ESDM Minta Kegiatan Pertambangan di Zona Merah Gunung Semeru Dikosongkan
Merdeka.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyepakati bahwa kegiatan pertambangan yang berlokasi di zona merah sekitar Gunung Semeru harus dikosongkan. Kebijakan ini diambil guna mengantisipasi masih adanya kemungkinan atau potensi kembali terjadinya awan panas guguran di Gunung Semeru.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Andiani menjelaskan, awan panas guguran yang terjadi pada 4 Desember 2021 tidak ada kaitannya dengan erupsi Gunung Semeru.
Namun, berdasarkan hasil monitoring yang terus dilakukan PVMBG, Andiani memperkirakan potensi terjadinya awan panas guguran lanjutan masih sangat memungkinkan.
-
Bagaimana memprediksi erupsi gunung berapi? Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan.
-
Siapa yang terlibat dalam mitigasi bencana gunung meletus? Dalam penyuluhan ini, masyarakat diajarkan mengenai tanda-tanda awal erupsi gunung berapi, cara evakuasi, dan tindakan darurat yang harus dilakukan.
-
Di mana metode pemantauan gunung berapi ini diuji? Dilaporkan oleh New Delhi Television, teknik ini telah memberikan hasil yang positif pada gunung berapi seperti Gunung Etna di Italia dan Gunung Berapi Taal di Filipina, di mana hutan dan pepohonan tumbuh melimpah di sekitarnya.
-
Apa saja upaya mitigasi bencana gunung meletus? Mitigasi bencana gunung meletus ini dilakukan dalam beberapa upaya, mulai dari pemantauan dan pengataman, pembuatan peta rawan bencana, sosialisasi dan edukasi, serta peringatan dini.
-
Bagaimana BMKG memetakan area gelombang tinggi? BMKG juga telah memetakan sejumlah area yang dianggap rawan gelombang tinggi di kawasan tersebut. Area yang berpotensi rawan gelombang tinggi Menurut Tatang, daerah tersebut berada di sisi barat, mulai dari Pantai Anyer, Carita, Labuan, Panimbang, Cikeusik, Sumur, dan Ujung Kulon.
-
Bagaimana cara kerja alat deteksi gempa dari Jogja? Dikutip dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu tersusun dari sejumlah komponen seperti dektektor perubahan level air tanah. Apabila akan terjadi gmepa, akan terjadi fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
"Potensi terjadinya awan panas guguran, potensinya masih ada. Tetapi kalau ditanya kapan itu akan terjadi, bagi kami sulit menjawab itu," ujar dia dalam sesi teleconference, Senin (6/12).
PVMBG dan Badan Geologi Kementerian ESDM bakal terus melakukan monitoring, dan mencatat getaran dengan alat-alat yang bisa memprediksi terjadinya awan panas guguran lanjutan.
"Setelah getaran tercatat, segera kami sampaikan melalui WA group untuk disebarluaskan kepada masyarakat," imbuh Andiani.
Potensi Lahar
Selain awan panas guguran, potensi lahar di Gunung Semeru pun masih ada. Sebab, puncak gunung masih menyisakan material-material hasil erupsi gunung api dengan volume yang cukup banyak.
Selain itu, merujuk prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, curah hujan di sekitar Gunung Semeru pun masih cukup tinggi untuk 1-2 bulan ke depan.
"Tentunya potensi lahar masih tinggi untuk mengancam di sekitar Gunung Semeru, utamanya di bukaan kawah yang mengarah ke selatan dan tenggara," terang Andiani.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jarak luncuran awan panas tidak diketahui dikarenakan visual Gunung Semeru tertutup kabut.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru mengalami 28 kali gempa erupsi, 1 kali gempa guguran, 6 kali gempa hembusan, dan tiga kali gempa harmonik.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru masih berstatus siaga atau level III, sehingga masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara.
Baca SelengkapnyaPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan kondisi Gunung Semeru saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru di Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur, kembali erupsi pada Kamis dini hari
Baca SelengkapnyaGunung Semeru berstatus Siaga atau Level III, sehingga pihak PVMBG memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas sejauh 13 km dari puncak.
Baca SelengkapnyaData PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru Kembali Erupsi, Total 174 Kali sejak Awal 2024
Baca SelengkapnyaLetusan eksplosif memunculkan fenomena alam kilatan petir vulkanik
Baca SelengkapnyaKolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru terpantau melontarkan abu vulkanik setinggi 500 meter di atas puncak.
Baca Selengkapnya