ESDM minta varian solar baru Pertamina dicampur 20 persen biodiesel
Merdeka.com - PT Pertamina (Persero) berencana mengeluarkan produk solar jenis baru. Namun, Kementerian ESDM mengimbau kepada Pertamina untuk tetap mematuhi kebijakan penggunaan biodiesel sebesar 20 persen tahun depan.
"Suratnya kami belum baca, belum lihat. BBN (bahan bakar nabati) harus dicampur untuk semua jenis solar, harus mandatori BBN 20 persen," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja di Plaza Centris, Graha Migas, Kuningan, Jakarta, Senin (22/2).
Sementara itu, General Manager MOR III Pertamina, Afandi mengatakan, varian solar baru tersebut memiliki kandungan sulfur yang lebih rendah dari solar non subsidi atau Pertamina Dex yang memiliki kandungan sulfur 3.500 ppm dan lebih tinggi dari solar subsidi (biosolar) yang memiliki kandungan sulfur 300 ppm.
-
Apa yang baru dari aturan BBM Subsidi? Pemerintah segera merilis aturan baru mengenai penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite dan jenis BBM tertentu JBT Solar Subsidi.
-
Kapan Pertamina menyalurkan subsidi energi? Pertamina mendapat tugas menyalurkan BBM Bersubsidi untuk Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) Minyak Tanah dengan kuota 0,5 Juta Kilo Liter (KL), JBT Minyak Solar dengan kuota 17,8 Juta KL, dan LPG Tabung 3 Kg sebesar 8,03 Juta Metric Ton (MT).
-
Gimana Pertamina bantu pengembangan BMTH? Komitmen mendukung PSN ini diwujudkan dengan dilakukannya Head of Agreement (HOA) bersama Pelindo terkait fasilitas penerimaan BBM dan Avtur di Benoa, Bali.
-
Kenapa aturan baru BBM Subsidi dibuat? Aturan ini dirancang untuk memastikan distribusi BBM bersubsidi lebih tepat sasaran dan efisien.
-
Apa jenis BBM yang disalurkan Pertamina? PT Pertamina Patra Niaga selaku anak usaha Pertamina menegaskan masih terus menyalurkan BBM jenis Pertalite (RON 90) kepada masyarakat, sesuai kuota tahun 2024 yang ditetapkan Pemerintah.
-
Bagaimana Pertamina mengembangkan produk sekunder dari panas bumi? Beberapa produk sekunder yang sedang dikembangkan oleh Pertamina Geothermal Energy diantaranya green methanol, green hydrogen, dan ekstraksi silika,' jelas Julfi.
"Pastinya kita punya Pertamina Dex dan solar subsudi, ya di antara itu (kandungan sulfurnya)," kata Afandi.
Menurut Afandi, rencana Pertamina mengeluarkan solar jenis baru itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Alasannya, solar di Indonesia hanya ada dua jenis, sedangkan di pasar internasional, jenis solar sudah beragam.
"Karena ada pasar yang menghendaki spec seperti itu, di internasional solar banyak gradenya, tapi di Indonesia dex yang terbaik," jelas dia.
Afandi menambahkan, nantinya solar varian baru tersebut akan masuk dalam kategori BBM non subsidi. Namun, Afandi masih enggan menyebut patokan harga yang akan ditetapkan Pertamina untuk solar jenis baru itu.
"Nanti saja, belum. Tunggu saja (informasi resmi peluncuran solar baru)," pungkas dia. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah juga butuh investasi untuk bisa mengalihkan subsidi APBN yang selama ini dijatuhkan kepada produk gasoline kepada campuran etanol dan gasoline.
Baca SelengkapnyaPertamina produksi BBM jenis baru dengan memiliki spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Baca SelengkapnyaB40 merupakan campuran minyak solar dengan 40 persen bahan bakar nabati (BBN) yang berbasis minyak sawit.
Baca SelengkapnyaPenghapusan Pertalite bukan hanya putusan satu instansi saja. Banyak hal juga yang perlu dipertimbangkan.
Baca SelengkapnyaMenteri ESDM beberkan penyebab bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia tidak akan mencapai target di 2025.
Baca SelengkapnyaTahun depan pemerintah akan rilis B40 dan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif.
Baca SelengkapnyaPertamina memilki BBM dengan oktan lebih rendah dari 92, yaitu RON 90 yang selama ini dijual dengan nama produk Pertalite.
Baca SelengkapnyaBBM jenis baru ini diklaim rendah sulfur, dengan spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Baca SelengkapnyaProduk baru itu nantinya mulai ada di tiga SPBU Jakarta, pada 17 Agustus, dengan spesifikasi berupa bahan bakar solar 50 part per million (ppm).
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaSehingga, penyaluran BBM subsidi bisa menyasar konsumen yang lebih tepat sasaran, agar tidak dipakai oleh masyarakat yang tidak berhak.
Baca SelengkapnyaHal ini menjawab kegelisahan masyarakat terkait rencana PT Pertamina (Persero) untuk menghapus BBM subsidi jenis Pertalite pada 2024.
Baca Selengkapnya