Freeport Terancam Tutup Jika Kontrak Tak Diperpanjang, Begini Penjelasannya

Merdeka.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, mengatakan PT Freeport Indonesia (PTFI) terancam tutup jika tidak diperpanjang kontraknya. Padahal, Freeport mampu memproduksi konsentrat per tahun sebanyak 3 juta ton.

Di antaranya 1,3 juta ton diolah di smelter lama, dan sisanya sebanyak 1,7 juta ton akan diolah di smelter baru yang masih dibangun.

Menurut prediksi, konsentrat tersebut akan habis tahun 2035 mendatang. Bahkan, kata Bahlil, sekarang saja produksinya sudah mulai menurun, karena cadangannya mulai habis.

Ini terjadi karena cadangan sekarang yang mereka produksi merupakan hasil eksplorasi tahun 1990-an. Eksplorasi membutuhkan waktu 10-15 tahun. Maka, jika Pemerintah tidak memperpanjang kontrak tersebut, bisa dipastikan Freeport tahun 2040 bisa tutup.

"Maka di 2035 itu dapat dipastikan sampai 2040 Freeport tutup. Kalau dia tutup, siapa yang rugi? Ini Freeport bukan lagi punya Amerika, sekarang punya Indonesia, 51 persen,” kata Bahlil saat ditemui di kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (28/4).

Diketahui, kepemilikan saham mayoritas Freeport Indonesia lebih besar dimiliki pemerintah yakni 51 persen, sementara sisanya digenggam Freeport McMoRan (FCX).

Di samping itu, sangat disayangkan kata Bahlil, apabila kontrak tidak diperpanjang. Sebab pendapatan PT Freeport Indonesia dari tahun ke tahun terus membaik.

"Bahkan dalam laporan Freeport kepada Pemerintah, tahun 2024 potensi utang BUMN dalam mengambil alih PT Freeport itu kemungkinan besar akan lunas 2024. Maka, Pemerintah sedang memikirkan perpanjangan dengan penambahan saham, di mana Pemerintah akan menambah saham sekitar 10 persen," pungkasnya.

Reporter: Tira Santia

Sumber: Liputan6.com