Ekspor Industri Manufaktur 2020 Capai Rp 1.848 Triliun, Tumbuh 2,95 Persen
Merdeka.com - Industri pengolahan mampu mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 131,13 miliar atau setara Rp 1.848 triliun (asumsi Rp 14.095 per USD) pada Januari-Desember 2020, atau naik 2,95 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja positif ini membuat neraca perdagangan sektor manufaktur sepanjang 2020 menjadi surplus USD 14,17 miliar.
"Kami memberikan apresiasi kepada para pelaku industri di Tanah Air yang masih agresif menembus pasar ekspor di tengah tekanan kondisi pandemi Covid-19," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, R. Janu Suryanto, dalam keterangan tertulis pada Rabu (27/1).
Janu menjelaskan, sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, terutama melalui capaian nilai ekspornya. "Dengan nilai USD 131,13 miliar tersebut, sektor industri menyumbang dominan hingga 80,30 persen dari total nilai ekspor nasional yang mencapai USD 163,30 miliar pada tahun 2020," ungkapnya.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Kenapa PMI manufaktur mencapai titik tertinggi? Angka ini merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2021, atau dalam 29 bulan terakhir.
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Apa yang mendorong peningkatan produksi? Peningkatan permintaan baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong aktivitas produksi.
Sementara itu, kinerja ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 juga mengalami peningkatan jika dibandingkan bulan sebelumnya (m-to-m). Nilai ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 tercatat sebesar USD 12,92 miliar atau naik 6,79 persen dibandingkan November 2020 (m-to-m) yang mencapai USD 12,09 miliar.
"Jadi, neraca perdagangan industri pengolahan pada bulan Desember 2020 mencatatkan surplus USD 1,07 miliar," ujarnya. Apabila dibandingkan Desember 2019 (YoY), kinerja ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 naik sebesar 19,14 persen.
Kinerja Ekspor per Sektor
Sektor industri yang mencatat surplus di atas USD 100 juta pada Desember 2020, antara lain industri makanan sebesar USD 2,56 miliar, diikuti industri pakaian jadi (USD 587,26 juta), industri logam dasar (USD 516,17 juta), industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki (USD 397,45 juta), serta industri kertas dan barang dari kertas (USD 329,14 juta).
Selanjutnya, industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya sebesar USD 304,44 juta, kemudian industri karet, barang dari karet, dan plastik (USD 292,59 juta), industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer (USD 233,65 juta), serta industri furnitur (USD 146,53 juta).
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, sebelumnya mengatakan bahwa berbagai langkah telah dijalankan oleh Kemenperin dalam upaya meningkatkan nilai ekspor dari sektor industri pengolahan. Upaya itu di antaranya adalah pembinaan industri melalui peningkatan daya saingnya dan penyiapan produk unggulan.
"Kemudian, pemanfaatan free trade agreement (FTA) seperti percepatan negosiasi FTA, perluasan ke pasar non tradisional, dan inisiasi FTA bilateral sesuai kebutuhan industri," tuturnya.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peningkatan nilai ekspor Mei secara bulanan tetutama didorong oleh peningkatan ekspor non migas
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaSejalan dengan proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,0% pada 2024, realisasi investasi menunjukkan tren
Baca SelengkapnyaSecara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaCapaian ini tidak lepas dari kerjasama solid dari sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat luas.
Baca SelengkapnyaImpor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaEkspor besi dan baja berkontribusi tingkatkan ekspor Indonesia.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan besi baja sempat dikeluhkan, karena nilai impor komoditas itu lebih dominan dibandingkan dengan ekspor.
Baca SelengkapnyaAngka ekspor Indonesia periode Agustus 2024, naik 5,97 persen.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaUntuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca Selengkapnya