bahwa mereka telah meminjam uang tunai darurat. Namun, pihak kementerian mengakui sedang mempertimbangkan pinjaman Bank Dunia sebagai salah satu cara menutupi defisit anggaran.
"Yang benar adalah bahwa Nigeria menunjukkan niat untuk meminjam dan ini digunakan untuk investasi proyek yang merangsang ekonomi," ucap Menteri Ekonomi Nigeria, Kemi Adeosun seperti dikutip dari CNN, Selasa (2/2).
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap negara memiliki tingkat kemahalan bahan bakarnya. Berikut adalah daftar 10 negara dengan harga bahan bakar termahal.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaAnak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca SelengkapnyaGula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Baca SelengkapnyaVenezuela menjadi negara dengan harga bahan bakar fosil termurah di dunia.
Baca SelengkapnyaKekacauan dunia terjadi dipicu oleh potensi resesi Amerika Serikat hingga perang yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah
Baca SelengkapnyaIni sumber-sumber kekayaan Iran hingga bisa serang Israel menggunakan 300 rudal dan drone.
Baca SelengkapnyaTingkat produksi dan kontribusi setiap negara bervariasi, bergantung pada cadangan yang dimiliki, teknologi eksplorasi, serta kebijakan energi nasional.
Baca SelengkapnyaData pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca Selengkapnya