Ekonom Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,5 Persen Sepanjang Tahun 2021
Merdeka.com - Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 bisa mencapai 3,5 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang hanya 3,2 persen.
"Secara umum, revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 3,9 persen ke level 3,2 persen, mempertimbangkan penyebaran varian delta pada kuartal III , sehingga membatasi pemulihan ekonomi," kata Josua Pardede kepada Liputan6.com, Kamis (14/10).
Dia melihat, dampak dari pembatasan mobilitas cukup mempengaruhi kinerja ekonomi pada kuartal III-2021, terutama pada bulan Juli hingga pertengahan Agustus atau pada saat terjadi pembatasan mobilitas ketat (PPKM Darurat).
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang menyebabkan kemacetan Jakarta meningkat? Berdasarkan data TomTom Traffic Index pada Februari 2023, terjadi peningkatan signifikan kepadatan lalu lintas di Jakarta. Angkanya mencapai 53 persen.
-
Bagaimana dampak "migrasi" pada ekonomi? Migrasi dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan investasi di daerah tujuan, terutama jika migran memiliki keterampilan dan modal yang dibutuhkan.
-
Apa dampak dari kebijakan Kemendag di Pasar Tanah Abang? Kebijakan Kementerian Perdagangan memberi dampak signifikan bagi para pedagang fisik seperti di Tanah Abang ini. 'Selain laris, yang berbelanja sudah mulai ramai. Pembeli memang belum pulih seperti dulu, tetapi wajah penjual sudah mulai tersenyum. Kalau ditanya apakah sudah ada yang belanja, sebagian besar bilang sudah,'
Menurutnya, berbagai indikator sektoral pada saat pembatasan tersebut mengalami kontraksi seperti PMI IHS Market, penjualan semen, penjualan kendaraan, penjualan listrik, dan berbagai indikator lain.
Namun, pada pertengahan Agustus hingga akhir September, perekonomian telah kembali rebound dengan membaiknya berbagai indikator tersebut.
"Menurut perhitungan kami, ekonomi kuartal III-2021 masih dapat tumbuh mengingat dari pertengahan Agustus hingga akhir September, perekonomian telah kembali ke jalur pemulihan," ujarnya.
Selain itu, perhitungan PDB kuartal III-2021 juga masih diuntungkan efek low-base akibat ekonomi kuartal III-2020 yang saat itu masih terganggu efek awal pandemi Covid-19.
"Pada kuartal IV kami perkirakan ekonomi akan kembali tumbuh sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. Pada awal Oktober ini data awal yang menunjukkan tanda awal pemulihan adalah pulihnya mobilitas dari data Google Mobility index untuk beberapa segmen yang sudah kembali mendekati level pra-pandemi," katanya.
Dengan demikian, jika tidak ada lagi pembatasan ketat dan jumlah kasus baru Covid-19 tetap berada di level rendah seiring dengan peningkatan laju vaksinasi, dia optimis pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV akan lebih baik dibandingkan kuartal III.
Momen Natal
Di samping itu, menurutnya terlebih lagi akan ada momen Natal dan Tahun Baru yang biasanya meningkatkan laju konsumsi masyarakat. Kendati demikian, untuk industri pengolahan pada kuartal III, dia memang melihat akan ada tekanan karena dampak dari pembatasan mobilitas ketat yang dilakukan.
"Namun, kondisi ini kami nilai masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi kuartal III-2029 sehingga pada Kuartal IV-2021 secara yoy masih berpotensi tumbuh. Dan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan akan berada dalam kisaran 3-3,5 persen," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemacetan kembali terjadi di Jakarta, terutama setelah pandemi covid-19 di Indonesia dinyatakan berakhir.
Baca SelengkapnyaTren perlambatan ini menjadi perhatian mengingat kondisi ekonomi global yang masih penuh tantangan, seperti ketidakpastian pasar dan perlambatan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024
Baca SelengkapnyaPersiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaPlt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan turunnya kinerja ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 diprediksi capai 5,1 persen, didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaSektor konsumsi dan sektor perdagangan jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi capai 5,1 persen tahun ini.
Baca Selengkapnya