Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ekonomi lesu, kredit macet BNI naik

Ekonomi lesu, kredit macet BNI naik Bank BNI. merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross pada akhir kuartal I-2016 sebesar 2,8 persen atau naik 0,7 persen dari posisi kuartal IV-2015 sebesar 2,1 persen. Sementara untuk NPL net kuartal I-2016 sebesar 0,9 persen.

Direktur BNI, Herry Sidharta mengungkapkan, kenaikan NPL disebabkan oleh buruknya NPL di segmen Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM). Herry berpendapat, UMKM memberi memberi kontribusi paling besar terhadap peningkatan NPL.

"Itu karena segmen usaha kecil di sektor ritel perdagangan yang pemberian kredit maksimal Rp 15 miliar ," ujar Herry di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Selasa (12/4).

Orang lain juga bertanya?

Segmen ritel skala kecil memiliki rasio NPL gross sebesar 4,46 persen. Sementara di segmen menengah rasio NPLnya cukup tinggi yakni sebesar 3,6 persen.

"Ini akibat ekonomi lesu dan di sektor perhotelan juga lesu," ucapnya.

Kendati rasio kredit bermasalah, Herry optimis akan terjadi perbaikan rasio kredit bermasalah seiring dengan penurunan suku bunga kredit di segmen ritel tersebut. Sebab, awal April lalu suku bunga kredit ritel telah diturunkan menjadi 9,9 persen.

"Kami harap dengan penurunan suku bunga kredit ritel produktif maka kemampuan bayar nasabah kami akan membaik, sebab sebelumnya kredit tersebut di angka 12- 13 persen," tandasnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ternyata, Pengusaha Lebih Takut Hal Ini Dibandingkan Pelemahan Kurs Rupiah
Ternyata, Pengusaha Lebih Takut Hal Ini Dibandingkan Pelemahan Kurs Rupiah

Kenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.

Baca Selengkapnya
FOTO: Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Turun, Ini Faktor Pemicunya
FOTO: Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Turun, Ini Faktor Pemicunya

BI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.

Baca Selengkapnya
Tumbuh 15 Persen, Bank BNI Raup Laba Rp15,8 Triliun per September 2023
Tumbuh 15 Persen, Bank BNI Raup Laba Rp15,8 Triliun per September 2023

Rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9 persen per September 2022 menjadi 21,9 persen per September 2023.

Baca Selengkapnya
Naik 17 Persen, BNI Raup Untung Rp10,3 Triliun di Semester I-2023
Naik 17 Persen, BNI Raup Untung Rp10,3 Triliun di Semester I-2023

Dari sisi permodalan, hingga Juni tahun 2023 CAR BNI berada pada level yang kuat sebesar 21,6 persen.

Baca Selengkapnya
Menko Airlangga: Industri Padat Karya Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Menko Airlangga: Industri Padat Karya Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Airlangga menegaskan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan upaya untuk mengurus permasalahan di industri padat karya, termasuk Sritex.

Baca Selengkapnya
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN

Para pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.

Baca Selengkapnya
BNI Raup Laba Bersih Rp5,33 Triliun, Tumbuh 2 Persen
BNI Raup Laba Bersih Rp5,33 Triliun, Tumbuh 2 Persen

Pertumbuhan laba bersih ditopang dengan kontribusi pengembangan pembiayaan UMKM.

Baca Selengkapnya
Curhat Hotel Dampak Banjir Semarang: Tamu Banyak Cancel Hingga Promo Bukber Sepi
Curhat Hotel Dampak Banjir Semarang: Tamu Banyak Cancel Hingga Promo Bukber Sepi

Para pengusaha hotel kini hanya bisa mengandalkan event dari pemerintah untuk mempertahankan keterisian kamar hotelnya.

Baca Selengkapnya
Permintaan KPR Tinggi, Kredit Konsumer BNI Tembus Rp119,5 Triliun di September 2023
Permintaan KPR Tinggi, Kredit Konsumer BNI Tembus Rp119,5 Triliun di September 2023

Realisasi tersebut mengalami pertumbuhan 12,7 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Penjualan Mobil Kuartal 1 Tahun 2024 Anjlok karena Ini
Penjualan Mobil Kuartal 1 Tahun 2024 Anjlok karena Ini

Situasi ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Ungkap Harga Kebutuhan di Daerah-Daerah Ini Melonjak: Mohon Diperhatikan!
Sri Mulyani Ungkap Harga Kebutuhan di Daerah-Daerah Ini Melonjak: Mohon Diperhatikan!

Tinggiya harga tersebut berdampak pada tekanan inflasi yang tinggi.

Baca Selengkapnya