Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Fakta Mencengangkan Utang Amerika Serikat Tertinggi di Dunia dan Terancam Bangkrut

Fakta Mencengangkan Utang Amerika Serikat Tertinggi di Dunia dan Terancam Bangkrut Utang. ©Shutterstock

Merdeka.com - Amerika Serikat kini sedang tidak baik-baik saja. Negara adidaya tersebut kini terancam tidak bisa membayar utang atau default atau bangkrut. Utang yang dimiliki negara itu hingga Februari 2023 sebesar USD 31,45 triliun atau sekitar Rp 462.000 triliun. Bahkan negara tersebut kini berada di posisi pertama dengan utang tertinggi di dunia.

Dari tahun ke tahun, jumlah utang AS memang terus meningkat. Ini disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21. Sebagaimana diketahui, utang luar negeri dibutuhkan tiap negara untuk menutup defisit anggarannya.

Lantas, apa saja fakta-fakta menarik AS gagal bayar utang?

Berikut ulasan Merdeka.com:

1. Nilai Utang AS Menyentuh USD 31,45 Triliun atau Rp462 Ribu Triliun

The New York Times melaporkan, Pemerintah AS tengah berusaha untuk menambah plafon atau pagu USD 19 triliun utang nasional selama 10 tahun ke depan.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen telah memperingatkan bahwa negara adidaya akan kehabisan uang tunai pada 1 Juni 2023. Kondisi ini terjadi jika kongres gagal menaikkan atau menangguhkan plafon utang tersebut.

"Mencapai pagu utang berarti pemerintah tidak dapat meminjam uang lagi. Kongres diminta bertindak sesegera mungkin untuk mengatasi batas USD 31,45 triliun," kata Ms Yellen seperti dikutip BBC.com di Jakarta, Kamis (11/5).

2. Utang AS Tertinggi di Dunia

Menurut data World Population Riview, AS berada di posisi pertama yang menjadi negara paling banyak memiliki utang di dunia. Amerika Serikat memiliki utang mencapai USD 29,46 triliun atau setara Rp437.405 triliun. Rasio utang tersebut telah mencapai 128,13 persen dari PDB.

Namun, data per 9 Mei 2023 mencatat utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.

3. Menkeu AS Peringatkan Malapetaka Ekonomi

Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen memperingatkan adanya malapetaka ekonomi jika Amerika Serikat (AS) gagal menaikkan plafon utangnya dalam beberapa minggu mendatang.

"Itu adalah sesuatu yang dapat menghasilkan kekacauan keuangan, itu akan secara drastis mengurangi jumlah pengeluaran dan berarti penerima Jaminan Sosial dan veteran dan orang-orang yang mengandalkan uang dari pemerintah yang mereka berutang, kontraktor, kita tidak akan punya cukup uang untuk membayar tagihan," ujar Yellen dikutip dari CNBC, Selasa (9/5).

Komentar Yellen tersebut muncul ketika kebuntuan politik atas kenaikan batas utang memaksa Departemen Keuangan mendekati skenario terburuk yaitu potensi gagal bayar utang AS.

Ini akan terjadi jika Departemen Keuangan menghabiskan langkah-langkah luar biasa yang diterapkan awal tahun ini untuk memenuhi kewajibannya setelah AS mencapai batas utang wajib sebesar USD 31,4 triliun.

4. Kehabisan Uang Tunai

Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen mengakui bahwa pemerintah sudah tidak bisa membayar utang mulai bulan depan karena sudah tak punya uang tunai. Setidaknya pada 1 Juni 2023, Negara Paman Sam ini resmi gagal membayar utang.

Oleh karena itu, Janet meminta kepada Kongres untuk mengambil tindakan agar pembayaran utang pemerintah bisa ditangguhkan. Mengingat potensi gagal bayar utang bisa terjadi pada 1 Juni 2023.

"Saya menulis untuk dicatat bahwa kami masih memperkirakan Departemen Keuangan kemungkinan tidak akan lagi dapat memenuhi semua kewajiban pemerintah jika Kongres tidak bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang pada awal Juni, dan berpotensi sebagai paling cepat 1 Juni," tulis Janet seperti dilansir dari CNBC di Jakarta Selasa (16/5).

5. UMKM Bangkrut dan Ancaman PHK Massal

Penasihat Pajak, Komite Keuangan AS, Dean Zerbe mengatakan keputusan penanganan utang pemerintah ini sangat dinantikan para pelaku usaha. Sebab berkaitan dengan kredit pajak. Utamanya pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di sana.

"Ada sejumlah besar usaha kecil dan menengah (UKM) yang masih menunggu kredit retensi karyawan mereka untuk kembali ke mereka," kata Zerbe dalam sebuah wawancara, dilansir dari CNN.com, Selasa (16/5).

Sebagai informasi kredit pajak merupakan sistem yang diperkenalkan untuk mendorong pemberi kerja mempertahankan karyawan selama perusahaan menjalani masa-masa sulit seperti sekarang.

Zerbe mengatakan, Lembaga Pemerintahan Federal AS atau Internal Revenue Service (IRS) memiliki simpanan yang cukup banyak. Mereka pun telah menerima banyak pengajuan dari para pelaku usaha.

"Itu telah menjadi penyelamat nyata bagi bisnis kecil dan menengah, seringkali mencapai ratusan ribu dolar," kata dia.

Sayangnya, disaat pemerintah sedang terancam gagal bayar utang, para pengusaha UKM ini juga terancam keberlangsungan usahanya. Diperkirakan akan banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan pengusaha UKM karena kekurangan modal.

"Jika AS tidak memiliki uang untuk melakukan pembayaran tersebut dan ada penundaan lebih lanjut yang berarti perusahaan tidak akan dapat mempekerjakan pegawai," kata dia.

Kondisi makin parah karena selain pemerintah gagal bayar utang, mereka sedang dihadapkan oleh krisis perbankan. Krisis perbankan telah membuat bank tidak bisa memberikan pinjaman modal. Artinya pelaku UKM makin terhimpit.

"Ini adalah pukulan ganda - kami telah melihat kredit mengering untuk usaha kecil dan menengah, semakin sulit bagi mereka untuk mendapatkan pinjaman. Suasana sudah sangat buruk," tutup dia.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Daftar Terbaru 10 Negara Paling Banyak Utang, Indonesia Nomor Berapa?
Daftar Terbaru 10 Negara Paling Banyak Utang, Indonesia Nomor Berapa?

Utang Indonesia masih berada di bawah utang India sebesar USD629 miliar atau setara Rp9.800 triliun.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: Ada Harapan Suku Bunga The Fed Turun Lebih Cepat
Sri Mulyani: Ada Harapan Suku Bunga The Fed Turun Lebih Cepat

Inflasi di AS pada bulan Juni menunjukkan penurunan di angka 3 persen, didorong oleh menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan.

Baca Selengkapnya
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025

Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.

Baca Selengkapnya
Megawati Kritisi Besarnya Utang Pemerintah: Cara Bayarnya Gimana, Saya Khawatir Krisis Ekonomi
Megawati Kritisi Besarnya Utang Pemerintah: Cara Bayarnya Gimana, Saya Khawatir Krisis Ekonomi

Megawati berharap pemerintah punya rencana serius untuk mengurangi utang bernilai fantastis itu.

Baca Selengkapnya
Ternyata Begini Dampak Parah Bakal Dirasakan Indonesia Jika Ekonomi AS Resesi
Ternyata Begini Dampak Parah Bakal Dirasakan Indonesia Jika Ekonomi AS Resesi

Angka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).

Baca Selengkapnya
Proyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
Proyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China

AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Prabowo Harus Bayar Utang Negara Rp800 Triliun di 2025
Pemerintah Prabowo Harus Bayar Utang Negara Rp800 Triliun di 2025

Kemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Global Melemah Dipengaruhi Dinamika Negara-Negara Maju
Ekonomi Global Melemah Dipengaruhi Dinamika Negara-Negara Maju

Sri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini

Baca Selengkapnya
Sektor Keuangan Tunjukkan Tren Penurunan, Ketua Banggar Minta Pemerintah Adaptif
Sektor Keuangan Tunjukkan Tren Penurunan, Ketua Banggar Minta Pemerintah Adaptif

Said mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun

Baca Selengkapnya
VIDEO: Menkeu Sri Mulyani Lapor Bayar Utang Lancar, APBN Surplus Rp22,8 Triliun
VIDEO: Menkeu Sri Mulyani Lapor Bayar Utang Lancar, APBN Surplus Rp22,8 Triliun

Sri Mulyani melaporkan APBN mengalami surplus Rp22,8 triliun hingga 15 Maret 2024.

Baca Selengkapnya