Ekonomi Global Terpuruk, Jokowi: 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo menyebut sebanyak 28 negara saat ini antre untuk menjadi "pasien" Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini menandakan banyak negara mengalami keterpurukan kondisi perekonomian, yang salah satunya akibat pandemi COVID-19.
"Saya mendapatkan telepon dari menteri keuangan dari Washington D.C., beliau menyampaikan sudah 28 negara antre masuk sebagai pasien IMF," kata Jokowi saat membuka Kongres XII Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan Munas XI Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (PIVERI) Tahun 2022 di Jakarta, dikutip Antara, Selasa (11/10).
Menurutnya, ekonomi global yang ambruk semakin diperburuk dengan adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Sehingga menimbulkan krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan.
-
Bagaimana IMF membantu negara dalam kesulitan? IMF memberikan dukungan finansial kepada negara-negara anggotanya yang mengalami kesulitan pembayaran internasional. Melalui program-program pinjaman, IMF dapat membantu negara-negara untuk menyeimbangkan anggaran dan mendukung reformasi struktural guna memulihkan pertumbuhan ekonomi.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
"Situasi saat ini adalah situasi yang tidak mudah, situasi yang sangat-sangat sulit untuk semua negara. Lembaga-lembaga internasional menyampaikan 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps. Saat ini 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan akut dan kelaparan; artinya, ada krisis pangan," ungkapnya.
Dari perbincangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jokowi dapat menyimpulkan bahwa perang antara kedua negara itu tidak akan selesai dalam waktu dekat.
"Inilah yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi global, sebagian di negara Eropa sudah mulai masuk ke resesi. Ini nanti masuk ke winter (musim dingin) mereka akan kesulitan untuk mendapatkan pemanas dari gas, sehingga memang kondisi negara-negara di dunia betul-betul pada posisi yang sangat tidak mudah," kata Jokowi.
Inflasi pun merangkak naik. Artinya, harga-harga semua komoditas naik namun pertumbuhan ekonominya anjlok. Untuk itu, dia menegaskan kembali betapa pentingnya sikap hati-hati dan waspada membarengi optimisme dalam upaya menjaga perekonomian negara.
Jokowi mengingatkan kembali bahwa situasi penuh ketidakpastian membayangi dunia, yang turut mengubah pola antisipasi inflasi yang tidak lagi mudah dikalkulasikan, termasuk dalam pengendaliannya sendiri. Dalam situasi seperti sekarang setiap negara bisa cepat dan mudah terlempar keluar jalur apabila tidak berhati-hati dan waspada dalam pengelolaan moneter maupun fiskal.
"Apalagi setelah Perang Rusia-Ukraina, kita tahu pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang sebelumnya diperkirakan 3 persen, terakhir sudah diperkirakan jatuh di angka 2,2 persen," katanya.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global merupakan harga mahal yang harus ditanggung masyarakat dunia akibat terjadinya sebuah perang. "Tetapi dengan ketidakpastian yang tadi saya sampaikan, kita harus optimis. Harus optimis itu, tetapi hati-hati dan waspada," kata Presiden Jokowi.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif karena hal-hal yang fundamental reformasi struktural, reformasi birokrasi, terus dijalankan meskipun pandemi.
Selain itu, tidak ketinggalan pula soal ketahanan pangan Indonesia yang mendapat pengakuan dari Internasional Rice Research Institute. Institusi tersebut menilai Indonesia memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dan sudah swasembada beras sejak 2019.
"Ini dia yang harus terus kita tingkatkan, sehingga ketahanan pangan di dalam negeri bisa terus kita jaga; dan kalau bisa kita tingkatkan. Sebagian bisa kita pakai untuk membantu negara-negara lain yaitu kita ekspor," jelasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi mengajak masyarakat patut bersyukur karena Indonesia sampai saat ini mampu melewati berbagai tantangan dunia
Baca Selengkapnya30 Negara telah menjadi pasien IMF karena perekonomian global yang terus mengalami tekanan. Namun, kini 11 negara di antaranya sudah membaik.
Baca SelengkapnyaPer Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaJepang bisa turun peringkat karena pelemahan mata uang dan penurunan produktifitas.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, untuk menghadapi krisis global dibutuhkan kekompakan dan solidaritas antarnegara.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi bicara mengenai solidaritas internasional yang menurun di tengah ketegangan geopolitik.
Baca SelengkapnyaTantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaUpaya memitigasi dampak perubahan iklim yang dilakukan akan sia-sia tanpa adanya dukungan investasi maupun pendanaan murah dari negara-negara maju.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi bertemu dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Merdeka.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dialami negara-negara maju itu dipengaruhi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaJokowi sempat mengakui bahwa dia cemas melihat kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp16.000.
Baca SelengkapnyaPadahal, pemerintah pusat sangat sulit mengumpulkan uang dari pajak, royalti, hingga dividen untuk ditransfer ke daerah.
Baca Selengkapnya