Ekonomi lesu, kredit macet BNI naik
Merdeka.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross pada akhir kuartal I-2016 sebesar 2,8 persen atau naik 0,7 persen dari posisi kuartal IV-2015 sebesar 2,1 persen. Sementara untuk NPL net kuartal I-2016 sebesar 0,9 persen.
Direktur BNI, Herry Sidharta mengungkapkan, kenaikan NPL disebabkan oleh buruknya NPL di segmen Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM). Herry berpendapat, UMKM memberi memberi kontribusi paling besar terhadap peningkatan NPL.
"Itu karena segmen usaha kecil di sektor ritel perdagangan yang pemberian kredit maksimal Rp 15 miliar ," ujar Herry di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Selasa (12/4).
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Mengapa BNI tingkatkan kredit BUMN? Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan memasuki semester kedua 2023, perseroan mulai melihat banyak BUMN yang berbenah dan siap untuk melakukan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat.
-
Apa yang BNI lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? BNI terus berupaya menjadi katalisator pertumbuhan perekonomian Indonesia melalui agenda transformasi yang dijalankan secara komprehensif dan tetap relevan dengan kebutuhan nasabah.
-
Dimana BNI pamerkan Hibank? Silvano menyebutkan, kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar 60,5%. Silvano melanjutkan, perseroan meluncurkan hibank sebagai solusi untuk menggarap sektor UMKM yang lebih dinamis. Terlebih, hibank saat ini lebih agile dengan kombinasi manajemen terbaik di bidang teknologi informasi, perbankan, dan teknologi finansial.
-
Kapan banjir berdampak buruk pada ekonomi? Selain kerusakan fisik pada infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan, banjir juga mengganggu aktivitas ekonomi, menghancurkan lahan pertanian, dan mengganggu rantai pasokan.
Segmen ritel skala kecil memiliki rasio NPL gross sebesar 4,46 persen. Sementara di segmen menengah rasio NPLnya cukup tinggi yakni sebesar 3,6 persen.
"Ini akibat ekonomi lesu dan di sektor perhotelan juga lesu," ucapnya.
Kendati rasio kredit bermasalah, Herry optimis akan terjadi perbaikan rasio kredit bermasalah seiring dengan penurunan suku bunga kredit di segmen ritel tersebut. Sebab, awal April lalu suku bunga kredit ritel telah diturunkan menjadi 9,9 persen.
"Kami harap dengan penurunan suku bunga kredit ritel produktif maka kemampuan bayar nasabah kami akan membaik, sebab sebelumnya kredit tersebut di angka 12- 13 persen," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaRasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9 persen per September 2022 menjadi 21,9 persen per September 2023.
Baca SelengkapnyaDari sisi permodalan, hingga Juni tahun 2023 CAR BNI berada pada level yang kuat sebesar 21,6 persen.
Baca SelengkapnyaAirlangga menegaskan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan upaya untuk mengurus permasalahan di industri padat karya, termasuk Sritex.
Baca SelengkapnyaPara pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan laba bersih ditopang dengan kontribusi pengembangan pembiayaan UMKM.
Baca SelengkapnyaPara pengusaha hotel kini hanya bisa mengandalkan event dari pemerintah untuk mempertahankan keterisian kamar hotelnya.
Baca SelengkapnyaRealisasi tersebut mengalami pertumbuhan 12,7 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaSituasi ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaTinggiya harga tersebut berdampak pada tekanan inflasi yang tinggi.
Baca Selengkapnya