Ekonomi China dan Jepang pulih, neraca perdagangan bisa positif
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Chatib Basri, sumringah dengan data-data perkembangan ekonomi negara maju. Selepas China pada triwulan III berhasil tumbuh 7,6 persen, Jepang dilaporkan turut menuai capaian positif dengan peningkatan ekspor 14,7 persen pada periode yang sama.
Chatib percaya, perkembangan itu bisa mendorong sektor riil, terutama perdagangan Indonesia ke negara-negara tersebut. Sebab China dan Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbanyak Tanah Air.
"Dengan China menguat, kemudian sekarang Jepang, serta Amerika menguat, permintaan ekspor kita ke sana bisa ikut menguat. Sehingga ada harapan pertumbuhan neraca perdagangan," ujarnya di komplek DPR, Jakarta, Senin (20/10).
-
Bagaimana kemendag meningkatkan hubungan dagang antar negara? Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
-
Kenapa utang Jepang tinggi? Rasio utang tersebut telah mencapai 259,43 persen dari PDB.
-
Mengapa kekuatan paspor Jepang berhubungan erat dengan ekonomi? Henley & Partners mengungkapkan jika kekuatan paspor berhubungan erat dengan kekuatan ekonomi.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Kenapa perdagangan di Banten berkembang? Keberadaan Banten yang terhubung langsung ke Samudra Hindia melalui Selat Sunda membuatnya jadi pintu masuk jalur perdagangan yang strategis.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
Menkeu masih menunggu data Badan Pusat Statistik (BPS) awal November nanti buat memastikan dampak positif tersebut. Namun dia yakin, tren surplus yang berhasil dicapai pada neraca perdagangan Agustus, dapat berlanjut. Minimal, kalaupun defisit, nominalnya bakal kecil.
"Dugaan saya kemungkinannya masih bisa surplus, kalau defisit kecil sekali. Ini sejalan dengan kondisi globalnya mulai membaik dan ekspor kita meningkat. Kan data China membaik, berarti itu tiga bulan lalu, semoga dampaknya mulai terasa sekarang," urai Chatib.
Untuk sementara, fokus pemerintah menjalankan paket kebijakan ekonomi yang dilansir Agustus lalu. Ditambah lagi, Chatib berharap impor produk minyak dan gas (migas) bisa ditekan agar terus turun sampai akhir tahun. Dengan demikian, neraca pembayaran yang selama ini tergerus akibat defisit perdagangan bisa membaik.
"Kita tetap berharap dari kebijakan kemarin, kita sudah punya surplus karena impor minyak turun. Kalau itu saja kita bisa pertahankan terus, neraca perdagangan defisitnya akan mengecil. Fokus saja di situ, sembari kita berharap ekspor bisa naik," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Padahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaSebagai negara maju, Inggris dan Jepang resmi masuk jurang resesi.
Baca SelengkapnyaSaham di pasar Asia menunjukkan tren positif pada hari Selasa (19/11).
Baca SelengkapnyaMeski permintaan domestik sudah mulai pulih, industri manufaktur China masih tertekan.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaIHSG dibuka menguat 23,33 poin atau 0,33 persen ke posisi 7.203,16.
Baca SelengkapnyaHal ini menunjukkan sektor manufaktur Tanah Air ini dalam kategori ekspansif dan akseleratif bersama dengan India, Filipina, dan Meksiko.
Baca SelengkapnyaNPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaJepang bisa turun peringkat karena pelemahan mata uang dan penurunan produktifitas.
Baca SelengkapnyaTren wisatawan mancanegara mulai kembali seperti pra pandemi Covid-19.
Baca Selengkapnya