Fitch nilai perbankan RI tahan goncangan perlambatan ekonomi
Merdeka.com - Fitch, lembaga pemeringkat internasional, menilai kinerja perbankan Indonesia khususnya dalam penyaluran kredit tahan terhadap perlambatan ekonomi. Pelemahan ekonomi terjadi di saat masih melemahnya harga komoditas, tekanan pada Rupiah, dan tingginya tingkat kredit macet (non performing loan/NPL).
"Tekanan terbesar akan menimpa pada perbankan skala menengah dengan portofolio kredit terbesar di sektor pertambangan dan dalam valuta asing," tulis Fitch dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (21/9).
Fitch, berdasarkan hasil stress test pihaknya, memperkirakan perbankan Indonesia dengan tekanan yang diterima masih mampu menghasilkan pre-provision profit (PPOP) sekitar 4,6 persen dari total rata-rata kredit. Angka ini masih di atas ambang batas yakni sebesar 4,2 persen.
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
"Fitch juga menilai rasio kecukupan modal masih aman untuk sebagian besar perbankan di Indonesia."
Utang asing sektor perbankan Indonesia menurun menjadi 14,2 persen hingga akhir Juni 2016. Angka ini lebih rendah dibanding pada krisis moneter 98 lalu yang mencapai di atas 30 persen. Meski, tetap harus diwaspadai peningkatan pinjaman asing dari sektor non-perbankan dalam lima tahun terakhir di posisi 16 persen dari GDP pada akhir Juni 2016.
Melemahnya sektor pertambangan dan komoditas memperburuk kualitas aset perbankan, ditambah rasio NPL yang meningkat menjadi 3,1 persen dari 1,8 persen pada akhir 2013. Risiko juga datang dari industri hilir sektor ini.
"Maka dari itu, bank perlu lebih cermat mengidentifikasi debiturnya," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan kredit tersebut menunjukkan kualitas kredit terjaga di tengah situasi global yang mengalami pelemahan.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaPer 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaTerdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.
Baca SelengkapnyaRapat Dewan Komisioner Bulanan OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil.
Baca SelengkapnyaKondisi industri perbankan tercatat cukup resilien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,41 persen.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi.
Baca SelengkapnyaPerekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca Selengkapnya