Dunia Selalu Rugi Saat Terjadi Krisis Kesehatan
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dalam waktu 20 tahun terakhir, krisis kesehatan selalu berdampak pada sektor keuangan. Berbagai macam pandemi mampu merugikan negara-negara dunia setidaknya USD 50 miliar.
"Melihat sejarah 20 tahun terakhir, pandemi global memberikan dampak finansial sangat besar," kata Budi dalam konferensi pers 2nd G20 Joint Finance and Health Minister Meeting di Hotel Mulia, Nusa Dua Bali, Bali, Sabtu (12/11) malam.
Pada tahun 2003 ketika terjadi wabah SARS, dunia mengalami kerugian hingga USD 50 miliar. Kemudian di tahun 2005 saat terjadi wabah flu burung, dunia merugi hingga USD 50 miliar.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi sistem kesehatan Indonesia? 'Kita mengetahui resiko perubahan iklim berdampak kepada kesehatan dan sistem kesehatan,' sebutnya. 'Di satu sisi juga kita menyadari perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kombinasi di berbagai kerentanan dan juga berbagai bahaya.' 'Meningkatnya suhu global meningkatkan panas dan kematian yang terkait dengan penyakit-penyakit seperti kardiovaskular, gagal pernapasan, dan ginjal khususnya di kelompok orang rentan seperti lanjut usia, anak-anak. Juga berdampak pada kesehatan ibu.'
-
Kenapa banjir menyebabkan krisis kesehatan? Setelah banjir, air yang tergenang dapat menjadi sarang bagi berbagai penyakit menular seperti diare, leptospirosis, dan malaria.
-
Apa itu komplikasi dalam dunia kesehatan? Komplikasi, sebagai konsekuensi dari berbagai kondisi kesehatan, dapat menjadi tantangan serius dalam upaya penyembuhan dan pemulihan.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
Tak berhenti di situ, tahun 2014 ketika terjadi kasus ebola, dunia juga mengalami kerugian USD 50 miliar. Sedangkan ketika terjadi pandemi Covid-19, diperkirakan kerugian yang dialami lebih dari USD 12 triliun.
"Dan ini (pandemi Covid-19) menjadi yang paling besar dan menyebabkan dampak ekonomi terbesar," ungkap Budi.
Ini yang menjadi alasan Forum G20 mulai membahas sektor kesehatan dalam pembahasannya, sebab sektor kesehatan dan keuangan kini menjadi salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan. "Krisis kesehatan ini frekuensinya menjadi lebih sering. Di sisi lain arsitektur kesehatan global tidak secanggih dengan arsitektur keuangan," kata dia.
Saat ini arsitektur keuangan sudah memiliki mandat dan tata kelola yang jelas, berbanding terbalik dengan yang ada di sektor kesehatan. "Makanya perlu direplikasi dan institusi global ketika ada krisis keuangan ke krisis kesehatan," kata dia.
Berangkat dari permasalahan inilah, akhirnya pada G20 Presidensi Indonesia lahir lembaga keuangan baru yang fungsinya sebagai dana talangan untuk menghadapi risiko pandemi selanjutnya. Lembaga ini bernama Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) atau Pandemic Fund.
Hingga 12 November 2022, dana yang telah terkumpul untuk Pandemic Fund hingga kini sebesar USD 1,4 miliar atau setara Rp 21,56 triliun. Dana tersebut berasal dari 20 negara dan 3 lembaga filantropi.
Adapun 20 negara pendonor Pandemic Fund tersebut adalah Australia, Kanada, Uni Eropa, Perancis, Jerman, China, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Selandia Baru, Norwegia, Afrika Selatan, Singapura, Inggris, Spanyol, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab (UEA) Sedangkan 3 lembaga internasional yang juga menjadi pendonor, yakni The BIll & Melinda Gates Foundation, The Rockefeller Foundation, dan Wellcome Trust.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dibantu PBB, Indonesia Bangun Sistem Kesehatan yang Tahan Terhadap Perubahan Iklim
Baca Selengkapnya"Beban kesehatan yang dikeluarkan karena penyakit paru kronis itu jauh lebih besar dari pendapatan Bea Cukai," kata Budi.
Baca SelengkapnyaDalam laporan terbaru ADB, sekitar 155,2 juta orang atau 3,9 persen penduduk di negara berkembang Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Baca SelengkapnyaBiaya Pengobatan Penyakit Pernapasan di BPJS Tembus Rp10 Triliun, Menkes Minta Polusi Udara Ditekan
Baca SelengkapnyaSetidaknya lebih dari tiga penyakit dapat disebabkan oleh polusi. Untuk mencegahnya dapat menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaIndonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 resmi dimulai hari ini, Kamis (7/9).
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim kini jadi perhatian seluruh negara.
Baca SelengkapnyaTindakan pencegahan bisa menekan anggaran pengobatan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPolusi udara bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga tantangan bagi sektor kesehatan.
Baca SelengkapnyaPer Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.
Baca Selengkapnya"Tiap tahun di dunia sekitar 1,3 juta orang meninggal atau dua setengah orang per menit meninggal di dunia," kata Budi
Baca SelengkapnyaAda faktor yang belum terselesaikan hingga WNI sering berobat ke luar negeri.
Baca Selengkapnya