Ekonomi sulit, generasi muda AS menyerah untuk menjadi kaya
Merdeka.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat perlahan beranjak menguat belakangan ini. Selain paket kebijakan ekonomi dikeluarkan pemerintah, faktor eksternal berupa data penyerapan tenaga kejar di Negara Paman Sam yang tak sesuai ekspektasi pelaku pasar juga menjadi pendorong.
Ini menguatkan fakta bahwa tren dunia ketenagakerjaan di negara adidaya itu belum menjanjikan. Kebanyakan pekerja muda di sana depresi lantaran mengetahui bekal pensiun mereka sangat kecil.
Sebanyak 47 persen generasi muda AS pesimistis bisa hidup lebih baik ketimbang orang tua mereka. Selain utang, upah stagnan, dan perlambatan ekonomi, mereka juga belum menemukan jalan menuju sejahtera.
-
Bagaimana milenial dapat mencapai kebahagiaan finansial? Lebih dari enam dari 10 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mendapatkan nasihat keuangan yang baik sangatlah penting untuk mencapai kebahagiaan finansial.
-
Siapa orang terkaya di Amerika Serikat? - Orang terkaya adalah Elon Musk dengan kekayaan USD180 miliar.
-
Kenapa Baby Boomers rentan terhadap depresi? Mereka cenderung optimis, ambisius, dan kompetitif. Mereka juga memiliki tekanan untuk mempertahankan gaya hidup dan status sosial mereka. Mereka rentan terhadap stres, depresi, dan kecanduan.
-
Mengapa jumlah orang kaya meningkat? Dijelaskan bahwa dunia telah menjadi lebih kaya secara signifikan dalam satu dekade terakhir, baik dari segi per kapita maupun karena meningkatnya jumlah jutawan.
-
Kata-kata produktif apa yang bisa membantu anak muda meraih kesuksesan? 'Keberanian untuk berjuang menghadapi tantangan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan.'
-
Siapa anak muda terkaya di dunia? Clemente Del Vecchio yang berusia 18 tahun justru sudah memiliki kekayaan USD3,8 miliar atau setara Rp582 triliun.
Itu didasarkan pada polling Bloomberg terhadap generasi milenial AS yang berada pada rentang usia 18-35 tahun.
Berdasarkan data biro sensus AS, sebanyak 15 persen pemuda berusia 25-34 tahun masih hidup satu atap dengan orang tua, tahun lalu. Itu naik ketimbang 30 tahun lalu yang hanya 10 persen.
Penyebabnya apalagi kalau bukan lonjakan harga dan ketatnya aturan kredit rumah di sana.
"Berada di rumah atau tinggal jauh dari rumah tapi masih tergantung pada orang tua, membuat banyak orang muda sulit belajar mengatur keuangan sendiri," kata Vicki Bogan, Associate Professor Cornell University’s Dyson School of Applied Economics and Management, seperti dikutip Bloomberg, beberapa waktu lalu. Tak ada dorongan yang memaksa mereka menjadi melek finansial.
Sejalan dengan itu, banyak orang muda AS tak berani memanfaatkan kredit pelajar (student loans). Seperti halnya Jessica Xydias, 25 tahun.
"Suami saya melakukannya. Itu membuat saya melihat akun kami setiap hari," katanya. "Utang melumpuhkan daya kami untuk menabung. Sangat sulit, kalau tak mau dibilang mustahil, bisa menyimpang uang di rekening Roth (simpanan pensiun)."
Untuk membangkitkan optimisme, generasi milenial AS disarankan untuk menengok kehidupan masa lalu orang tua mereka yang belum tentu sebaik sekarang. Adapun gaji dan aset mereka yang terus meningkat hingga saat ini, semata-mata lantaran dorongan inflasi.
Ekspansi ekonomi yang moderat saat ini yang melebihi pertumbuhan populasi dinilai menjadi modal positif buat generasi milineal.
"Itu lebih dari cukup untuk mendukung peningkatan standar hidup dari anak-anak kita dari waktu ke waktu," kata Gus Faucher, Senior Macroeconomist PNC Financial Services. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Studi tersebut mengatakan generasi muda menerima cek stimulus yang lebih besar selama pandemi
Baca SelengkapnyaBanyak yang percaya uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi tidak dengan milenial dan Gen Z.
Baca SelengkapnyaTidak semua generasi milenial berada dalam keadaan yang lebih buruk dibandingkan generasi boomer.
Baca SelengkapnyaMereka kehilangan motivasi karena ketersediaan lapangan pekerjaan formal semakin menurun.
Baca SelengkapnyaBagi Gen Z dan milenial, biaya hidup adalah kekhawatiran utama mereka, dan Gen Z juga mengkhawatirkan potensi pengangguran.
Baca SelengkapnyaBeberapa pria usia prima yang beruntung, tidak bekerja karena mereka sudah sukses secara finansial dan sudah pensiun.
Baca SelengkapnyaKonsumen Amerika disebut akan menghadapi kesulitan berbelanja saat generasi Milenial dan Z di Asia enggan bekerja di sektor manufaktur.
Baca SelengkapnyaSepertiga pensiunan khawatir bahwa tekanan finansial dapat mempengaruhi kesehatan mereka.
Baca SelengkapnyaDalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan.
Baca SelengkapnyaAlhasil mereka merasa membeli rumah adalah hal yang paling sulit.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaFenomena kaum muda pilih tinggal di panti jompo semakin marak di Tiongkok. Diduga akibat kelelahan bekerja.
Baca Selengkapnya